12 - Salah Paham

214 21 21
                                    

"Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)."

 (An Nisaa : 34)
****

Kling!

Bunyi notifikasi pesan di ponsel milik Dinda menghentikan omelan Dinda yang sepanjang makan menggerutu soal lauk pauk seadanya. Dibukanya pesan masuk di gawainya.

Dari Arya? Tahu darimana nomor ponselku?

Dinda segera menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tak ada Devan yang mengintainya. Karena Dinda takut Devan berpikir macam-macam hanya karena tahu Dinda berbalas pesan dengan teman laki-lakinya. Segera dibacanya kembali pesan dari Arya.

Din, ini aku Arya. Ada barangmu yang ketinggalan nih di aku.

"Barang?" Dinda mengerutkan dahi.

Dinda segera beranjak pergi dan memeriksa tas yang biasa dia pakai saat pergi kuliah. Tak ada buku dan alat tulis yang hilang. Tapi Dinda tersentak ketika tahu sekotak kado untuk Devan tak didapatinya di dalam tas berwarna biru kesayangannya. Dia terkejut saat baru mengingat sesuatu.

"Omegot! Gue baru inget kalau Devan hari ini ulang tahun! Aduuh terus gimana nih kadonya?" Dinda menggigit bibir bawahnya, berpikir keras harus bagaimana. Dia baru sadar jika kadonya sudah tidak ada di tas lagi setelah membaca pesan dari Arya.

Sambil memikirkan solusi, Dinda segera membalas pesan Arya.

Aduh, iya. Itu kado! Makasih ya, Arya. Disimpan dulu kadonya.

Tak berselang lama, Arya langsung membalasnya.

Kamu posisi di mana sih? Aku anterin aja deh kadonya. Share lok ya!

Bagai kejatuhan durian runtuh! Dinda melonjak kegirangan. Akhirnya dia tak perlu repot-repot mencari jalan keluar untuk mendapatkan kadonya kembali, karena Arya sudah bersedia mengantarnya.

Tanpa pikir panjang, segera di pencetnya tombol bagikan lokasi dan dikirimkan pada Arya. Satu pesan masuk dari Arya kembali dibacanya :

Yah, kok pas ya. Aku rumahnya deket sama rumah kamu. Cuma aku diperumahannya, kamu daerah perkampungannya.

"Kampung? Huh! Iya, sejak menjadi istri Devan, aku jadi orang kampung!" Dinda tak terima dengan balasan pesan dari Arya.
Dengan kesal, segera diketiknya balasan pesan untuk Arya.

Iya dah, aku emang orang kampung.

Ponselnya kembali berbunyi.

Lho, aku nggak nyinggung Din. Aku bicara letak. Kan memang kamu bukan di daerah perumahannya. Jangan baper deh, nanti cantiknya ilang.

Maaf ya. Ini aku udah ada di depan rumahmu, coba buka pintu.

"Glek!" Susah payah Dinda menelan salivanya sampai hampir tersedak saat tahu secepat ini Arya tiba.

Segera dikenakannya jaket dan jilbabnya saat hendak keluar menemui Arya. Saat membuka pintu, Arya sudah siap dengan senyum manisnya agar menarik perhatian Dinda yang terlihat memasang ekspresi jutek seperti biasanya.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang