9 - Perselisihan Kecil

230 26 87
                                    

"Keluarga yang tidak baik, mereka bertengkar tanpa aturan. Satu sama lain saling menguasi dan saling mendzalimi. Setitik pun tidak ada upaya untuk mencari solusi. 'Yang penting aku menang, yang penting aku mendapat hakku'. Tak jarang pertengkaran semacam ini sampai menui caci-maki, KDRT, atau bahkan pembunuhan.

Berbeda dengan keluarga yang baik, sekalipun mereka bertengkar, pertengkaran mereka dilakukan tanpa melanggar aturan. Sekalipun mereka saling sakit hati, mereka tetap menjaga jangan sampai mendzalimi pasangannya. Dan mereka berusaha untuk menemukan solusinya dari pertengkaran ini. Umumnya sifat semacam ini ada pada keluarga yang lemah lembut, memahami aturan syariat dalam fikih keluarga, dan sadar akan hak dan kewajiban masing-masing."
(Uztad Ammi Nur Baits)

*****

Mak gedebuuugh!

Dinda tersentak dan bangun dari tidur nyenyaknya. Saat mendapati sebuah bantal mendarat di wajahnya.

"Seeet daaah! Vaaan! Bangunin istri yang sopan napa!" Masih terkantuk-kantuk, Dinda berusaha bangkit dari tidur pulasnya.

Devan hanya diam bergeming. Rambutnya yang masih basah, ditutupnya dengan peci hitam. Bulir-bulir air mengalir dari celah-celah janggut tipisnya. Devan terlihat lebih tampan ketika wajahnya basah dengan air wudhu. Dinda mengerjap-ngerjapkan matanya. Karena baru hari ini dia mendapati Devan setampan ini.

"Van, kalau istri ngomong direspon,kek!" gerutu Dinda.

"Tau ah. Saya mau ke masjid dulu. Assalamualaikum... " Setelah menggulung sarung di perutnya, Devan segera berlalu meninggalkan Dinda yang mendengus kesal.

Di perjalanan menuju masjid, langkah Devan gontai tanpa semangat.

"Saya terlalu kasar nggak,sih? Kalau tadi bangunin Dinda dengan cara ngelempar bantal ke mukanya?" batin Devan sembari berjalan menuju masjid yang tak jauh dari rumahnya. Dia merasa bersalah karena sudah terbawa emosi.

Devan sudah hampir habis kesabaran. Karena Dinda tidak bisa menjalankan fitrahnya menjadi seorang istri dengan baik. Kerjanya hanya tidur, makan dan nonton dvd saja. Kalau dibangunkan untuk sholat subuh, susahnya bukan main. Bahkan ngomel-ngomel tidak jelas.

Devan lelah dengan semua ini. Dia menjalankan perannya sebagai suami sekaligus istri. Menyiapkan sarapan, mencuci baju, bekerja, mengepel, dan hampir semua pekerjaan rumah Devan lakukan. Karena Dinda yang manja dan selalu beralasan tugas kuliahnya menumpuk dan dia lelah.

"Saya juga lelah!"keluh Devan.

Assholaatu khairumminannauuumm....

Suara adzan subuh terdengar semakin jelas di telinga Devan. Karena dirinya sudah berada di serambi masjid. Pikirannya masih melayang tentang bagaimana harusnya dia membimbing istrinya yang masih kekanak-kanakan dan keras kepala ini.

Dua jam kemudian...

Dinda menggeliatkan tubuh rampingnya. Aroma sedap sebuah masakan masuk menusuk ke dalam rongga hidungnya. Tadi sehabis sholat subuh, dia tidur lagi.

"Hmmpfh,baunya sedap banget!" Dinda segera menghampiri ruang makan. Semua hidangan telah rapi tersedia di atas meja makan.

Krieet!

Suara pintu dibuka, Devan baru saja dari masjid dekat rumah, dia baru pulang pukul enam karena juga ikut kajian tahsin yang diadakan setiap hari Ahad (Minggu). Iris hitam pekat itu tertuju pada sosok Dinda yang tengah mengendus-endus makanan sembari membuka tudung saji.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang