Bab 04

1.8K 186 6
                                    

Kunieda hanya sedang mengobrol dengan temannya waktu di kelas satu saat seseorang menabraknya dan menjatuhkan buku-buku yang dia bawa susah payah. Awalnya mereka tertawa bahkan sesekali orang itu terlihat memukul Hayase untuk memperlihatkan bagaimana senangnya dia mendengar kalimat-kalimat lucu yang diceritakan oleh Hayase tapi kesenangan itu harus terhenti dan mereka mencoba membantu siswi yang menabrak Hayase barusan.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Hayase khawatir. Bukan hanya karena siswi itu tersungkur bersama buku-buku bawaannya tapi mereka  juga sedikit khawatir dengan bawaan siswi itu yang dia rasa terlalu banyak.

"Ma—maafkan aku, tadi aku tidak bisa melihat jelas karena...," Ucapnya sambil menunduk dan membenarkan letak kacamata tebalnya yang nyaris ikut jatuh.

"Tentu saja kau tidak bisa melihat?" Salah satu teman Hayase menyela, "lihat buku-buku ini? Kau terlalu memaksakan diri membawa sebanyak ini." Lanjutnya setelah selesai menumpuk buku-buku itu lagi di lantai.

"A—itu ... karena aku harus mem—"

"Wakil ketua kelas?"  Hayase memastikan kalau dia tidak salah melihat. Meski wajahnya sedikit tertutup rambut panjang yang dia ikat asal, tapi kacamata tebal dan wajah gugup itu tidak membuat Hayase lupa kalau siswi itu adalah wakil ketua kelasnya. Meski harus jujur kalau Hayase tidak ingat namanya siapa.

"K—Kunieda-san?"

"Ah, benar kau wakil ketua kelas?" Ulangnya memastikan lalu dijawab anggukan olehnya, "ini buku tugas yang minggu lalu dikumpulkan guru Fisika, bukan?" dia sekali lagi mengangguk.

Wakil ketua kelasnya memang seperti itu, jarang bicara tapi Hayase tahu harusnya dia tidak membawa semua itu sendirian begini, "Di mana ketua kelas? Dia harusnya membantumu!"

"He, Hayase. Jangan kasar, dia ini perempuan."

"Tapi ketua kelas kami itu pria. Harusnya dia tidak membiarkan wakil ketua kelas membawa buku sebanyak ini sendirian!"

"A—itu ... Mikage-san sekarang sedang rapat dengan wakil kepala sekolah di ruangannya." Belanya.

"Wah, kau sekeles dengan Mikage Ooka?"

"Begitulah. Dia orang menyebalkan yang pernah kukenal." Hayase menggerutu.

"Tapi kau hebat bisa sekelas dengannya, dia itu populer di kalangan gadis-gadis. Kau bisa dekati dia untuk dapat pacar, bantu kami juga." Ucap teman-teman Hayase sambil tertawa. Tapi tidak dengan Hayase, mendengar nama orang itu disebut rasanya Hayase ingin muntah.

"Sudahlah, aku mau bantu wakil ketua membawa ini ke kelas."

"Ti—tidak usah, aku bisa membawanya sendiri."

"Tidak masalah, lagipula sebentar lagi jam istirahat selesai." Tambah Hayase lalu berpamitan pada teman-temannya.

Sambil berjalan membawa hampir sebagian besar buku-buku itu di tangannya, Hayase bertanya kenapa Mikage Ooka yang harusnya mengambil buku-buku ini malah menyuruh wakil ketua untuk mengambilnya sendirian?

"Itu ... Mikage-san sedang membicarakan tentang acara karya wisata yang akan diadakan sekolah setelah ujian tengah selesai."

"Karya wisata?"

"Hmn, dan sepertinya kita akan menginap di sana selama beberapa hari."

"Benarkah? Haa~ membosankan."

"He? Kenapa? Bukannya asyik bisa menghabiskan waktu di luar seperti itu?"

"Iya sih, tapi tidak dengan acara sekolah. Kalau tahu wakil ketua? Di sana kita akan diawasi, dimarahi dan di atur. Membosankan, bukan?"

NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang