# 37
Paman Rosé yang tadi berusaha untuk melarikan diri di halang oleh 3 pria berotot. Wajah senang yang terus ia perlihatkan pada Rosé tadi, kini berubah dengan ekspresi ketakutan.
Seolah paham apa yang harus dilakukan, mereka pun sedikit, ralat memberi banyak, sangat banyak atau bisa di bilang bertubi-tubi memberi pukulan pada wajah, perut, dan badannya. Itu membuat Paman tersungkur ke lantai.
Satu orang pria mengambil tali yang sebelumnya di gunakan untuk mengikat Rosé. Tali itu mengikat di kedua tangan Paman.
Mereka dengan siap membawa pamannya ini ke kantor polisi atas kasus penculikan dan kekerasan fisik.
-------
"Cepatlah!!" teriak Jisoo pada pria yang sedang mengemudi mobilnya.
Mereke sudah berada di mobil menuju rumah sakit, Jisoo dan Rosé berada di kursi belakang pengemudi.
Rosé membaringkan tubuhnya dan kepalanya berada di pangkuan Jisoo. Jisoo terus terisak melihat kondisi Rosé yang seperti ini.
"Eonni" dengan susah payah Rosé mengeluarkan suara.
"Ne?" tanya Jisoo dengan tangisnya yang terus mengalir. Tangannya memegang perut rlRosé dengan jaket yang digunakannya, guna untuk mengurangi darah Rosé yang terus keluar dari perutnya.
Tangan satunya lagi memegang erat tangan Rosé.
"Li-saa" Jisoo yang mendengar itu semakin sulit mengendalikan tangisnya. Masih sempat dalam keadaannya yang seperti ini Rosé masih memikirkan adiknya.
"Dia ada, sedang menunggumu" Jisoo mencoba menguatkan Rosé agar tidak perlu khawatir dengan Lisa, karna yang harus di khawatirkan oleh Rosé adalah dirinya sendiri.
Rosé tersenyum senang meski tidak begitu jelas terlihat. Lalu ia melanjutkan kata yang harus di ucapkannya saat itu juga. Agar hati Rosé menjadi tenang.
"Eon-ni" panggil Rosé lagi.
"Yang me..nab-rak Li-sa a..da-lah.. Pa-maan" ucap Rosé terbata-bata karna menahan sakit. Jisoo yang mendengar kalimat Rosé membulatkan matanya tak percaya.
Satu orang yang sama, yang telah membuat kedua adiknya seperti ini.
Rosé terus memandang Jisoo dari bawah, mata Jisoo dan Rosé bertemu. Perlahan mata Rosé sudah mulai menutup, tidak kuat lagi untuk terbuka. Tapi Jisoo terus menyuruh Rosé untuk tidak menutup matanya.
Jisoo terlalu takut melihat Rosé terpejam, walau Jisoo sangat tau bahwa adiknya kini sedang mati-matian menahan rasa sakit.
Namun Rosé yang sudah tidak kuat lagi menahannya, ia pun akhirnya menutup matanya. Sebelum menutup matanya Rosé melihat Jisoo yang terus memandang dirinya dengan air mata mengalir deras. Bahkan tetesan air matanya mengenai wajah Rosé.
"ROSÉ BANGUUNNN!!!!" teriakan Jisoo membuat pria yang sedang mengemudi terkaget dan melihat ke belakang.
Mobil itu kini melaju kencang menuju rumah sakit yang terdapat Lisa, sedikit jauh, namun itulah satu-satunya rumah sakit terdekat dari tempatnya saat ini. Tidak ada rumah sakit sepanjang perjalanan tadi.
Jalanan yang sepi karna sudah malam, membuat perjalanan jauh lebih cepat dari sebelumnya saat menuju perumahan itu.
-----
Jennie semakin khawatir, sudah malam gini tapi Jisoo belum mengabari Jennie sama sekali.
'Apa terjadi sesuatu' guman Jennie.
Jennie menahan dagunya dengan tangan di ranjang Lisa sebagai tumpuan untuk menahan tangannya. Ia terus melihat mata Lisa yang belum juga terbuka.
Tak lama ponsel Jennie berbunyi. Seseorang yang dari tadi ditunggu kabarnya, akhirnya menelpon juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Eonnie -Blackpink- ✓
Jugendliteratur[√] Senyum dalam keadaan rapuh, Menguatkan dalam keadaan lemah, Merengkuh tubuh untuk tetap berdiri tegap dengan segala kasih. Dukanya tertuang dalam setiap bagian cerita. || SIBLINGS STORY || Mulai : 1 Maret 2019 Akhir : 3 Juni 2019