Sekelebat cahaya dari hellikopter menyeruak ditengah kegelapan malam.
Pria bertubuh tinggi ini merasa terusik dalam tidurnya, bangun dari ranjang, berjalan menuju kaca jendela kemudian menyingkap korden tipis yang membatasinya dari dunia luar.
Meninggalkan pria lain yang masih tidur di bawah selimut hangat pada tempat tidur yang sama.Dari kamar Hotel dilantai sepuluh ini dia dapat melihat dengan jelas pemandangan kota yang ia rindukan.
Kerlap-kerlip warna lampu malam dijalanan menjadi bumbu ekstra ditengah puluhan warna gedung yang telah ada.
Malam ini sangat sepi, meskipun kerlap lampu masih sangat terang dibawah sana.
Setelah cahaya lampu sorot hellikopter yang ia lihat agak menjauh, pria ini memutar kepalanya hanya untuk melihat jam digital yang berada ditepian nakas tempat tidur dekat dengan telepon yang memang berada dikamar tersebut.
Jam menunjukan pukul dua pagi. Sudah lewat dari empat jam sejak pesawat yang membawanya dari Rusia mendarat di Jepang.
Karena belum memiliki tempat tinggal akhirnya dia memutuskan untuk menyewa sebuah kamar Hotel.Kembali ia memutar pandangannya pada isi kamar Deluxe yang ia sewa untuk beberapa malam ini. Menekankan pandangannya pada kegelapan kamar yang hanya menyediakan cahaya dari table lamp yang remang, memberinya pemandangan seorang pria setengah telanjang yang tidur dengan pulas di bawah selimut tebal yang menutupi setengah bagian tubuhnya.
Sebelah tangannya terulur seperti sebelumnya ada kepala yang tersandar di sana.
Helliktopter yang tadi mengusik tidur pria ini bergerak, berputar, melintas di atas gedung Hotel di mana pria ini menginap, selanjutnya berbalik kearah yang sama di mana ia datang, terus lurus dan berputar lagi ke jalurnya awal. Terus demikian seperti tengah memperhatikan sesuatu.
Pria ini menutup kembali korden tipis di mana ia mengintip keindahan di luar sana dengan kesunyiannya yang menggema. Menarik korden tebal lain yang membatasi akses cahaya untuk kembali masuk ke dalam mimpi.
Memilih kembali ke sisi pria yang menjulurkan tangannya. Menindihkan kepalanya, memposisikan dirinya senyaman mungkin membuatnya menyesap aroma wangi nan hangat tubuh lelaki yang tanpa ia sadar telah terbangun karena ulahnya.
"Kau tak bisa tidur?" Pria ini menggeleng tanpa suara untuk pertanyaan yang datang padanya.
Seperti tak perduli telah mengganggu tidur seseorang, pria ini masih terus memposisikan dirinya untuk berada dalam kenyamanan, menarik selimut dan mencoba merajut kembali mimpi yang sempat tertunda.
"Kembalilah tidur, besok aku ingin kau menemui seseorang" Ucapnya lagi, namun dijawab dengan anggukan yang sama. Tanpa suara.
Perlahan tubuh dalam rengkuhannya ia tarik lebih dalam kedalam pelukan.
Memaksakan tubuh yang sama tinggi dengannya untuk menyesap aroma hangat tubuhnya. Membalas rengkuhannya sambil ia mengelus surai pria itu lembut. Kemudian berbisik."Aku mencintaimu."
"Hmn...."
•ᴥ•
Hayase bangun dari tidurnya malas, setelah hampir semalaman dia tidak bisa tidur karena memikirkan kelakuan Takanori Katsuya padanya kemarin malam Sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan dia dapatkan dari orang yang tidak dia sangka.
Tubuhnya terasa linu dibeberapa persendian saat ia mencoba membuka sepasang matanya berat, tapi ketika sepasang mata itu terbuka, ada pemandangan indah yang telah menunggunya.
Gadisnya ada di sana, dengan balutan dress selutut berwarna pastel berenda. Rambut hitam pendeknya tergerai ke satu sisi saat pandangannya terarah pada kegiatan Yanagi yang tengah memeras kain handuk basah kedalam baskom berisi air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal
Teen FictionKunieda Hayase, harus terjebak dalam dunia yang tak dia mengerti saat seseorang datang padanya membawa cinta, sementara dia bukanlah seorang gay? Apa yang harus dia lakukan setelah dunia yang coba dia lupakan perlahan merayap naik dan membuat rasa...