Part 25

66 14 1
                                    

Senyummu adalah kelemahan terbesarku
~Arman Ardiansyah

Pagi yang sangat cerah menyapa seorang gadis yang baru saja bangun.

Sasha melihat jam yang ada di kamarnya. Di jam itu terlihat bahwa kedua jarum jam membentuk pukul 7.

Yha! Pukul 7.

Sasha tidak lupa jika hari ini ada janji dengan Kakak kelasnya. Arman.

Sasha segera turun dari tempat tidurnya dan mengambil benda pipih canggih yang berada diatas meja belajarnya. Ada banyak notif dari Arman, yang mengingatkannya akan janji mereka bertemu hari ini.

Kak Arman ternyata perhatian juga. Makin sayang dehh.. Batin Sasha dalam hati sambil tersenyum melihat banyak notif chat dari Arman.

Sasha berjalan menuju kamar mandi, lalu bersiap - siap akan bertemu Arman hari ini. Dia teringat dengan kata - kata Arman yang diucapkan kemarin.

Lo jangan cantik-cantik, nanti kalau ada yang suka sama kamu aku yang repot.

Ia tertawa karena ucapan Arman kemarin. Kata-kata itu tidak akan pernah hilang dari memorinya, apalagi hidupnya.

Sasha berjalan menuruni anak tangga rumahnya. Lalu menghampiri seorang wanita yang berada di meja makan.

"Tumben, kamu pagi-pagi udah cantik." Tanya Tiara heran.
"Setiap hari juga cantik Bun..."Jawab Sasha pede.
"Mau kemana dek?" Tanya Agra.
"Emmmm, mau jalan jalan sama-" Ucapan nya terpotong karena ucapan Tiara sudah mendahuluinya.
"Kak Arman!" Sahut Tiara sambil memberi senyuman.
"Nah ituuu!" Jawab Sasha.
"Hati-hati ya." Ucap Agra.
"Ngga dianter sama Kak Abyan?" Tanya Tiara.
"Nggak ah, Kak Abyan tuh Bun orangnya ribet, ngeselin pula, sukanya ngerepotin orang segala. Paling Kak Arman juga udah nunggu di depan." Jawab Sasha sambil merendahkan volume suaranya.
"Kamu ada-ada aja ya, padahal dulu kamu tuh nangis kalau Kak Abyan berangkat ke pesantren." Sahut Agra.
"Itu kan dulu." Jawab Sasha sambil tersenyum malu.
"Da Bunda! Ayah!" Ucap Sasha yang perlahan - lahan menghilang dari hadapan Tiara dan Agra.
"hati-hati ya." Jawab keduanya.

Sasha melihat pria kekar menaiki motor sport, dengan balutan jaket kulit hitam yang menambah kadar ketampanannya.

"Hai!" Sapa Sasha.

Tak ada jawaban dari Arman. Dan itu membuatnya kesal.

Ia langsung menaiki motor sport milik Arman dan memegangi baju Arman.

Arman terkejut dengan perlakuan Sasha. Untung Arman masih bisa menyeimbangkan tubuhnya jadi dirinya tidak jatuh.

"Belum disuruh pegangan udah pegangan duluan nih?" Canda Arman.
"Yaudah deh, gue lepasin nih!" Sahut Sasha yang kesal dan mulai melepaskan pegangannya.
"Pegangan!" Perintah Arman.
"Tadi pegangan salah, ngga pegangan salah. Maunya apa sih?!" Ucap Sasha kesal.
"Iya deh. Maaf. Pegangan ya." Ucap Arman.

Sepanjang perjalanan, hanya hening yang mendominasi. Hingga pertanyaan Sasha memecahkan keheningan tersebut.

"Kita mau kemana sih kak?" Tanya Sasha.
"Lihat aja nanti." Jawab Arman.

Lalu detik berikutnya, keheningan lah yang mengisi perjalanan mereka.

***

Setelah beberapa saat membelah jalanan kota Jakarta, motor sport Arman terparkir di depan sebuah kedai yang dipadati pengunjung.
Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki kedai itu.

"Lo Sasha kan?" Tanya Kakak kelasnya kepadanya.
"Iya Kak." Sasha menyapa Kakak kelas yang ada didepannya. Ia mengenalinya saat pertama kali ia memasuki ekstra kulikuler basket. Ia adalah Dinda dan Eryn, sahabat Catya.

Berawal Dari Bunga Tidur (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang