"Di mana Kunieda?" Asuka bertanya tanpa memandang ke arah siapapun, membuat semua orang di ruangan itu tertegun dan saling menatap satu sama lain, hingga seorang karyawan berinisiatif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh General Manager itu.
"Ma—maaf, Koeyama-san, tapi ... Kunieda belum kembali dari cuti."
Darah yang semula tenang dia rasakan bersensor naik ke atas ubun-ubun. 'apa-apaan itu?' pikirnya? Dia masih ingat kalau Kunieda Hayase hanya meminta izin untuk mengambil cuti selama tiga hari, dan ini sudah hari keempat, harusnya dia kembali ke kantor ini dan bekerja seperti biasanya. Tapi lihat sekarang? Bocah itu tak ada di mana pun di gedung ini, bahkan orang dia tanya pun mengatakan semua hal tentang ketidaktahuan mereka.
"Benar-benar tidak tahu diuntung!" Gerutu Asuka penuh penekanan. Bahkan mereka yang berdiri tak jauh darinya bisa mendengar bagaimana gigi geraham pria itu menggertak dan siapapun akan tahu kalau Asuka sedang tidak dalam kondisi baik pagi itu.
"Sudahlah, lanjutkan pekerjaan kalian." Ujarnya sebelum.peegi meninggalkan orang-orang itu dan kembali masuk ke dalam ruangannya.
Karena kesal, Asuka memukul meja yang penuh dengan kertas-kertas dan berkas yang sama sekali tidak sempat dia bereskan karena belum selesai dia baca. Bahkan air dalam gelas yang berada di meja yang sama pun tumpah sedikit karena tekanan yang diberikan oleh pria itu.
Masih dengan kemarahan yang sama, Asuka mengangkat gagang telepon dan mencoba menghubungi Takanori. Beruntung tidak ada jeda yang terlalu lama saat dia menghubungi pria berkacamata itu di kantor pusat sana, hingga dengan mudah Asuka bisa mendengar suara Takanori memanggil namanya di seberang sana.
[ "Ada masalah?" ]
"Karyawan kesayanganmu membuat masalah!"
[ "Hayase? Kenapa lagi?" ]
"Dia bilang hanya mengambil cuti tiga hari, tapi hari ini dia tidak ada di mana pun, sementara hari ini ada acara penyambutan untuk grup Shuensha. Harusnya dia yang menemui mereka dan memastikan semua terkendali, tapi lihat yang dia lakukan? Ini karena kau terlalu memanjakannya."
[ "aku akan membantumu, tungg—" ]
"Ho~ kau mau membelanya lagi? Menyenangkan sekali hidup jadi dia ya? Dibela olehmu terus!"
Tanpa menunggu jawaban Takanori, Asuka langsung menutup teleponnya dan kembali memukul meja penuh kesal. Sungguh, entah sampai kapan Takanori akan memanjakan anak itu? Mungkin sekarang iya, tapi bagaimana nanti? Jika anak tahu...?
"Aku harus mendengar alasan baik ketika kau kembali ke perusahaan ini, Kunieda...."
•ᴥ•
Sementara Asuka terus menggerutu soal pekerjaan. Masih di kamar hotel yang sama, Hayase yang sudah berada di Kyoto—di rumah Ooka hanya bisa terbaring dan tak punya tenaga lebih untuk bangun.
"Kau sudah bangun?"
"Ng? O—Ooka?"
"Aku tidak mengizinkanmu ke luar hari ini, demammu lumayan tinggi."
"Demam?" Ulang Hayase.
Dia memang merasa kalau kepalanya sedikit pusing, tapi dia tidak tahu kalau suhu tubuhnya sedang di atas batas normal, sementara bagian belakangnya lebih terasa sangat sakit daripada suhu tubuhnya.
Saat Ooka mengatakan itu, dia sedang sibuk mengompres Hayase dengan handuk berisi es batu yang dia minta pada layanan kamar pagi ini.
Bukan hanya mengompres Hayase, Ooka juga sudah mengganti pakaian Hayase dengan pakaian miliknya dan mengirim pakaian kotor mereka semalam ke layanan laundry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal
Teen FictionKunieda Hayase, harus terjebak dalam dunia yang tak dia mengerti saat seseorang datang padanya membawa cinta, sementara dia bukanlah seorang gay? Apa yang harus dia lakukan setelah dunia yang coba dia lupakan perlahan merayap naik dan membuat rasa...