—-Alex POV—-
Malam yang sangat panas bagi gadis-gadis yang sedang menikmati musik yang hingar-bingar dengan kepulan asap rokok yang hampir menutupi sudut ruangan. Dentuman musik hip hop membuat tamu-tamu klub berteriak kegirangan sambil sesekali melenggokkan tubuhnya di dance floor. Beberapa tamu yang berada di table melambaikan tangannya mengikuti alunan musik yang semakin panas.
Seorang gadis berambut hitam panjang sebahu sedang asyik bersender dipojok table. Gadis itu begitu mahir memuaskan nafsu birahi pria disebelahnya. Beberapa kali tangan gadis itu meremas Mr. P pria yang dikencaninya dan terus menghujani pria itu dengan ciuman nakalnya.
Pria itu yang sudah setengah mabuk menikmati apa yang dilakukan gadis disampingnya. Sesekali pria itu meremas payudara gadis itu yang menonjol bagaikan buah pepaya yang ranum.
"Mas, kamu kapan nikahin aku?". Tanya gadis itu dengan setengah berteriak ditelinga pria yang dicumbunya.
"Ehhhm..., kapan ya?". Jawaban yang datar karena pengaruh alkohol membuat si pria tak dapat berpikir jernih.
"Mas Alex, aku serius mas..., masa kamu tega gantungin aku terus. Aku kurang apa coba?".
"Iya, nanti ya aku pikirkan". Jawab Alex dengan nada tak semangat.
"Mas, jangan bilang kamu masih cinta dengan wanita jalang yang udah ninggalin kamu!". Ira berceloteh dengan perasaan curiga dan cemburu yang membuncah.
Alex terkejut sekaligus marah dengan celotehan Ira. Alex merasakan pil pahit ketika Ira mengingatkannya kepada Abel wanita yang sangat dicintainya.
"Sudah Ra!, mulai sekarang kita sudah gak ada hubungan apa-apa sama kamu!! Kita putus!!". Teriakan kemarahan Alex yang membuat Ira seketika merasakan tubuhnya lemas tak berdaya. Hancur hati Gadis itu atas apa yang dikatakan Alex barusan. Ira yang selama ini berkorban apapun demi Alex seperti semua tak ada harganya dimata Alex.
"Tunggu Mas Alex!. Jangan tinggalin aku!". Alex menghempas genggaman tangan Ira dan berlalu pergi. Tanpa sedikitpun peduli dengan Perasaan Ira.
Dengan kepala yang masih pusing akibat alkohol, Alex berusaha fokus mengendarai mobilnya menuju apartemennya.
Sesampainya Alex di apartemen, Alex langsung menuju kamar tidurnya dan merebahkan tubuhnya dikasurnya yang empuk. Wajah Abel dan kedua anaknya yang ditemuinya tadi pagi terus saja hadir dipikirannya bagaikan slide foto yang terekam di otaknya.
Beberapa wanita yang pernah hadir dalam hidup Alex setelah kesakit hatiannya dengan Abel hanyalah seperti halte bus. Hanya singgah sementara dan berlalu begitu saja tanpa membekas cinta dihati Alex. Rasa dendamnya kepada Abel yang dianggap telah mengkhianatinya dibayarnya dengan mempermainkan wanita yang mengejarnya.
Tak ada sedikitpun niat untuk serius kepada wanita-wanita yang ditidurinya.—-Abel POV—-
"Lex, maafin aku...". Abel meraih jemari tangan Alex dan menempelkannya diwajah Abel. Alex tersenyum manja sambil mengusap rambut Abel dengan mata berbinar.
"Aku maafin kamu sayang, tapi kita udah gak mungkin bersama lagi seperti dulu, karena kini kamu sudah milik orang lain". Jawaban Alex membuat Abel menangis. Tangisan Abel lebih kepada kenyataan pahit kalau Alex bukan lagi bagian hidupnya.
"Aku sayang kamu Alex". Mata Abel yang berkaca-kaca menatap mata Alex lekat.
"Aku sangat sayang sama kamu Bel dan juga anak-anak kita". Alex menarik tubuh Abel untuk mendekat kepadanya untuk menyenderkan kepalanya dibahu Alex.
Bangku besi panjang di taman menjadi saksi bisu mereka berdua duduk dan mengutarakan perasaan mereka.
Abel terbangun, didapati dirinya ditempat tidurnya yang disebelahnya adalah Kevin, sang suami yang masih terlelap tidur.
Abel menengok jam dinding, dilihatnya jam yang menunjukkan jam 2 pagi. Abel tersadar bahwa pertemuannya dengan Alex barusan hanyalah mimpi belaka.
Abel terhening, perasaan yang dirasakan tadi didalam mimpinya membekas dihati Abel.
Kerinduannya terhadap sosok Alex terhalangi oleh tembok pernikahannya dengan Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Terpendam
RomanceBeberapa kali abel mengubah posisi tidur agar bisa memejamkan mata, tapi percuma semakin berusaha rileks malah semakin tak bisa tidur. Abel berusaha menarik nafas, kemudian menghembuskan kembali dengan pikiran yang terus berkecamuk di dalam pikirann...