[ "Jemput aku malam ini, barang bawaanku cukup banyak. Aku tidak bisa membawa semuanya sendiri." ]
Hayase hanya bisa menghela napas saat pesan itu masuk ke daftar emailnya. Ini bukan pesan pertama yang dia terima sejak kemarin sore, dan sampai sekarang dia bahkan harus mencuri waktu untuk bisa membaca pesan itu di sela jam pelajaran terakhir.
•ᴥ•
"Hei, Kunieda." Panggil Ooka sesaat sebelum dia ke luar dari kelas setelah jam pelajaran terakhir selesai.
Kali pertama, Hayase mengabaikan panggilan itu bahkan saat Ooka memanggilnya lagi pun, Hayase hanya diam dan terus berjalan meninggalkan kelas tapi Ooka tidak menyerah. Ooka berlari ke arah Hayase dan menarik tangan pria itu untuk membuatnya berhenti.
"Kenapa kau mengabaikanku?" Desisnya penuh penekanan.
"Aku tidak punya urusan denganmu, pak wakil ketua osis."
Begitulah yang selalu pakai untuk menyebut Mikage Ooka setelah hampir satu semester ini dia diangkat sebagai wakil ketua osis menggantikan senior yang sudah keluar. Dan karena hampir semua siswa memanggilnya seperti itu, rasanya pantas jika Hayase juga menggunakan sebutan yang sama.
"Tapi aku punya...," Ooka mendekatkan wajahnya ke telinga Hayase, "karena sekarang kau adalah pacarku dan aku punya hak untuk memaksamu."
Bisikan Ooka spontan membuat wajah Hayase merah padam. Ekspresi yang seolah mengatakan kalau dia malu mendengar kalimat itu tapi sebenarnya dia sangat marah untuk pernyataan cinta sepihak yang dilakukan seorang Mikage Ooka waktu itu yang bahkan tiba-tiba saja melakukan klaim tak beralasan seperti itu sekarang.
"Temui aku di Brise Verte malam ini pukul delapan. Dan ingat jangan terlambat. Aku tidak suka orang yang tidak tepat waktu."
Hayase menaikkan sebelah alisnya saat Ooka mengatakan nama restoran yang berada di Shibakoen The Prince Park Tower Tokyo itu. Restoran yang berada di lantai tiga puluh tiga itu memang tempat yang tepat untuk menghabiskan makan malam romantis dengan pasangan tapi, hal gila macam apa yang harus mendasari Ooka berpikir kalau mereka harus berada di sana seolah mereka benar-benar berpacaran sementara mereka sama-sama laki-laki?
"Maaf, aku punya urusan yang lebih penting dari ajakanmu." Jawab Hayase menolak ajakan Ooka.
Lihat dia, dia seperti manusia bodoh setelah apa yang dia lakukan selama ini.
Selama hampir dua tahun dia coba mencari-cari tentang sisi lain dari seorang Mikage Ooka dan saat dia sudah menemukannya, dia sangat menyesal untuk apa yang sudah dia lakukan. Bagaimana tidak, orang yang dia pikir normal dengan semua kepopulerannya di antara para wanita bukan berarti dia benar-benar normal. Mikage Ooka seorang gay dan sekarang dia terjebak dalam cinta dari seorang penganut paham seksual yang menyimpang sementara dirinya sama sekali bukan orang seperti itu.
Maksudnya ... lihat pria itu, Mikage Ooka hanya pria yang lebih tinggi darinya, lebih tampan darinya dan sedikit lebih pintar darinya tapi bukan berarti dia bisa mendominasi Hayase dengan mudah dan terus mencekokinya dengan cinta-cintaan tak masuk akal seperti ini.
Lagipula, sejak senja itu berakhir sudah terhitung dua bulan dia melihat Mikage Ooka berkelakuan sangat aneh.
Tentu saja aneh menurut Hayase. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari Ooka selaku menanyai Hayase tentang sesuatu, seperti; 'siapa yang bicara padamu tadi?' atau, 'kenapa kau tidak mengangkat teleponku?' lainnya, 'berhenti mengacuhkanku!'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal
Teen FictionKunieda Hayase, harus terjebak dalam dunia yang tak dia mengerti saat seseorang datang padanya membawa cinta, sementara dia bukanlah seorang gay? Apa yang harus dia lakukan setelah dunia yang coba dia lupakan perlahan merayap naik dan membuat rasa...