Angin dari dalam ruang kelas itu membuat Hayase tersentak saat dia membuka pintu yang menjadi penyekatnya perlahan.
Harusnya tak ada siapapun di sana tapi, saat dia menghilangkan pembatas itu, Hayase melihat orang itu di sana. Duduk pada tepian jendela dengan tubuh sedikit tertelungkup seolah membiarkan dirinya dibelai angin senja dari jendela yang terbuka lebar.
Orang itu, seperti sedang menenggelamkan seluruh dirinya dalam kehampaan. Sungguh ironis, bahkan saat bayangannya menjadi siluet pada senja yang seolah memberikan nuansa sempurna untuknya.
Mungkin awalnya Hayase punya tujuan dengan datang lagi ke kelas yang sudah kosong sejak ditinggalkan setengah jam lalu itu tapi sekarang, dia ragu untuk melanjutkan keinginannya dengan orang itu yang seperti sedang menikmati dirinya sendiri.
Perlahan, Hayase memilih menutup pintu kelasnya lagi. Dia mungkin masih memiliki beberapa pensil di rumahnya untuk mengerjakan tugas sekolah dan kotak pensilnya tidak akan hilang walau dia tinggalkan, bukan?
Jadi, Hayase memilih menyerah daripada dia harus punya masalah lagi dengan orang di sana.
Tapi baru saja dia menutup setengah pintu kelas, Hayase dibuat membatu saat orang itu bertanya tanpa menatapnya dengan posisi yang masih dia pertahankan.
"Melupakan sesuatu?" Tanyanya.
Sekali lagi, Hayase menelan ludahnya paksa.
"Maaf, aku akan segera pergi." Ucap Hayase seolah tak peduli sambil terus mencoba menutup pintu. Tapi lagi-lagi orang itu bicara padanya.
"Hei, Kunieda...," panggilnya mulai beranjak, meski tidak bangun dari duduk tapi sekarang orang itu menatap Hayase dengan sepasang mata dingin yang seperti ingin menelannya hidup-hidup.
"Kenapa kita tidak coba berpacaran?"
"Ha?"
"Aku ingin kita pacaran, dan sekarang kau adalah pacarku."
"A-apa?"
Jingga senja bersama semilir angin seperti memberikan kesan luar biasa untuk sebuah pernyataan cinta yang dilakukan seseorang pada pasangannya. Tapi tidak untuk Hayase.
_
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal
Teen FictionKunieda Hayase, harus terjebak dalam dunia yang tak dia mengerti saat seseorang datang padanya membawa cinta, sementara dia bukanlah seorang gay? Apa yang harus dia lakukan setelah dunia yang coba dia lupakan perlahan merayap naik dan membuat rasa...