Selasa, 19 Februari 2019
Fateh memarkirkan mobil sport berwarna merah kesayangannya dihalaman parkir SMA Garuda. Kali ini dia berangkat lebih awal dari 4 sahabatnya yang hoby berangkat siang. Keempat sahabatnya yaitu Dimas, Satria, Bima, dan Alul terkenal hoby berangkat siang dan sering terlambat termasuk Fateh.
Fateh melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.
"jam 6.15, ya kali gue berangkat sepagi ini" batin Fateh.
Ia melihat sekelilingnya, baru ada beberapa anak yang berangkat itupun kebanyakan anak yang rajin dan tidak pernah melanggar peraturan sekolah.
Ada beberapa anak yang memandang Fateh dengan heran, sampai ada yang berbisik - bisik, ada juga yang memandang dengan tatapan sinis.
Namun ia tidak menggubris tatapan itu. Ia pun berjalan menuju kantin belakang. Dengan tangan yang dimasukkan di dalam saku celananya, ia berjalan melenggang se-enaknya menelusuri koridor.
"Muhammad Al Fateh" ucap seseorang
Mendengar namanya dipanggil, Fateh pun menoleh ke arah sumber suara.
Saat menoleh, didapatnya seorang pria paruh baya sedang berdiri berdecak pinggang sambil memegang sebuah penggaris panjang.
"Ehh...Bapak, selamat pagi pak Eko" ucap Fateh dengan nada yang disengaja ia manis - manis kan.
Pak Eko meneliti penampilan Fateh hari ini dari atas sampai bawah.
"Kamu itu mau sekolah apa mau nongkrong?" tanya pak Eko sambil menggeleng - gelengkan kepalanya melihat penampilan Fateh hari ini. Baju tidak dimasukkan kedalam celana dan tidak memakai dasi
Fateh berdecak.
"Bapak ini ada - ada aja pertanyannya. Sekarang saya lagi ada dimana?" tanya Fateh pada pak Eko.
"Disekolah"
"Nah berarti saya sekolah dong, pak" balas Fateh sambil cengar cengir tidak jelas.
"Kamu jangan banyak omong sekarang kamu ke lapangan" perintah pak Eko.
Fateh tampak bingung karena dia disuruh ke lapangan oleh pak Eko.
"Kok saya disuruh ke lapangan, pak? Emangnya saya salah apa? Saya kan mau belajar. Jadi, sebagai murid yang budiman saya harus ke kelas" ucap Fateh.
"INI PERINTAH" teriak pak Eko
Mendengar perintah dari pak Eko, Fateh menghela nafasnya berat. Tidak ada pilihan lain selain menuruti perintah beliau.
Dengan langkah lemas, Fateh membalikkan badannya lalu ia berjalan menuju lapangan.
***
Sesampainya Fateh dilapangan, seketika matanya tercengang melihat keempat sahabatnya berada dilapangan sedang berdiri mengahadap tiang bendera dengan posisi hormat.
"Sekarang kamu berdiri disini sampai bel istirahat berbunyi" perintah pak Eko pada Fateh yang masih berdiri tak jauh dari keempat sahabatnya.
"Hei...kamu dengar apa yang saya ucapkan tadi?!!!" bentak pak Eko membuyarkan lamunan Fateh.
"Iya pak" ucap Fateh kaget
Fateh mengambil posisi berdiri tepat disamping Dimas. Lalu ia menyikut perut sahabatnya itu.
"Sejak kapan lo pada berdiri disini?" tanya Fateh pada Dimas
"Sejak tadi" balas dendam dengan singkat, padat dan jelas
"Semua ini gara - gara Satria, gue tadinya gak mau sekolah karna gue tau kalo hari ini pak Eko yang jadi guru piketnya" sahut Alul kesal
"Kok gue?" Satria tak terima bila dirinya disalahkan oleh Alul atas kejadian hari ini.
"Iyalah siapa lagi kalo bukan lo. Kan lo maksa ngajak kita buat sekolah hari ini?" balas Alul
"Gue cuma ngajak Dimas dan Bima doang bukan lo" balas Alul tak mau terkalahkan
"Pede banget sih lo jadi orang!" sewot Satria kesal. Padahal dirinya tidak mengajak Alul untuk berangkat sekolah hari ini
"Lo berdua bisa diem gak?" bentak Fateh menengahi perdebatan mereka berdua
"Alul duluan yang mulai"
"Satria yang mulai duluan teh"
"Alul"
"Satria"
"Alul"
"Satria"
"STOP!!!"
Alul dan Satria langsung terdiam pada saat Fateh membentak dan menyuruh mereka diam dan tak beradu mulut lagi.
***
Part 1 udah di up nih guys~
So, jangan lupa coment dibawah yah 👇
Kalau ada typo dimaafkan:oke 👌
Salam dari author
@azizahnurul16_
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bad Boy (Fateh Halilintar)
RandomBuat fatners and stars langsung baca aja:) Jadi, di cerita ini gen halilintar bukan keluarga, aku bikin umur mereka jauh lebih tua dari sekarang So, jangan lupa baca stars ⚡⚡⚡