Bab 12

1.1K 128 5
                                    

Pagi ini Hayase bangun setelah dia merasa kalau dia sudah melakukan sesuatu yang sangat berat sebelumnya, sambil memegangi kepalanya yang masih terasa berat, Hayase merasa kalau ada gumpalan bantal seperti air di bawah kepalanya. 
Dan saat dia mengambil gumpalan di itu, dia hanya menemukan sekantung air dalam wadah kompres yang sering dia temukan di rumah sakit.

Tunggu dulu? Di mana dia sekarang?

"Kau sudah bangun?" Suara seseorang membuyarkan kepanikan yang dirasakannya.

Hayase menatap bingung pada pria yang sedang duduk menopang sebelah kaki sambil memainkan notebook di pangkuannya.

Pria itu terlihat sangat rapi dengan setelan jas berwarna putih polos dan saputangan merah marun tersemat pada saku depan jas tersebut. Sementara rambutnya terlihat tidak pernah serapih seperti habis di sisir, namun justru gaya rambut yang demikianlah yang membuatnya menawan.

"Kau tidur sejak kemarin, pacarmu juga menginap semalaman di sini, tapi hari ini kurasa dia tidak akan datang,"  Ucapannya terhenti, lalu melihat jam di tangannya yang menunjukan pukul dua siang, tak lama sebelum dia kembali melanjutkan mengetik beberapa kalimat pada notebook dalam pangkuannya.

"Yanagi?" Gumam Hayase.

"Ah, jadi namanya Yanagi? Nama yang indah, wajahnya juga." Puji lelaki ini, tapi pujian itu malah membuat Hayase semakin tidak paham.

"Siapa ... kau?" Tanya Hayase tapi tak mengalihkan perhatian  lelaki ini.

"Sebentar lagi Katsuya datang, kau bisa tanyakan sendiri padanya." Jawabnya lagi tanpa melihat sedikitpun wajah Hayase.

"Oh, ya, lima menit lagi perawat akan datang untuk mengukur suhu tubuhmu, jadi kuharap kau jangan terkena demam lagi. karena pekerjaanmu sudah menumpuk, dan sebagiannya sedang kukerjakan." Ucapnya seraya mengangkat notebook dalam pangkuannya.

Hayase hanya mengangguk lemah. Tenaganya yang belum benar-benar terkumpul, kepalanya bahkan masih sangat pusing sekarang. Bukan hanya untuk mengira-ngira siapa pria itu, bahkan untuk mengetahui kenapa dia bisa ada di rumah sakit pun, Hayase seolah tidak punya tenaga.

Jadi Hayase memilih membaringkan tubuhnya di ranjang, menutupi tubuhnya dengan selimut dan mencoba membuat dirinya sedikit lebih tenang agar pusing yang dia rasakan tidak terlalu mengganggu. Dia bahkan membiarkan pria yang masih sibuk dengan notebook itu melakukan kegiatannya tanpa berpikir kalau mereka akan saling mengusik.

Hayase mengedarkan pandangannya ke arah luar jendela, di sana dia dapat melihat hamparan taman yang hijau. Ini sudah terlalu siang untuk melihat seseorang atau yang lainnya bermain atau sekedar berjalan di sana. 

Taman Rumah Sakit itu terlihat cukup luas, tempat yang nyaman dengan perpaduan rumput juga bebatuan kerikil yang disusun sedemikian rupa untuk terapi pasien, jangan lupakan pepohon rindang yang menghiasinya serta beberapa bangku taman yang menjadi pemanis, juga sebuah kolam kecil di mana mungkin ada beberapa ikan di dalamnya sebagai relaksasi. Jangan lupakan, bahwa di sana juga ada sebuah pohon beringin besar berakar gantung yang indah, memberikan kesan sejuk bagi siapapun yang melihatnya, sejuk dan tentram oleh rindangnya dedaun itu.

"Berapa umurmu sekarang, bocah?"

Hayase terenyah. Orang yang sejak tadi duduk ditempatnya, mengacuhkannya kini bertanya padanya. Sontak Hayase kembali terduduk menatap sosok yang masih asyik bersama notebook pada pangkuannya itu.

"Dua puluh enam tahun." Jawab Hayase singkat.

"Di usia semuda itu kau sudah mau menikah?"

"Apa?"

NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang