4 - Restu Ayah

251 35 74
                                    

Tok, tok ,tok.

Dinda mengetuk pintu kamar orang tuanya dengan hati-hati. Rasa cemas menjalar di sekujur tubuhnya. Dia harus membujuk kedua orang tuanya sekali lagi, untuk diijinkan menikah. Jika dulu dia membujuk untuk direstui dengan Reno, yang sudah dikenalnya sejak sekolah, kali ini tantangannya lebih berat. Meminta restu untuk dirinya dan Devan, yang baru dia kenal tadi pagi.

" Ada apa lagi, Dinda? Papa pokoknya nggak mau menemani kamu menemui tamu undangan. Biar kamu belajar tanggung jawab dengan keputusanmu!" Gerutu Zafran seketika setelah didapatinya ada Dinda di depannya saat dia membuka pintu.

Segera hendak ditutupnya lagi pintu kamar Zafran, tapi dengan cepat Dinda mencegahnya.

"Pa, bukan soal tamu undangan. Dinda mau minta restu nikah sama Devan." Tegas Dinda.

Zafran terbelalak setelah mendengarnya. Pandangannya beringsut memperhatikan Devan yang tengah berdiri di belakang Dinda. Zafran tahu itu Devan, anak Bi' Sumi yang baru saja datang tadi pagi.

"Apa? Kamu yakin Dinda? Kamu jangan gegabah begini!" Zafran sangat terkejut dengan permintaan Dinda yang mengajukan calon pengganti.

"Udah Dinda pikirkan kok Pa. Ayo Pa, ke gedung. Nanti keburu telat!" Rengek Dinda.

"Dinda, pernikahan bukan hal yang main-main!" Zafran masih tak percaya dengan pertimbangan anaknya.

"Pa, Dinda nggak main-main kok."  Dinda menangkupkan kedua tangan dan memohon pada ayahnya.

"Kamu serius, dengan anak saya?" Netra Zafran beralih tajam menatap Devan.

Devan terdiam sejenak, menatap Dinda yang mengisyaratkan pengharapan penuh padanya. Dinda mengode Devan agak segera mengangguk.

Devan mengatur napasnya yang memburu tak karuan, juga detak jantung yang berdegup cepat.

"Bismillah, insyaa Allah saya siap, Tuan," jawab Devan hati-hati.

Zafran mengusap-usap kasar wajahnya dengan frustasi. Bukan apa-apa, tapi Devan sama sekali belum dikenalnya dengan baik. Dia mana tahu apakah Devan pria yang baik atau tidak untuk menikahi putrinya.

"Pa... acara di gedung sebentar lagi," mohon Dinda.

"Jangan menikah dengan tergesa-gesa begini, Dinda." Zafran mendesah.

Dinda menggigit bibir bawahnya, memang benar dia menikah dengan tergesa-gesa. Tapi di sisi lain dia akan sangat malu jika pernikahannya batal. Diliriknya Devan yang masih memasang wajah ekspresi datar.

"Kalau dilihat-lihat cakep juga sih. Meski nyebelin dan bukan tipeku banget." Dinda berdialog sendiri.

"Nggak Pa, Dinda serius," desak Dinda.

Zafran membuang napas dengan kasar sekali lagi. Sebetulnya sangat tak rela jika anak gadisnya menikah dengan sembarang orang begitu saja. Tapi, Zafran kenal siapa Bi' Sumi selama bekerja padanya. Orangnya memang jujur dan baik. Zafran berharap semoga anaknya pun demikian.

"Papa nggak ngerti kenapa semuanya bisa kacau berantakan kayak gini!" Keluh Zafran.

"Dinda harap Papa segera cepat memberi jawaban. Supaya undangan yang disebar nggak sia-sia. Supaya para tamu undangan datang tanpa bertanya-tanya," rayu Dinda.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang