7 - Diary Dinda

230 25 33
                                    

Dear  my sweet Diary...

Menjadi seorang istri? Ya, itu adalah hal terindah yang gue bayangin waktu gue masih jadian sama Reno. Nyonya Reno dengan bisnis butiknya yang sukses, dan beberapa pelayan rumah tangga di dalamnya. Kita punya anak-anak yang lucu dan cerdas. Pernikahan kita langgeng sampai maut memisahkan.

Tapi, gue nggak habis pikir ini semua bakal terjadi. Loe bayangin aja, seorang sahabat gue selingkuh bahkan sampai mengandung janin dari pacar gue. Dan gue juga baru tahu sekarang, kalau ternyata Reno itu dulu pernah selingkuh sama Mikha pas kami lagi break. Selingkuhnya nggak tanggung-tanggung pula, setahuuun.

Dan sekarang, gue malah ngambil keputusan konyol dalam hidup gue. Gue nikah sama anak pembantu gue. Okelah, kalau emang ini takdir. Tapi, seorang yang gue sebut suami adalah orang terjutek yang pernah gue kenal. Dia bahkan sama sekali nggak ada ketertarikan sama gue.

Emang dia anggap gue apa?  Gue itu cantik, kaya, pinter, sempurna pokoknya. Tapi dia seakan nganggep gue cuma sebutir upil yang nggak sengaja nyangkut di lobang hidup, eh... hidungnya.

Permintaannya juga aneh-aneh. Masak dia nyuruh gue ninggalin Jakarta? Harus ikut dia tinggal di tempat dia bekerja.

Sidoarjo? Huuuh. Di mana itu? Dia juga nyuruh gue pindah kuliah. Kenapa segalanya jadi runyam gini, sih!

Gue nggak bisa bayangin, hidup berjauhan dari keluarga. Dan tinggal serumah sama cowok nyebelin? Ini mimpi, kan? Aaargh.

Eh, udah dulu ya dyari nulisnya. Tuh cowok nyebelin udah kedengaran derap kakinya. Suara derap kakinya aja udah serem kan ya, apalagi ketemu orangnya. Hiiiih!

Bye,

Jakarta, 2019.
*

**

Dinda menutup buku diarynya dan segera menyimpan di antara tumpukan baju. Tak lama kemudian, Devan sudah muncul, masuk ke dalam kamar diiringi tatapan elang yang mengintimidasi.

Devan mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan dan menatap lagi Dinda dengan kedua tangan yang saling mengait dipunggungnya.

Akhirnya, Dinda dan Devan sudah mengurus pernikahan yang sah di KUA. Buku kecil berwarna hijau dan merah sudah resmi mereka miliki. Itu artinya ikatan pernikahan mereka sudah semakin kuat karena memiliki ikatan hukum.

Hari ini, adalah hari terakhir Dinda dan Devan menghabiskan masa 'bulan madu' mereka di Jakarta. Devan sudah mendapat panggilan kerja di kota tempat tinggalnya. Devan mengajak Dinda untuk tinggal bersamanya. Mau tak mau Dinda harus patuh. Selain karena dia harus menaati perintah Devan sebagai suaminya, Dinda juga masih ingat bahwa mengikuti ke mana Devan pergi adalah salah satu perjanjiannya dengan Devan saat dulu Dinda memintanya untuk menikah.

"Lho? Belum siap? Katanya lima belas menit. Ini sudah lima belas menit lewat sepuluh detik lho malahan!" Devan mengacungkan stopwatch pada jam digitalnya.

Dinda gelagapan saat semuanya masih berantakan. Memang kebiasaan Dinda mengulur waktu dan meremehkan waktu. Kali ini Dinda harus menerima kenyataan baru, bahwa Devan berkebalikan dengannya yang sangat detail dan disiplin soal waktu. Tapi dia tidak mau kalah, dia tak mau terlihat salah di depan Devan.

"Dinda lagi nulis diary, tauk! Kan habis ini kita pergi, Dinda pengen nulis kenangan-kenangan selama di sini!" ujar Dinda sambil mendengus kesal.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang