Bab 16

1.1K 146 19
                                    

Di dalam sini, ada sesuatu yang sangat menggangguku.
Sesuatu yang tidak bisa aku atau siapapun jelaskan.
Semua yang kudapatkan darimu seperti potongan puzzle yang tak bisa kuselesaikan sampai sekarang.

Bisakah kau membantuku untuk keluar dari labirin yang kau buat?

Karena apapun yang kulakukan setelah malam itu ... semuanya seperti kebohongan.
       
       
   
    
     
   

Itu yang coba Hayase tulis hampir sepanjang hari. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan yang diberikan Koeyama secepat yang dia bisa, harusnya Hayase sudah ada di rumahnya dan bertemu Yanagi untuk melanjutkan malam mereka tapi, di sinilah dia.

Di rumah sakit tempat terakhir dia menemukan orang yang coba dia cari hampir delapan tahun terakhir. Orang yang membuatnya seperti pesakitan dalam kungkungan tak berbentuk.

Entah apa yang Hayase pikirkan, harusnya dia menemukan banyak cara untuk bertemu dengan pria itu, tapi keberaniannya sama sekali tidak sebesar rasa yang dia sembunyikan selama ini.

Harusnya dia bisa dengan mudah menanyakan email pria yang sekarang sudah jadi dokter di rumah sakit ini pada perawat, tapi lihat dia? Hampir sepanjang hari dia habiskan untuk menulis, menghapus, meremat bahkan merobek kertas berisi tulisan-tulisan tidak berguna, kemudian membuangnya ke tempat sampah.

Dan sekarang apa?

Setelah susah payah menulis semuanya, apa yang akan dia lakukan dengan selembar kertas itu?

Beberapa kali Hayase bertanya pada perawat jaga di lantai waktu dia dirawat beberapa hari lalu, mereka hanya mengatakan kalau Ooka sudah menyelesaikan jam kerjanya dan mungkin pria itu sudah kembali ke rumahnya sekarang.

Hayase rasa dia menyerah. Dia tidak mungkin meminta seorang perawat untuk menyimpannya lalu memberikan itu pada Ooka di lain hari, di mana dia akan menyimpan harga dirinya setelah itu?

Akhirnya Hayase memilih berhenti, pulang dan menemui Yanagi untuk makan malam, seperti yang sudah mereka sepakati.

"Mama ayo cepat!" Jerit seorang gadis kecil saat pintu lift terbuka. Bocah perempuan berusia sekitar empat tahun itu berlari tanpa melihat ke depan, terus melambai ke arah ibunya yang terlihat sudah payah membawa sekantung belanjaan, juga sebuah tas tangan bersisi kotak makanan di kedua tangannya.

"Mama ay—"

Brugh!

Tanpa sengaja bocah itu menabrak kaki Hayase, nyaris saja bocah tersebut terjungkal ke belakang kalau tidak cepat-cepat dia pegang. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Hayase.

"Reena~ Mama bilang kan, jangan lari...." Pekik ibunya khawatir

"Maaf...," Gumam bocah itu menyesali perbuatannya.

Kasihan, Hayase mencoba mensejajarkan tingginya dengan bocah itu, mengelus kepalanya beberapa kali sambil menasehatinya sedikit. Tahu kalau orang yang ditabraknya tidak marah, bocah itu kemudian tertawa lagi seolah tidak pernah terjadi apapun.

"Maaf, Reena kadang tidak bisa diberitahu." Ujar sang ibu meminta maaf. Merasa maklum dengan usia yang masih sangat kecil, Hayase hanya mengucapkan apa yang perlu dia ucapkan dan berusaha untuk tidak memperpanjang obrolan mereka.

Tapi, baru saja Hayase melangkah pergi, ibu anak itu menghentikannya untuk sesuatu. "Anda menjatuhkan ini...."

"A—ah," ujar Hayase sambil menerima kertas tersebut, "terima kasih...."

"Sepertinya, anda ingin memberikan surat itu pada seseorang?"

Hayase tersenyum, "Iya, tapi sepertinya jam kerjanya sudah habis jadi mungkin aku akan datang lain kali."

NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang