"Papah sayang Fateh" ucap Ayah nya lirih.
"Fateh juga sayang sama Papah" balas Fateh.
"Fateh gak boleh nakal lagi ya"
"Fateh harus jadi anak yang rajin"
"Harus nurut sama bang Risky dan mamah Sohwa"
Fateh terdiam sejenak, dadanya terasa sakit akibat menahan tangisannya.
"Iya Pah, Fateh janji bakalan berubah"
"Dan Fateh janji gak akan nakal lagi"
"Tapi Papah harus sembuh ya" ucap Fateh menggenggam erat tangan Ayahnya.
Ayahnya menatap lekat kedua bola mata putra tunggal nya itu.
"Papah gak bisa janji, sayang" ucap Ayahnya dengan suara serak.
"Kenapa Pah?" tanya Fateh.
"Papah udah gak kuat lagi"
"Papah boleh pergi kan?" ucap Ayahnya menatap Fateh, lalu tersenyum.
Kedua tangan Fateh terkepal dengan kuat, air matanya pun mulai bercucuran. Dengan susah payah Fateh menggerakkan bibirnya menjawab pertanyaan Ayahnya.
"Pa--pah mau pergi ninggalin Fateh?"
"Papah udah gak sayang lagi sama Fateh?"
Ayahnya menghela nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya lalu ia menatap putra nya sendu.
"Papah sayang Fateh"
"Tapi Mamah udah nunggu Papah disana" ucap Ayahnya dengan isakan tangisan nya.
Fateh menggigit bibirnya sendiri, mendengar perkataan Ayahnya membuat hatinya semakin sakit, dadanya sesak akibat menahan tangisan nya.
Ayahnya menatap Fateh yang sedang menundukkan kepala nya, menahan tangisan nya.
Ayahnya pun tersenyum, tangan nya bergerak, lalu mengelus lembut punggung putranya.
"Papah janji, Papah akan sampaikan salam rindu kamu kepada Mamah"
"Fateh disini jaga diri ya"
Bibir Fateh bergetar, ia mencoba menahan isakan tangisan nya.
"Teh?" panggil Ayahnya dengan suara pelan, dengan kedua matanya yang mulai terlihat berat.
"Iya Pah?" jawab Fateh di tengah-tengah isakan tangisan nya.
"Papah sayang sama Fateh" ucap Ayah nya lirih.
"Fateh juga sayang sama Papah" balas Fateh.
"Papah ngantuk"
"Papah tidur ya" lirih Ayahnya lemah.
"I--iya Pah" sahut Fateh bergetar.
Ayahnya pun mulai menutup matanya rapat-rapat, Fateh menundukkan kepala nya. Isakan mulai terdengar keras, air matanya pun mulai mengalir dengan derasnya.
"Pah?" panggil Fateh serak.
"Bangun Pah?"
"Papah?"
Tak ada jawaban dari Ayahnya yang kini sudah terbaring lemah di atas kasur yang penuh dengan infusan yang menempel di tangan Ayahnya.
Ayahnya sudah benar-benar tidur dengan pulas.
Yaaa!
Tertidur untuk selamanya.Fateh mengepalkan kedua tangan nya kuat, lalu ia meninju-ninju dinding rumah sakit. Ia meluapkan rasa sesal, rasa sedih, dan rasa sakitnya di tinggal oleh orang-orang yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bad Boy (Fateh Halilintar)
De TodoBuat fatners and stars langsung baca aja:) Jadi, di cerita ini gen halilintar bukan keluarga, aku bikin umur mereka jauh lebih tua dari sekarang So, jangan lupa baca stars ⚡⚡⚡