Bab 21

957 129 10
                                    

"Baiklah, pertemuan kita selesai sampai di sini. Terima kasih untuk kunjungannya."

Ooka hanya menggosok sebelah matanya karena gatal setelah lebih dari tiga jam duduk sambil memelototi layar proyektor di depannya, bukan hanya itu tapi juga beberapa lembar kertas yang harus dia baca dan dia bandingkan satu sama lain dengan teorinya sedang diterangkan oleh moderator di depan sana.

Jika dia harus memilih, mungkin dia akan lebih senang berurusan dengan pasien berisik dan merepotkan macam Kikuchi Eita daripada harus duduk di tempat ini seharian.

Baru saja Ooka berniat bangun setelah selesai menggosok matanya, seorang pria botak—gendut datang menghampirinya dengan senyum bodoh yang menyebalkan. "Mikage-san, apa kabar anda? Sudah sangat lama kita baru bertemu lagi."

Ooka mendelik saat si botak itu secara luar biasa mengatakan kalau mereka sudah saling kenal sebelumnya. Padahal dilihat dari bagian manapun, Ooka tidak pernah ingat kalau dia pernah bertemu manusia botak, gendut dan terus seperti orang bodoh seperti itu. Kendati demikian, dia harus tetap bersikap ramah, setidaknya untuk menjaga imej pamannya yang sudah terkenal baik di institusi ini, jadi dengan senyum yang sama bodohnya Ooka meraih uluran pria botak itu untuk berjabat tangan.

"Dulu waktu aku ke Tokyo, kau baru setahun bekerja dan sekarang kau sudah dipercaya untuk menggantikan Fujita-sensei. Untuk menghadiri rapat tahunan ini."

"Ah, aku hanya kurang kerjaan sampai Fujita-sensei meminta secara pribadi untuk menggantikannya."

Pria botak itu kembali tertawa seperti orang bodoh, padahal Ooka berani menjamin kalau tak ada satupun dari kalimatnya ditangkap sepihak oleh mereka. Sungguh, dia ingin melarikan diri dari tempat ini secepatnya.

Jadi, saat pria botak itu terus mengoceh hal-hal yang tidak dia mengerti Ooka malah sibuk membenahi barang-barang yang dia bawa ke pertemuan itu ke dalam ransel sampai saat seorang pria lain yang kelihatannya lebih muda mendekat ke arah mereka.

'Siapa lagi ini?' Batin Ooka sebal. Dia benar-benar ingin segera menyingkir dari sana dan kembali ke hotel yang sudah dia pesan sejak kemarin sore. Hotel gratis yang semua akomodasinya sudah dibayar oleh Goro.

"Ogura-sensei, bukankah kita harus pergi sekarang?" Ujar pria berkacamata yang terlihat sangat rapi itu pada si botak.

Rambut pria itu tersisir rapi ke belakang, tingginya semampai dengan setelan kasual yang sangat pas untuk tubuhnya yang sedikit berisi.

"Woo~ benar juga! Mikage-san, bagaimana kalau anda ikut dengan kami? Kami akan ke restoran untuk merayakan beberapa hal juga berakhirnya pertemuan ini. Dan kenalkan ini Watanabe Isaka, dia asistenku."

"Mikage Ooka." Ujar Ooka mengenalkan diri.

"Eh, jadi kau yang namanya Mikage Ooka?"

"Ha?"

"Apa lagi ini? Kenapa semua orang seperti mengenalku dan aku seperti orang bodoh yang tidak ingat kalau pernah berkenalan dengan mereka sebelumnya?" Sekali lagi batin Ooka menggerutu. Berbeda dengan si botak yang terus tertawa bodoh, pria yang mungkin seumuran dengannya ini malah tersenyum sangat lembut namun sepasang matanya tidak menunjukan kelembutan yang sama. Di sana seperti ada, permusuhan....

"Bagaimana? Anda tidak ada kegiatan setelah ini bukan?" Si botak kembali menarik Ooka ke permukaan.

"Ah, tidak. Tapi aku harus kembali ke hotel."

"Menghabiskan waktu di hotel setelah pekerjaan berat itu tidak bagus. Bagaimana kalau anda ikut dengan kami dan Ogura-sensei pasti akan sangat senang jika keponakan kepala rumah sakit seperti Fujita Goro ikut dengannya, iya kan, sensei?"

NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang