2 - Janji Suci

330 41 128
                                    

"“Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa. Karena itu bisa menjadi tameng syahwat baginya.”
 (HR. Bukhari 5065 dan Muslim 1400)

****

"Dindaaa, bangun, Nak! Sudah subuh, Nak! Ini tante Mela sudah datang!" Zahra menggedor-gedor pintu Dinda karena kesal dengan Dinda yang tak kunjung membukakan pintu kamarnya.

Namun lama tak kunjung ada jawaban dari putri bungsunya yang membuat Zahra jengah. Dihembuskan nafasnya dengan kasar. Icha, menantunya, mengusap-usap punggung mertuanya, seolah mengisyaratkan agar Zahra tetap sabar.

"Mama khawatir Cha, kalau Dinda berumah tangga nggak bisa ngurus suami. Ngurus dirinya saja belum bisa," keluh Zahra.

"Sabar Ma, doakan yang terbaik. Insya Allah doa seorang ibu yang tulus akan cepat melangit Ma," Icha merangkul pundak Zahra dengan lembut. Zahra mengurut kening yang terasa berdenyut.

Kriet!

Suara decit pintu kamar Dinda yang dibuka membuat Zahra langsung melebarkan kedua bola matanya. Terlebih saat melihat Adinda masih lusuh dengan rambut acak-acakan. Mulutnya menguap lebar sambil menggeliatkan badan dengan malas. Zahra menarik napas lagi, menahan emosinya melihat anak gadisnya itu bermalas-malasan di hari yang sangat sakral.

"Dinda? Sudah sholat subuh?" Zahra langsung menyodori Dinda pertanyaan saat melihat putrinya malah menguap kembali dan mengucek-kucek mata.

Dinda menggeleng malas, tubuh rampingnya segera pergi menuju kamar mandi tanpa perasaan bersalah. Ekor mata Zahra tak henti memandangi Dinda yang melintasinya dengan wajah datar.

"Salah Mama yang dulu terlalu memanjakannya, Cha. Karena dia anak perempuan satu-satunya," lagi-lagi Zahra mengeluh. Icha hanya melempar senyum getir pada mertuanya. Icha juga hapal benar bagaimana watak Dinda yang keras dan manja.

"Maaa... " Terdengar suara nyaring Dinda dari dalam kamar mandi.

"Apa sih calon manten?" Zahra melirik Icha yang langsung membekap mulutnya menahan tawa.

"Tolong ambilin handuk dong Ma, Dinda lupa bawa handuk," rengek Dinda.

"Duh, mau nikah mbok ya belajar mandiri Dinda!" Zahra bergegas menuju tempat di mana biasa Dinda meletakkan handuk.

"Ini calon manten," Zahra mengetuk pintu kamar mandi, ada tangan menjulur keluar milik Dinda yang menyambar handuk dari tangan Zahra dan langsung dengan cepat menutup pintu kamar mandi lagi.

Icha hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan hal itu. Zahra mengangkat kedua bahunya sambil membuang napas perlahan.

"Teeet... " Terdengar suara bel depan rumah dipencet oleh seseorang.

Zahra segera berlari membukakan pintu, ia sudah tahu siapa yang akan datang ke rumah.

"Bi' Sumiii... " Zahra berhambur dalam pelukan wanita gemuk dengan kerudung lebarnya. Dia adalah pembantu rumah tangga yang ijin pulang karena ingin menemani anak semata wayangnya di momen wisuda.

Netra Zahra beralih pada pemuda di sebelah Bi' Sumi. Pemuda itu mengangguk dengan sopan dan melempar senyum ke arah Zahra.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang