"Kita bisa saja memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta. Namun kita tak akan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh."
******
"Ya Allah, apa yang harus Dinda lakukan?" Isak Dinda sedih.
Dinda terisak duduk di bangku taman. Gaun yang dia kenakan, dibiarkan menjuntai menyapu tanah dan rerumputan. Berkali-kali dia menyeka bulir bening yang berjatuhan melewati pipi halusnya.
Dinda tak bisa membayangkan bagaimana respon para tamu undangan ketika ternyata pernikahannya dibatalkan. Jikalau Dinda tak segera datang ke gedung, tentu para tamu undangan bisa saja beringsut ke rumahnya dan menanyakan perihal pernikahan. Pasti ayahnya akan bertambah marah besar padanya.
Mengapa segalanya bisa menjadi serumit ini? Hari yang harusnya menjadi hari terbahagia dalam hidupnya. Terhempas seketika, disapu oleh takdir yang tak pernah dia duga sebelumnya.
Terlebih gadis yang merusak kebahagiaannya dengan Reno adalah Mikha, sahabatnya sendiri. Rasanya hati Dinda seperti terkoyak. Juga dengan Reno, kekasihnya, tak habis pikir mengapa Reno tega menikam Dinda diam-diam seperti ini.
Di tengah lamunan dan isakan Dinda, sesosok pemuda tengah serius menekuni pekerjaannya.
Srek... srek...
Devan, anak Bi' Sumi terlihat khusyuk memangkas rerumputan di taman belakang rumah. Peluhnya bercucuran, sesekali dia kedapatan menyeka keringatnya.
Devan bahkan tak mempedulikan adanya Dinda yang tengah terisak, serta kekacauan yang terjadi di rumahnya. Padahal Bi' Sumi sempat menyaksikan semuanya dan turut prihatin. Mungkin karena semua masalah dalam keluarga Dinda memang bukan urusan Devan yang baru saja mengenal keluarga majikan ibunya itu.
Dinda menopang dagu, seraya memperhatikan Devan. Tiba-tiba, senyumnya mengembang kala memikirkan sesuatu yang tak dia sangka mampir dalam dendrin otaknya.
Ya, tiba-tiba saja ebuah ide gila terlintas di benak Dinda.
"Phhhhsssst..." Dinda berdesis keras, berharap Devan memalingkan muka padanya.
"Woy...! " Panggil Dinda. Tapi Devan tak sedikit pun menoleh.
"Woy... !" Panggilnya lagi. Devan tetap tak bergeming. Segera di ambilnya segenggam kerikil dan dilemparkannya pada Devan.
"Woy, dipanggil nyaut napa!" Dinda menggerutu kesal. Devan akhirnya menoleh dan mengibas-ngibas sisa kerikil dan pasir yang menempel di kaosnya.
"Aku punya nama, namaku Devan," Devan menatap datar pada Dinda.
"Iya deh, siapa elu dah. Mau nggak jadi suami gue?" Ujar Dinda frontal.
"Eh?" Devan mengernyitkan kedua alis tebalnya. Devan berpikir jangan-jangan Adinda adalah gadis yang kurang waras. Berani-beraninya bermain-main dengan kata pernikahan.
"Jadi gini, calonku mundur dari pernikahan ini. Nah, padahal kan acaranya bentar lagi. Mau nggak loe gantiin jadi calon gue?" Dengan percaya diri Dinda lancar mengucap permintaan.
Dinda memincingkan kedua matanya pada Devan, yakin bahwa Devan pasti mau menerima tawarannya.
Bukankah Dinda adalah gadis cantik yang nyaris sempurna? Dengan kedua orang tua yang kaya dan kakak-kakaknya yang sukses. Dengan begitu terangkatlah hidup Devan dengan Bi' Sumi yang seorang janda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)
RomanceAdinda Kanya Dewi, gadis kekanak-kanakan berusia 18 tahun yang diajak menikah oleh kekasihnya -Reno- yang berusia 19 tahun. Mereka telah berpacaran selama 3 tahun tanpa sepengetahuan orang tua Dinda. Karena Ibunya yang sangat agamis ini memang melar...