Pergi atau Bertahan

2.2K 141 48
                                    

Fatim mendrible bola basket di tengah teriknya sinar matahari. Berulang kali ia menghapus keringatnya yang kini membasahi pelipisnya.
Bel pertanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak 1 jam yang lalu, cewek itu sengaja tidak langsung pulang kerumah. Ia memilih bermain basket dahulu.
Tanpa ia sadari, kini tingkah lakunya sedang di amati diam-diam oleh Fateh. Cowok itu sedang duduk di kursi panjang yang terletak jauh dari lapangan basket.

Fatim menghembuskan nafasnya lelah, lalu cewek itu terduduk lemas di tengah lapangan basket.

Melihat Fatim yang kini terlihat lelah, dengan sigap ia melangkah kan kakinya menuju kantin untuk membeli air mineral.

Ia pun memanggil salah satu siswa yang baru saja keluar dari dalam ruang Osis, dan menyuruh memberikan air mineral pada Fatim yang kini sedang duduk lemas di tengah lapangan basket.

----------------

Sudah hampir 1 bulan Fatim dan Fateh bersikap layaknya orang asing.

Berhari-hari Fateh dan Fatim menjalani rutinitas hidup nya seperti biasa. Meskipun kini keduanya sama-sama tersiksa oleh rindu, tetapi mau tidak mau mereka harus melakukannya.

Fateh duduk termangu di pinggir danau yang dulu pernah ia datangi bersama Fatim. Ditemani semilir angin menambahkan kesunyian hatinya. Suasana hening dan sepi membuat tiap gemericik air menjadi saksi bisu rasa rindu yang amat sangat pedih ini.

Suara deru air yang mengalir dengan tenang mengingatkannya pasa seseorang yang dulu menemaninta kemana pun langkah ia pergi.

Bahkan ketika Fateh membayangi senyumannya, seperti ada sesuatu yang kini menghantam keras kepalanya menyuruh nya buat tersadar bahwa kini ia berada di dalam ilusinya saja.

Bahkan ketika ia mengingat momen-momen indah yang pernah ua lewati bersama Fatim, seperti sebuah kenangan manis sekaligus menyakitkan untuknya kenang.

"Teh?" sapa seseorang yang tiba-tiba datang membuyarkan lamunan Fateh.

Fateh pun menoleh ke sumber suara, sontak kedua matanya membulat sempurna saat melihat kehadiran seseorang yang kini berada di belakang tubuhnya.

"Saaih?"

"Ngapain lo kesini?" tanya Fateh.

Ya, seseorang itu adalah Saaih.

Saaih melangkahkan kakinya mendekat, lalu cowok itu duduk tepat di samping Fateh.

"Jangan terlalu dipikirin!" ucap Saaih pada Fateh.

Mendengar perkataan Saaih, Fsteh pun tersenyum miris.

"Gue gak bisa" balas Fateh.

"Kenapa?" tanya Saaih.

Fateh pun menghela nafasnya, lalu ia berkata;

"Gue udah terlanjur sayang sama dia" ucap Fateh lirih.

Mendengar perkataan Fateh, kini hati Saaih terasa ter-iris oleh pisau yang tajam. Tetapi ia harus bersikap biasa saja di depan Fateh, mencoba menutupi perasaan nya pada Fatim.

"I know itu memang berat tapi mau sampe kapan lo terus-terusan begini?"

"Gue memang gak terlalu mengenal lo"

"Dari awal kelas 10 kita berdua memang selalu bermusuhan"

"Tapi gue---"

"Gue gak papa!" potong Fateh cepat saat Saaih belum menyelesaikan ucapannya.

Saaih pun mengangguk kepalanya paham, lalu cowok itu menepuk pundak Fateh.

"Sebelum semuanya terlambat, lo harus perjuangin cinta lo"

The Perfect Bad Boy (Fateh Halilintar) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang