Pagi itu Alex segera menyusuri wilayah Tangerang dengan mobil sport hitamnya. Wajah Alex terlihat begitu semangat dan beberapa kali bersiul sambil mengetukkan jemarinya di stir mobilnya. Lagu mirror milik Justin Timberlake menambah semangatnya untuk segera sampai di persidangan akhir untuk pemutusan sidang cerai dirinya dengan Reva.
"Ya Pak Agus, saya sudah di tol nih, bentar 15 menit lagi saya sampai". Alex menjawab telepon dari pengacaranya yang mengurus perceraiannya itu.
Alex segera mematikan telepon genggamnya dan kembali fokus menyetir.
Sesampainya di pengadilan Alex segera dihampiri oleh pak Agus yang menyerahkan beberapa berkas penting yang haris dibawa Alex.
"Hari ini hanya ketuk palu saja pak Alex, hakim akan mengabulkan gugatan anda".
"Bu Reva kembali berhalangan hadir pak, dan sepertinya dia sudah menyerah dan tidak akan mengajukan banding". Agus memberikan informasi dengan wajah berseri.
"Bagus pak Agus, lebih cepat lebih baik". Jawab Alex lugas.
***
Hakim akhirnya mengetuk palu dan mengesahkan perceraian Alex dengan Reva. Akta cerai akan segera dikirimkan menyusul. Alex begitu sumringah setelah mendengar keputusan hakim. Alex sudah bebas walaupun menyandang status duda.
***
Sepulangnya Alex dari pengadilan, dia mengarahkan mobilnya ketempat coffee shop didaerah Semangggi. Alex memang sudah minta izin hari ini ke Direkturnya untuk menghadiri persidangan perceraiannya. Beberapa rekan kantornya selalu memberinya semangat untuk terus menjalankan hidup dengan penuh optimisme.
Dibelokkan mobilnya untuk masuk kedalam mal yang sering dia kunjungi saat makan siang. Alex sering kali minum di kopi langganannya bila sedang ingin santai. Kegemarannya adalah kopi hitam luwak dengan sedikit gula.
Sambil menyeruput kopi yang sudah terhidang di mejanya, Alex masih sibuk mengetik di laptopnya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.
Pandangan Alex terhenti kepada satu titik. Beberapa kali Alex memastikan orang yang dilihatnya bukanlah Abel. Tapi suaranya yang khas dan renyah menambah keyakinan Alex kalau yang dilihatnya adalah Abel.
Abel menggunakan jeans hijau model hotpants dan menggunakan cardigan hitam. Rambut hitam Abel yang digerai panjang terlihat begitu manis.
Abel terlihat sedang memesan kopi dan tak berapa lama duduk di sofa yang tidak jauh dari Alex saat ini sedang duduk. Abel hanya seorang diri tanpa membawa anak-anaknya.
Dalam hati Alex mempertanyakan kenapa Abel tidak membawa serta si kembar?.
Alex dengan sedikit ragu mendatangi meja Abel, yang membuat Abel terkejut melihat Alex yang sedang berdiri dihadapannya.
"Hai Bel!". Sapa Alex dengan nada sopan.
"Hhaii Lex...!". Abel mejawab sapaan Alex dengan muka yang masih terlihat bingung.
"Boleh aku pindah duduk disebelahmu?" Pinta Alex kepada Abel.
"Iiyaa boleeh". Jawab Abel kikuk.
Alex segera memindahkan kopinya beserta laptop dan tas kerjanya. Wajah Abel terlihat canggung dan nervous saat harus berdekatan dengan mantan suaminya itu.
"Kamu sering kesini Bel". Alex membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana yang masih kaku.
"Kadang-kadang saja, kalau aku kangen pengen minum kopi".
"Kamu sering kesini ya Lex?" Tanya Abel menambahkan.
"Lumayan sering kalau aku lagi butuh santai. Karena belakang aku sibuk dikantor paling sebulan 2-3 kali aja kesini".
"Gimana kabar anak-anak kita?". Tanya Alex bersemangat.
"Sikembar sekarang lagi senang ngoceh dan bercanda, kadang-kadang suka mainin tangan dimasukkin ke mulut". Terang Abel sambil tersenyum.
"Senang ya kamu bisa selalu menemani anak-anak kita". Alex merasakan dadanya terasa sesak menghadapi kenyataan pahit harus terpisah dari kedua anaknya.
"Maafin aku Lex. Kamu gak pantes untuk diperlakukan tidak adil seperti ini. Aku akan berbicara ke Mas Kevin untuk mengizinkanmu menemui Axel dan Alena". Pernyataan Abel membuat segurat kebahagiaan dihati Alex. Abel ternyata memahami apa yang saat ini dirasakannya.
Secara reflex dari hatinya Alex menaruh tangannya diatas tangan Abel. Alex menggenggam tangan Abel erat. Abel tidak menolak perlakuan Alex kepadanya. Karena jauh dilubuk hati Abel ada kerinduan yang teramat dalam kepada Alex, sosok pria yang selama ini dipujanya.
"Kamu abis ini mau kemana Bel?". Tanya Alex penasaran. Berharap waktu yang lebih panjang untuknya bersama Abel.
"Aku mau beli perlengkapan makan sikembar dan mainan. Kamu mau ikut?". Tanya Abel.
"Aku mau, demi kamu dan sikembar". Alex keceplosan saat menjawab pertanyaan Abel.
"Maafff...!". Alex menutup mulutnya khawatir bila Abel tersinggung atau risih dengan ucapannya.
Abel hanya tersenyum dan menarik tangan Alex yang menutupi mulutnya. Seketika Alex dan Abel beradu pandang. Mereka saling menatap lekat dan sepersekian detik mereka mengalihkan pandangannya karena perasaan malu bercampur gugup.
Sepanjang pencarian barang kebutuhan untuk sikembar, beberapa kali Alex dan Abel tertawa lepas dan Alex tak segan memegang tangan Abel saat mereka dalam kerumunan orang-orang yang sedang belanja. Sikap mereka berdua bagaikan pemuda-pemudi yang sedang PDKT.
***
"Lex, sudah sore, kasihan sikembar kalau aku tinggal lama". Abel menengok ke jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 3 sore.
"Iya, kamu hati-hati ya, salam kangen untuk kedua anak kita".
Alex merangkul Abel dari belakang, dan mendaratkan ciuman ke kening Abel. Abel tak mengelak dan terlihat Abel menikmati semua perlakuan Alex kepadanya.
"Makasih udah kasih nomor hp kamu Bel, kalau aku ingin bertemu kamu dan anak-anak kita bolehkan?". Tanya Alex memastikan.
Abel menggangguk diiringi senyuman manis.
Hati Alex berbunga-bunga, bagaikan penggali yang menemukan berlian.
Abel meninggalkan Alex diparkiran. Alex yang masih diri terpaku menatap Punggung Abel yang semakin menjauh.
+++++++
Jangan lupa di vote dan komen ya guyss 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Terpendam
RomansaBeberapa kali abel mengubah posisi tidur agar bisa memejamkan mata, tapi percuma semakin berusaha rileks malah semakin tak bisa tidur. Abel berusaha menarik nafas, kemudian menghembuskan kembali dengan pikiran yang terus berkecamuk di dalam pikirann...