8 - Menjemput Kehidupan yang Baru

230 26 76
                                    

Menikah, bukan sehari, bukan dua hari.
Menikah, semenit akad untuk selamanya.
Menikah, bukan hanya sepasang pria dan wanita, tapi satu paket dengan keluarganya.
Maka jika hendak menikah, pastikanlah kita bisa menerima keluarganya, dan sebaliknya.

******

"Nyonya Zahra... " panggil Bi'Sumi yang berjarak beberapa meter darinya. Zahra setengah terkejut karena sedang asyik mengamati tingkah Devan dan Dinda dari celah pintu kamar mereka yang terbuka sedikit. Zahra menempelkan jari telunjuknya di atas bibirnya.

Zahra segera berlari kecil menghampiri Bi' Sumi sebelum Devan dan Dinda tahu bahwa Zahra tadi melihat tingkah laku mereka yang konyol.

Zahra menepuk bahu Bi' Sumi pelan setelah menghampirinya.

"Jangan panggil Nyonya donk, kita kan sudah besan. Panggil saya Zahra, mulai sekarang Bi' Sumi saya panggil Kak Sum, ya," atur Zahra.

Karena Usia Bi' Sumi memang terpaut jauh lebih tua dari Zahra, meski usia anak mereka tak terpaut jauh.

"Aduh, saya belum terbiasa, Nyonya," jawab Bi' Sumi polos.

Zahra mendesah.

"Terserah Nyonya sajalah,"ucap Bi' Sumi akhirnya.

"Ayo coba panggil saya, Zah... ra." Zahra mendikte.

Dengan takut-takut Bi' Sumi membuka mulutnya, " Zah... ehm... Zah... "

Bi' Sumi mengulum bibir, lidahnya terasa kaku mengganti sebutan Nyonyanya dengan nama panggilan saja. Majikannya ini tidak sombong, berbeda dengan Dinda anaknya. Bahkan mereka dengan rela menikahkan Dinda dengan Devan anaknya yang belum menjadi apa-apa. Hanya seorang anak yatim dengan kehidupannya yang sederhana.

"Ayolah Kak Sum." Zahra menyemangati.

"Anu Nya, sungkan. Bertahun-tahun saya kerja di sini panggil Nyonya kok," terang Bi' Sumi.

"Jangan gitulah Kak, ayo coba lagi. Jangan minder begitu. Kita sama-sama manusia biasa," hibur Zahra yang dibarengi Bi' Sumi yang manggut - manggut.

" Zahra," ucap Bi' Sumi cepat, lalu segera membekap mulutnya sendiri.

Zahra terkekeh geli melihat kepolosan Bi' Sumi.

"Bilang Zahra sebanyak sepuluh kali ya, Kak!" perintah Zahra. Bi' Sumi segera menurutinya, diiringi dengan tepukan tangan Zahra setiap kali Bi' Sumi berhasil menyebut namanya dengan lancar.

"Zahra... Zahra... Zahra... Zahra... Zah... " Ucapan Bi' Sumi terhenti saat Dinda dan Devan sudah ada di depan mereka sambil menggeleng heran.

" Mama apa-apaan sih! Ngerjain Bi' Sumi aja!" Dinda menepuk keningnya.

"Eiits... Kamu Dinda, jangan panggil Bi' lagi ya. Ini Mama dan Kak Sum sedang latihan manggil dengan panggilan baru. Kamu juga harus berlatih untuk tidak panggil dengan sebutan Bi' Sumi lagi!" Zahra menggoyang-goyangkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

"Panggil apa dong Ma?" Dinda menggaruk tengkuknya.

"Ibu!" sahut Devan sebelum Zahra menjawabnya.

Hijrah Cinta Adinda ✓ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang