Bab 23

1.2K 137 22
                                    

Sebenarnya Hayase sudah bangun sejak tadi, namun dia enggan membuka mata saat hidungnya membaui aroma wangi tubuh seseorang yang sudah dia inginkan sejak sangat lama.

Dia bahkan bisa merasakan bagaimana tangan dari pemilik aroma tubuh itu melingkar di pinggangnya dengan sangat kuat, bahkan panas dari tubuh itu pun bisa Hayase rasakan.

Padahal sebenarnya dia sudah sangat pegal dengan posisi tidur, menyamping dan dipeluk seperti ini, hanya saja jika dia menyingkir dan melepaskannya, dia takut kalau dia tidak akan merasakan kehangatan ini lagi dan membuat pemiliknya sekali lagi pergi, menghindar bahkan mungkin menghilang lagi dari pandangannya.

Kemarin, setelah dia berkeliling dengan Mabayu juga gadisnya, Hayase melihat Ooka di tempat yang sama dengannya. Spontan dia langsung mengejar Ooka, mengatakan semua apa yang dia pikirkan dan meninggalkan gadisnya, kemudian berakhir panas di sebuah kamar hotel dengan seorang pria yang sudah mengubah dunia Hayase yang awalnya terasa normal.

Mengingat gadisnya, tiba-tiba Hayase bangun, menyingkirkan tangan Ooka dan duduk di atas kasur itu mengabaikan pria di sebelahnya yang juga ikut bangun karena ulah itu.

“Kenapa?”

“A—aku harus kembali, Yana—“

“Perempuan itu tidak akan mencarimu.”

“Ha?”

“Sudahlah, abaikan perempuan itu,” Ooka kembali menarik tangan Hayase, membawa pria itu kembali mendekat ke arahnya dan menenggelamkan kembali wajah Hayase pada dada bidang miliknya.

“Aku ingin menghabiskan hari terakhirku di kota ini denganmu. Tidak bisakah seperti itu?”

“Tap—“

Hayase menghentikan kata-katanya saat telapak tangannya menyentuh dada sebelah kiri Ooka. Rasanya sedikit kasar dan membuat Hayase otomatis menyingkirkan tubuh pria yang sejak semalam sudah bergumul panas dengannya di atas ranjang yang sudah nyaris tak berbentuk ini.

Dan betapa terkejutnya Hayase saat melihat sebuah bekas luka memanjang di dada bawah sebelah kanan Ooka. Meski bekas luka itu terlihat seperti bekas luka yang sudah sangat lama, namun kasarnya masih sangat terasa.

“Apa ini?” tanyanya, karena semalam saat mereka melakukan kegiatan luar biasa, Hayase terlalu larut sampai tidak sadar kalau ada hal seperti ini di tubuh Ooka.

“Bekas luka.”

“Luka apa?”

Bukan menjawab pertanyaan Hayase, Ooka menaikkan tangannya, menyentuh wajah pria itu dan menggelitiknya dengan ujung jari, membuat Hayase sedikit menggeliat karena geli. Mellihat Hayase kegelian, Ooka hanya tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya pada Hayase dan mulai mencium pipi Hayase, lalu turun ke bibirnya hingga mereka kembali bermain lidah bermandi saliva.

Hanya saja, saat Ooka hendak kembali menindih tubuh Hayase di bawahnya, Hayase memilih mendorong tubuh Ooka dan kembali bertanya tentang luka di dada pria itu.

“Kau penasaran?” pertanyaannya malah dibalas pertanyaan lain yang membuat wajah Hayase tiba-tiba terasa panas.

'Tentu saja', setelah delapan tahun tidak bertemu dengannya, ada banyak sekali pertanyaan di kepala Hayase untuk dikeluarkan. Tapi, saat keinginannya tiba-tiba dibeberkan secara nyata di depan hidungnya sendiri, rasanya tentu sangat memalukan.

Karena malu, Hayase hanya bisa menundukkan kepala tanpa suara, bahkan wajahnya pun terasa panas karena malu, namun hal itu malah membuat Ooka semakin larut dalam senyuman.

“Tetaplah bersamaku agar semua cerita bisa kau dengar dengan benar.” Bisik Ooka tepat di telinga Hayase.

     

NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang