# 34
Apakah yang dilihatnya tidak salah lihat? Itu benar kan mobil Pamannya Rosé?
Tentu saja Jisoo tau. Dapat di lihat dari stiker berbentuk lebah madu di belakang kaca mobilnya.
Ada apa? Kenapa bisa Paman Rosé menghadang mobil Rosé lalu membawa Rosé pergi?
Atau itu hanya orang lain yang meminjam mobil Pamannya Rosé? Karna tidak terlihat wajah pamannya Rosé.
Pikiran Jisoo sedang bermain dengan curiga-curiganya. Jisoo terfokus pada Pamannya Rosé yang menjadi sosok yang harus di curigai.
Jisoo melajukan mobilnya menuju kantornya, ia butuh beberapa orang keamanan untuk membantu Jisoo menemukan Rosé.
Jisoo sudah mendapat 4 orang pria yang ia pilih untuk membantunya. Jisoo memerintahkan 2 orang pria untuk mencari mobil dengan plat nomor yang sudah Jisoo berikan.
Ia menyuruhnya untuk mencari di kantor Rosé terlebih dahulu, alamatnya sudah di berikan, 2 pria tersebut pun pergi mencari menggunakan mobil.
Sedangkan Jisoo dan 2 pria lainnya pergi ke arah ruang komputer. Jisoo menelpon Jennie ia meminta nomor Pamannya Rosé.
Setelah mendapat nomor pamannya, ia meminta kepada orang yang ahli dalam teknologi untuk bisa melacak nomor Rosé dan Pamannya Rosé.
Drettr drettt...
Suara telpon masuk.
"Yaa?"
"Jeongsohamnida Nona, mobil putih itu sudah bergerak dan kami lihat yang memasuki mobil itu bukan seseorang yang Nona kirimkan fotonya"
"Aish, baiklah. Kau bisa masuk ke dalam gedung tersebut? Bilang saja kau mencari orang itu"
"Baik Nona, akan kami lakukan"
Rosé apa yang sebenarnya terjadi padamu hah? Jisoo sudah tidak bisa lagi mengontrol kekhawatirannya.
"Nona, kami sudah temukan lokasi terakhir Rosé, dia berada di sebuah perumahan elit. Jarak tempuh dari sini lumayan jauh, sekitar 10 km" jelas seseorang yang sedari tadi mengutak-ngatik komputer di depannya.
Tatapan Jisoo langsung tertuju pada komputer di depannya.
'Sedang apa kau disana Rosé?' batin Jisoo. Ia kini memegang pelipisnya yang sedikit berdenyut.
"Lalu bagaimana dengan pamannya?" tanya Jisoo.
"Dia tidak jauh berada dari perumahan elite, jaraknya sekitar 8 km dari sini"
"Baiklah, bisa kirim lokasinya padaku?"
"Ya bisa Nona"
Jisoo mencoba menenangkan dirinya sendiri, ia meminum air putih yang berada di meja, mencoba berfikir dengan jernih. Ia mengambil benda canggih miliknya yang ia simpan di mejanya.
Kembali Jisoo menelpon Jennie, ia akan menceritakannya dalam telpon karna tak mungkin jika Jisoo pergi ke rumah sakit untuk menjelaskan keberadaan Rosé.
"yeoboseyo Jennie?"
"Yaa Eonni ada apa? Kau sudah menemukan Rosé?"
"Yaa, Eonni sudah mendapat lokasi keberadaan Rosé"
"Di mana Eonni?"
"Di perumahan elit, Jennie-ya. Ternyata Rosé sudah tidak ada sejak dia pulang ke rumah selasa malam. Mobilnya di hadang oleh seseorang, dan kau tau itu siapa? Dia adalah Pamannya Rosé"
"MWO?" Jennie berteriak, ia langsung menutup mulutnya dengan tangannya. Ia melihat ke arah Lisa yang ada di hadapannya. Jennie pun menjauh dari Lisa, agar Lisa tidak mendengar ke khawatiran Jennie pada Rosé. Meski Jennie tau Lisa tidak akan mendengar.
"Kenapa bisa Eonni?" tanya Jennie saat sudah menjauh dari Lisa.
"Eonni juga tidak tau. Eonni akan mencarinya sekarang, tolong jaga Lisa dengan baik yaa, sampaai Eonni mambawa Rosé pada Lisa"
Jennie hanya mengangguk, telpon pun terputus.
"Kajja, kirim alamatnya ke 2 orang yang sedang mencari Pamannya Rosé untuk menyusul. Percuma mencari dia disana, karna memang tidak ada"
Jisoo memberi instruksi pada 2 pria yang sedang bersamanya kini, Jisoo pun akan mencari Rosé.
*Flashback on
Rosé yang sedang tenang mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang dikagetkan dengan mobil yang berhenti tepat di depannya.
Suara klakson sudah berkali kali Rosé tekan, tapi pemilik mobil di depan sana tidak bergerak sama sekali.
Tapi tunggu, sepertinya Rosé mengenali mobil tersebut. Terlihat dari stiker di belakang kaca mobilnya.
Rosé pun keluar dari mobilnya dan mendekat ke arah mobil di depannya, ia mengetuk jendela mobil itu.
Terlihat satu orang yang berada di balik kemudi, satu di samping kemudi, dan satu orang lagi yang berada di kursi belakang.
"Tuan, mobil Tuan menghalangi jalan saya. Bisa tuan memajukan mobilnya?" ucap Rosé lembut tanpa meninggikan suaranya.
Jendela belakang mobil itu terbuka, dan terlihatlah Pamannya. Rosé sedikit terkejut.
"Ah ternyata Paman, apa yang Paman lakukan?" akhirnya Rosé teringat pemilik mobil ini. Iya Pamannya.
"Masuklah Rosé, aku ingin berbicara padamu" tawar pamannya dengan suara lembut
"Tentang perusahaan? Jangan sekarang Paman, aku sedang lelah" jawab Rosé.
"Cepat masuk!!" teriakkan pamannya membuat Rosé benar-benar terkejut.
Pamannya membukakan pintu mobil dari dalam dan menarik lengan Rosé secara paksa agar masuk ke dalam mobilnya. Rosé meringis sakit melihat tangannya yang memerah akibat cengkraman pamannya yang begitu kuat.
"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat"
Seseorang di depannya keluar untuk membawa mobil Rosé.
"Paman kau mau bawa aku kemana?" tanya Rosé saat mobilnya sudah keluar dari kompleknya.
"Diam"
"Kau mau bawa aku kemana paman?" tanya Rosé lagi. Sejujurnya Rosé takut sekarang.
"Diamlah Rosé, kau jangan banyak bicara!!"
Rosé pun terdiam, ia sangat takut saat Pamannya meneriaki dirinya.
Namun tetap saja, saat malam seperti ini pamannya akan membawanya kemana?
Mobilnya berjalan ke tempat yang jarang ia lalui. Masuk kedalam perumahan yang sepertinya cukup elite, karna rumah yang Rosé lihat dari tadi sangat mewah.
Sampai akhirnya mereka sampai di depan rumah yang cukup besar, tapi sepertinya tidak berpenghuni. Rosé semakin takut. Tanggannya bergetar saat dia mulai turun dari mobil.
Tapi sebelum itu pamannya mengambil paksa ponsel milik Rosé dan mematikannya. Rosé tidak bisa merebut karna tenaga pamannya lebih besar dari dia.
Pamannya langsung menarik Rosé dengan kasar, memaksa masuk kedalam rumah. Rosé dimasukkan kedalam kamar yang cukup luas.
Paman rosé langsung mendudukkan Rosé di sebuah kursi yang sudah di siapkannya dan mengikat kedua tangannya di belakang, badannya, juga kakinya.
"Paman apa yang kau lakukan" Rosé mencoba berontak tapi sayangnya ikatan itu sudah terikat sangat kencang, hingga sulit untuk mencoba melepaskan diri.
"Paman lepaskan aku" Rosé berteriak keras.
"Sstttt.. Diam Rosé"
"Paman kenapa kau melakukan ini padaku?"
"Kau bertanya hah? Nanti besok akan ku beritahu okay. Sekarang istirahat lah di sini dulu" pamannya mengusap ngusap pipi Rosé dan sedikit menekan-nekan pipinya.
Rosé menangis takut.
PLLAAAKK!!
Tiba-tiba jari jemari paman menyentuh pipi Rosé dengan keras, meninggalkan warna merah di pipi Rosé.
"Jangan menangis Rosé"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Eonnie -Blackpink- ✓
Teen Fiction[√] Senyum dalam keadaan rapuh, Menguatkan dalam keadaan lemah, Merengkuh tubuh untuk tetap berdiri tegap dengan segala kasih. Dukanya tertuang dalam setiap bagian cerita. || SIBLINGS STORY || Mulai : 1 Maret 2019 Akhir : 3 Juni 2019