Fateh menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Fatim. Di sepanjang perjalanan mereka berdua memilih saling diam. Entah ada angin apa, Fateh tidak seperti biasanya yang suka ngoceh tidak jelas. Kini memilih berdiam diri, apakah mungkin karna hadirnya Nathan yang tiba-tiba datang dan memeluk Fatim?
Fatim menoleh ke samping, Fateh cemberut menunjukkan wajah kekesalannya.
"Lo kenapa sih?" tanya Fatim sedikit heran.
Cowok itu menoleh ke samping.
"Gue boleh tanya?" ucap Fateh singkat.
"Tanya apa?"
"Jadi kapan lo terima cinta gue?" tanya Fateh langsung to the point.
Fatim menghela nafasnya berat, lalu cewek itu menyenderkan punggungnya di jok mobil.
"Emangnya kapan lo nembak gue?" tanya cewek itu tidak tau malu.
"Di loker room"
"Di depan teman lo yang namanya Naa--"
"Nathan" potong Fatim.
"Nah itu maksud gue Nathan"
"Jadi kapan lo mau nerima cinta gue?" tanya Fateh lagi.
"Maksud lo?"
"Lo mau ngajak gue pacaran?" tanya Fatim.
"Menurut lo?" jawab Fateh seenaknya.
Mendengar perkataan Fateh, Fatim pun berdecak kesal.
"Jadi cowok gak ada romantis-romantis nya" ucap Fatim sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
Fateh tertawa sinis.
"Tim?" panggil Fateh tiba-tiba.
"Apa!" jawab cewek itu sarkas.
"Sini tangan lo" ucap Fateh sambil meraih tangan Fatim.
Di genggam eratnya kedua tangan Fatim, lalu cowok itu menatap kedua mata Fatim lekat-lekat.
"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Fatim heran.
"Tim?" panggil Fateh pelan
"Apa!" jawab cewek itu.
"Gue suka sama lo" ucap Fateh sungguh-sungguh.
"Terus?" ucap Fatim tidak tau situasi.
"Gue mau lo jadi pacar gue?" lanjut Fateh sambil menggenggam erat tangan Fatim.
Mendengar perkataan Fateh, Fatim langsung salah tingkah. Pipinya seketika berubah menjadi merah. Berulang kali cewek itu menggigit bibir bawahnya, mencoba bersikap biasa saja.
"Lo lagi bercanda ya?" tanya Fatim sambil melepaskan genggaman nya dari tangan Fateh.
"Serius Fatim" ucap Fateh sungguh-sungguh.
Fatim menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia tidak tau harus memberikan jawaban apa kepada Fateh. Kini hati cewek itu sedang dilanda dilema.
Melihat reaksi Fatim yang seperti memikirkan sesuatu, Fateh menghela nafasnya berat. Lalu ia berkata;
"Gue gak maksa kok"
"Lagipula gue tau, kalo cinta itu gak bisa dipaksakan"
"Yang terpenting lo tau kalo gue suka sama lo, itu aja udah cukup kok"
"Dari awal gue emang sudah siap terima resikonya"
"Kalo gue diterima ya gue syukur alhamdulillah dan kalo gue ditolak ya mungkin memang sudah jalan takdir nya kita berteman" jelas Fateh pada Fatim.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Bad Boy (Fateh Halilintar)
RandomBuat fatners and stars langsung baca aja:) Jadi, di cerita ini gen halilintar bukan keluarga, aku bikin umur mereka jauh lebih tua dari sekarang So, jangan lupa baca stars ⚡⚡⚡