# 38
Usaha Jennie dan Jisoo untuk menggabung kan Rosé dan Lisa dalam satu ruangan berhasil. Kini mereka sudah berada dalam satu ruangan yang bisa di bilang VIP.
Ruangan yang cukup luas. Terdapat beberapa sofa empuk di depan kedua ranjang Rosé dan Lisa. Dan ada kamar mandi di dalamnya.
Sedari tadi Jennie terus menatap Eonninya yang sedang duduk di samping ranjang Rosé, dengan mata yang masih berkaca-kaca. Jisoo masih berhutang cerita pada Jennie tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Rosé.
Jisoo akhirnya duduk di sebelah Jennie. Ia meneguk air putih yang berada di atas meja di depannya.
Jennie menatap tepat mata Jisoo, Jisoo yang merasa di tatap pun melihat ke arah Jennie. Ia meletakkan kembali gelas yang telah kosong di atas meja.
Dengan nafas yang gusar Jisoo mulai membuka pembicaraan. Jisoo mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Jennie.
Jennie mendengarkan setiap kata yang di ucapkan Jisoo, sesekali air matanya ikut terjatuh. Tak jauh dari Jennie, Jisoo pun menangis ketika mengingat wajah Rosé saat itu. Hatinya kembali sakit.
"Jadi Paman sialan itu pelakunya?" Jennie sedikit meninggikan nada suaranya. Tak terima dengan perlakuan yang telah Paman lakukan pada kedua adiknya.
"Ini salah Eonni" Jisoo menekan dadanya yang terasa sesak.
"Seharusnya Eonni datang lebih cepat. Agar Paman brengsek itu tidak melakukannya"
"Mungkin keadaan Rosé tidak akan separah ini" lanjutnya. Jisoo sudah kembali menangis. Ia merasa gagal karna tidak bisa melindungi adiknya.
"Eonni, ini bukan salah Eonni. Eonni sudah tepat membawa Rosé cepat kesini" jelas Jennie yang kembali memeluk Jisoo. Hatinya lebih hancur, melihat sang penguat hati menggerutuki dirinya terus.
Orang ituu..
Orang yang telah membantu Rosé dalam mengatur perusahaannya, ternyata memiliki niat keji yang hatinya sudah di gelapkan oleh harta.
Benar-benar tak habis pikir. Marah? Jelas. Baik Jisoo maupun Jennie sangat marah kepada Pamannya. Tega sekali dia telah membuat kedua adiknya terbaring di rumah sakit dengan luka yang cukup serius.
Tapi tenang saja. Paman sudah berada di kantor polisi. Ia sudah di tahan sejak ia di bawa kesana. Pihak polisi sudah mengetahui siapa yang menabrak Lisa, mobil yang terekam oleh cctv dan keterangan para saksi telah menyatakan bahwa paman pelakunya. Jisoo juga harus ke kantor polisi untuk memberi keterangan.
Sedikit lega Jennie sudah mengetahui itu, tapi tetap saja. Rasanya ia ingin membalas perlakuan paman yang sangat keji itu.
Jisoo dan Jennie pun melihat kedua adiknya yang berada di sebrang mereka.
Ingatan beberapa tahun kebelakang kembali lagi muncul ke permukaan. Keduanya benar-benar dalam kondisi yang sama seperti dulu.
Lisa yang belum sadar dan Rosé yang tiba-tiba seperti ini membuat Jisoo dan Jennie merasa hancur.
Doa terus mereka lontarkan dari bibir mereka masing-masing. Berharap keduanya bisa melewati masa kritisnya seperti dulu. Karna Jisoo dan Jennie tau, kedua adiknya ini sangat kuat. Mereka pasti bisa melewati semua ini.
Jisoo dan Jennie pun harus sekuat dongsaengnya atau lebih tepatnya mereka harus lebih dari adiknya yang sedang berjuang disana.
-----
Pagi menjelang, seorang dokter baru saja mengecek keadaan Rosé dan Lisa. Keadaan lisa masih sama, tidak ada perubahan begitu juga dengan Rosé.
"Yaak sampai kapan kalian akan terus tidur?" Jennie mengerang frustasi, Rosé masih wajar jika dia belum sadar, tapi Lisa? Ini keterlaluan, kenapa dia belum bangun juga? Sudah hampir seminggu Lisa seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Eonnie -Blackpink- ✓
Teen Fiction[√] Senyum dalam keadaan rapuh, Menguatkan dalam keadaan lemah, Merengkuh tubuh untuk tetap berdiri tegap dengan segala kasih. Dukanya tertuang dalam setiap bagian cerita. || SIBLINGS STORY || Mulai : 1 Maret 2019 Akhir : 3 Juni 2019