6 - Setelah Menikah Denganmu

257 29 64
                                    

Mengapa yang lain bisa 
Mendua dengan mudahnya 
Namun kita terbelenggu 
Dalam ikatan tanpa cinta 
(Atas Nama Cinta)

*****

"Huaaah, akhirnya ya. Kita udah melalui acara pernikahan. Berdiri berjam-jam rasanya bikin badan aku pegel." Dinda mengempaskan tubuhnya di atas kasur.

Devan diam tak menjawab.

"Kok diem sih? Nggak seru banget deh kamu." Dinda mencebil.

"Bukan gitu, kamu nggak ada niatan gitu bikinin suamimu teh hangat?" Devan sibuk menata baju-bajunya ke dalam lemari. Barang bawaan yang sebelumnya sudah dia letakkan di kamar Bi' Sumi, kini dia pindai ke kamar Dinda yang telah sah menjadi istrinya.

"Dinda capek, Van. Kan bisa nyuruh bikinin Bi... hmmpf." Dinda membekap mulutnya, takut keceplosan melanjutkan kalimat terakhirnya. Sekarang Bi' Sumi adalah mertuanya, bukan lagi pembantunya.

Devan memincingkan matanya menatap Dinda yang salah tingkah.

"Sorry, Van. Aku lupa. Iya deh, Dinda bikinin." Dinda segera berlalu dari hadapan Devan yang menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah istrinya seperti anak kecil.

"Huah, sudah. Alhamdulillah!" Devan puas sudah merapikan semuanya.

Pandangannya kemudian menyapu sekeliling ruang kamar Dinda yang kini menjadi kamar mereka berdua. Kamar yang luas, kasur yang empuk, sprei yang halus, kamar mandi dalam, ber- AC, ada televisi dan barang-barang mewah lainnya di dalam. Berbeda jauh dengan rumahnya di Desa yang masih beralaskan tanah dengan dinding kayu.

"Ini saya nggak lagi mimpi, kan?" Devan berulang kali menyubit lengannya.

"Rasanya kayak jadi pemain dalam sinetron . Ujug-ujug (tiba-tiba) ada yang ngajak nikah dan akhirnya beneran nikah tanpa penjajakan, hmm..." Devan menepuk keningnya.

Baginya pernikahan itu sangatlah sakral. Dia paling anti dengan yang namanya dadakan. Bahkan Devan ini sangat selektif dalam memilih pasangan. Dia tidak ingin asal memilih. Harus mencintai dia sepaket dengan ibunya. Ya, ibunya yang menjadi harta berharga satu-satunya. Ayahnya sudah tidak ada lagi. Maka Devan akan sangat marah jika ada yang menyakiti ibunya.

Tapi takdir memang begitu tak terduga. Devan ditakdirkan menikahi Dinda. Devan sendiri tidak tahu mengapa bisa begitu mantap mengiyakan ajakan menikah dari Dinda. Padahal dia hanyalah pengganti yang tidak benar-benar dicintai oleh Dinda. Namun Devan merasa ada dorongan kuat yang membuatnya yakin memilih Dinda.

Krieet!

Pelan-pelan pintu dibuka hati-hati oleh Dinda. Sebuah nampan dengan segelas teh di atasnya dibawa oleh satu tangannya. Langkah Dinda yang kaku seakan menunjukkan bahwa untuk membuat teh dan membawa nampan adalah perjuangan  bagi Dinda.

"Nih Van, tehnya." Dengan perlahan Dinda meletakkan nampan di atas meja, sebelah kasur.

"Oke, makasih," seru Devan. Segera diteguknya segelas teh buatan Dinda.  Untuk pertama kali dalam hidupnya, Dinda membuat teh sendiri.

"Huek." Devan menyemburkan teh yang diteguknya.

Dinda terkejut dan membekap mulutnya menyaksikan hal itu.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang