Bagian 04

10.4K 846 0
                                    

# 4


Pagi telah hadir, cahayanya masuk dari balik jendela, menyinari seisi ruangan. Suara burung terdengar seperti bernyanyi. Dan seperti terdengar pula melodi sedihnya.

Ada bunga di samping Rosé dan Lisa, tersimpan di vas kecil. Tapi, ia mulai layu. Dan harus diganti dengan yang baru agar tetap segar.

Sepertinya bunga juga ikut terluka dengan kabar duka ini.

.
.

Rosé terbangun dari tidurnya, mata sembabnya menutup buka untuk memperjelas pandangannya.

Ia mencoba mendudukkan diri, meski masih terasa sakit di kepala. Lalu ia menatap adiknya yang masih setia memejamkan matanya, Jisoo juga Jennie yang masih tertidur tampak lelah akibat kejadian semalam.

Rosé kembali menitihkan air matanya, tangisnya pelan, namun lama-lama Rosé terisak menimbulkan suara.

Jisoo dan Jennie terbangun mendengar suara isakan itu. Mereka terkejut, lalu mereka langsung menghampiri Rosé.

Jisoo yang masih mengucek mata, berada disamping Rosé. Mengelus lembut pucuk kepalanya.

Jennie duduk di kursi dekat ranjang Rosé. Menggenggam jemari lesu adiknya erat.

"Rosé, kau terbangun dan menangis?" tanya Jisoo lembut.

"Aku masih tidak percaya dengan ke tiba-tibaan ini" Rosé kembali terisak.

"Yaa kami mengerti, pasti akan sangat sulit untukmu dan Lisa" dalam posisi berdirinya, Jisoo membawa Rosé kedalam pelukannya.

"Rosé-yaa, kau harus kuat, kau masih ada Lisa, dan Lisa juga membutuhkanmu" Jennie sudah tak mampu menatap mata indah itu mengeluarkan terus cairan dari matanya.

"Jennie benar Rosé, kau harus kuat demi lisa, aku yakin pasti kau kuat" Rosé hanya mengangguk dalam dekapan Jisoo, ia menyembunyikan wajahnya pada perut Jisoo.

"Dan kau juga jangan takut Rosé, kau masih punya kami. Eonnimu yang akan selalu bersamamu dan Lisa" jelas Jennie, memandangi sisi wajah Rosé yang setia di dekapan Jisoo.

Masih terasa sakit jika mengingat kembali, tapi apa daya. Yang mampu dilakukan adalah saling menguatkan.

.
.

Sarapan pagi atau tepatnya sarapan siang, matahari sudah mulai meninggi. Karmlna sedari tadi 2 Eonni ini terus menenangkan adiknya.

Jennie kini dengan sabarnya menyuapi Rosé penuh kelembutan. Tatapan mata Rosè terlihat kosong memandangi adiknya.

Jisoo berada disamping ranjang lisa sambil membaca novel, jisoo jika sudah baca pasti dia akan fokus pada bacaannya.

Saat Rosé masih memandangi Lisa dengan tatapan kosong.

Tiba tiba....

Rosé tersadar bahwa tangan Lisa ternyata sudah bergerak gerak dan matanya sudah terbuka dari tadi

"Liisaaaaaaaaa" Rosé teriak dan mengagetkan Jisoo yang sedang membaca, mendengar nama Lisa sontak Jisoo langsung melihat ke arah Lisa.

Jennie yang mudah kaget, hampir saja melempar  piring yang ada di tangannya. Tapi setelah itu ia langsung melihat ke arah Lisa

"Lisaaaaa" Jisoo dan Jennie bersamaan memanggil nama adiknya.

"Lisa kau sudah sadar? " tanya Jisoo pada Lisa, ia menyimpan novel yang sedang di bacanya pada nakas, lalu kembali memerhatikan wajah Lisa yang baru saja tersadar.

"Eumm" lisa meringis nyeri memegang kepalanya yang sakit.

"Eonni bantu aku kedekat Lisa" Rosé berucap lirih pada Jennie.

"Kau juga masih sakit Rosie" Jennie tentu menolak, adiknya yang satu ini juga belum boleh banyak bergerak.

"Aku ingin di dekat Lisa" Astaga, tatapan lirih memohon itu tidak dapat Jennie tolak lagi, dengan berat hati Jennie mengangguk.

Perlahan, Jennie memapah Rosé dengan hati-hati, dan mendudukkannya di kursi yang sudah Jisoo berikan.

"Lisa-ya, terimakasih sudah bangun" Rosé memeluk pelan tubuh lisa yang masih terbaring.

Jennie dan Jisoo ikut memeluk pelan dari belakang. Tentu saja senang menyambut Lisa yang sudah sadar. Kondisi sadar seperti ini lah yang jisoo inginkan, tanpa sungai di atas pipi.

Rosé duduk di kursi sedangkan Jisoo dan Jennie berdiri disamping kanan dan kiri Lisa.

Lisa mencoba bangun namun kepalanya masih nyeri.

"Jangan bangun Lisa, kau baru sadar" Jisoo langsung menidurkan kembali Lisa.

"Aku tidak sadarkan diri berapa lama Eonni?" tanya Lisa pada ketiga Eonninya.

"2 hari Lisa, kami khawatir padamu" ucap Jisoo. Mewakili dua orang yang juga merasakan khawatirnya.

"Ada apa dengan mata Eonni semua? Kenapa kelopak mata itu sangat hitam?" Tanya Lisa. Menatap mata Eonninya satu persatu yang terlihat jelas sembab.

Sedangkan Jisoo, Jennie dan Rosé hanya diam membatu, mereka tidak tau mau menjawab apa. Namun Rosé tiba tiba memecahkan kesunyian itu

"Itu karna kami mengkhawatirkanmu Lalisa Manoban"

"Mianhae, telah membuat kaliam bersedih" Lisa menundukkan pandangannya. Merasa bersalah karna ketidaksadarannya.

"Tidak apa Lisa. Sekarang kau sudah sadar dan cepatlah sembuh, itu akan membuat kami bahagia" Jennie mengelus lembut pipi Lisa dan sedikit mencubitnya gemas.

"Aku akan sembuh jadi bahagialah. Dan Rosé Eonni, Eonni juga harus sembuh" jawab Lisa, memerhatikan wajah lemas Rosé yang sama seperti dirinya.

Tiba tiba, Bayangan kecelakaan itu membuat kepala Lisa berdenyut nyeri sekali, dia memegang erat kepala yang dirasanya akan pecah

"Lisa-yaa waeyo?" tanya Jisoo memegang kedua pundak Lisa.

"Aaahh sakiitt, sakiiit sekaliii" rintih Lisa yang tak kuat menahan sakit

.
.

Jennie langsung berlari memanggil dokter
Dokter datang dan memeriksa keadaan lisa

"Lisa masih harus beristirahat, jangan dulu untuk berpikir yang terlalu berat. Oh iya dia harus makan, perutnya sangat kosong dari kemarin" jelas dokter.

"Oh baiklah dok, terimakasih " Jennie menemani dokter keluar ruangan.

"Lisa-ya sebaiknya sekarang kau makan yaa. Dengarkan apa kata dokter tadi" suara lembut Rosé membuat Lisa tenang, ia pun mengangguk.

"Baiklah, sini biar Eonni suapi Lisa" Jisoo menganbil makanan yang ada di meja. Itu sudah ada sejak makanan Rosé datang.

"Dan kau Rosé, kau juga harus melanjutkan makanmu" Jennie memapah Rosé ke ranjangnya dan mengambil makanan di meja.

Jisoo dan Jennie pun menyuapi adik mereka, terlihat senyum diraut wajah mereka ber empat. Lembut sekali keadaan mereka sekarang.

"Jennie-yaa lihat bayi besar kita, mereka makan dengan sangat lahap" Jisoo tertawa melihat Lisa yang mengunyah dengan cepat.

"Ah iya Eonni, mereka terlihat menggemaskan sekali" Jennie mencubit pipi Rosé yang mengurus itu.

Rosé dan Lisa tertawa melihat Eonninya  yang memperlakukan mereka seperti itu.

Dari tadi aku tidak melihat Eomma dan Appa, apa mereka selamat? Mengingat tubuh yang terhimpit itu rasanya menyesakkan dada.

Nanti saja ku tanyakan, sekarang mereka sedang tersenyum bahagia, aku tak mau mengkhawatirkan lagi Eonniku -Lisa

'Ah syukurlah tak ada air mata sedih dipagi ini' batin Jennie.

Ia takut saat Lisa bangun kondisinya akan sama saat Rosé bangun. Tapi entahlah, mungkin suasana akan berubah ketika Lisa bertanya Eomma dan Appanya.

The Best Eonnie -Blackpink- ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang