Letter

552 45 3
                                    

Sekarang Jinhan sudah kelas dua sma dan kakaknya pun Jeonghan sudah masuk universitas favoritnya.


































"Jinhan, hey bangun" Jeonghan masuk ke kamar Jinhan dan menarik selimutnya.

"Ayo sekolah" Jenghan mengelus-elus punggung tangan Jinhan. Karena tak sabar Jeonghan menarik tubuh Jinhan dan menopangnya dengan tangan karena tubuhnya hampir terjatuh ke atas ranjang lagi. Ia mengelus-elus pundak Jinhan dan merapihkan rambutnya sampai Jinhan terbangun

"Ayo sekolah"  Jinhan terseyum dan Jeonghan membantunya berjalan ke kamar mandi.

"Pagi nyonya kecil" Jinhan melihat Jeonghan yang duduk sendirian di meja makan.

"Kemana Appa dan Eomma?" tanya Jinhan sambil duduk di depan Jeonghan dan memainkan ponselnya

"Dia sudah berangkat bekerja" Jeonghan mengoleskan selai pada rotinya dan dimasukkan ke mulutnya Jeonghan.

"Kalau disekolah jangan jangan suka main ponsel ya" Perintah Jeonghan

"Tidak, sejak kapan?"

"Aku kan selalu melihat story instagrammu, kalau ada pergantian jam pelajaran kau suka mengepost foto, atau juga saat istirahat"

"Hehehe"

"JINHAAN" seseorang memanggil nama Jinhan

"Kak aku duluan ya, Mingyu menungguku" Jinhan memasukkan ponselnya ke saku dan mencium pipi Jeonghan sekilas

"Hmm, hati-hati" Jeonghan mengelus pipi Jinhan

Jinhan berjalan keluar.
"Oh iya. Oppa. Nanti pulang sekolah aku main ke tempat kerjamu ya"

"Boleh". Jeonghan memang sudah bekerja menjadi kasir di supermarket dekat sekolah, dan hanya Jinhan, Minyu dan Ara yang mengetahuinya, makanya Ara suka berbelanja disitu. Selain itu, teman-teman Jeonghan yang lainnya pun mengetahuinya, tapi tidak dengan kedua orangtua Jeonghan dan Jinhan

"Lama sekali" Minyu mendengus kesal

"Yak, aku kan perempuan. Kau biasanya juga menunggu pacarmu kalau kau akan kencan bukan?" Jinhan membalasnya sambil menaiki jok motor Mingyu

"Tapi kau berbeda"

"Sudah cepat jalan,kalau kartu bisku masih terisi aku juga tidak akan menumpang padamu,"

"Yasudah, pulang sekolah cepat isi kartu bismu, aku mau pulang dengan pacar baruku"

"Iya, kau ini bawel sekali"

"Kalau kau bukan sahabatku, aku tidak akan memberikan tumpanganku padamu" Mingyu melajukan motornya.









"Mau pulang bersamaku?" tanya Ara

"Tidak, setelah piket aku mau ke tempat kerja oppaku" jawab Jinhan sambil memasukkan bukunya

"Aku ikut ya"

"Hmmm, kau tunggu didepan gerbang saja. Biarkan aku piket. Minggu ini tugas piketku bersama Dokyeom dan Yuju" ucapnya, tetapi karena Yuju tidak masuk sekolah, jadinya hanya Jinhan dan Dokyem yang piket

"Sudah selesai Dokyeom, ayo pulang" Jinhan berjalan keluar kelas diikuti Dokyeom yang menutup pintu kelasnya.

"Jangan lupa surat permberitahuan buat outing classnya kamu berikan pada orang tuamu" Dokyeom dan Jinhan mengobrol sambil berjalan.

"Iya. Oh iya Yuju kemana? Bukankah kalian dekat?" tanya Jinhan

"Yuju sedang tidak enak badan habis ini aku akan kerumahnya untuk menjenguk, mau ikut?"

"Tidak Kyeom, aku mau bertemu Oppaku dulu. Lagian aku tidak akan mengganggu waktumu bersama Yuju"

"Apa yang kau bicarakan? Seolah-olah  aku berpacaran dengan Yuju?"

"Bukankah begitu?"

"Tidak, Yuju teman dekatku sekaligus tetanggaku, sama seperti kau dan Mingyu" Jinhan baru menyadari kalau Yuju hanya teman dekatnya,Jinhan kira mereka berpacaran karena mereka sering sekali berdua.

"Ara.....? Bukankah kalian janjian disini?" Dokyem membuyarkan lamunan Jinhan

"Eh iya, kemana dia ya?" Jinhan memutar kepalanya mencari Ara

"Coba kau hubungi"

Jinhan mengambil ponselnya tetapi saat ia baru membuka ponselnya itu, ia langsung mendengus
"Anak itu sudah ada disana"

"Dimana?"

"Di supermarket tempat oppaku bekerja"

"Eoh? Oppamu bekerja di supermarket disana?" Dokyem menunjuk supermarket yang dimaksudnya, dan Jinhan mengangguk

"Ayo kuantar, lagi pula aku ingin ke halte dan melewati supermarket itu" Dokyem menggenggam tangan Jinhan. Ia jadi teringat saat hari dimana ia kecewa kepada seorang pria yang bernama Minghao dan berlari tanpa arah. Disana ia membeku sendirian, sampai Dokyem datang menyelimutinya dengan kehangatan, tak sadar Jinhan tersenyum.

Sampai di dalam supermarket, Jinhan melihat Jeonghan dan Ara yang sedang makan bersama dibawah meja kasir sambil mengobrol dan sesekali tertawa bersama.
"Eoh? Kau kesini duluan ternyata. Aku ditinggal" Ara tersenyum pada Jinhan

"Maafkan aku, bukankah aku sudah mengirimu pesan" Ara menyuap makanannya itu sambil menatap sahabatnya

"Memang, tapi tetap saja!" Jinhan duduk diantara Jeonghan dan Ara, sekarang mereka bertiga membuat lingkaran

Makanannya sudah habis, tinggal Jinhan yang belum. Ara mengambil air yang berada di depan Jinhan.

"Hei itu airku" Jinhan merebutnya sampai air itu tumpah di baju Ara bagian dada

Ara berdiri sambil berlompat-lompat karena kepedasan. Itu karena ia memakan ramen yang level tinggi.
Jeonghan tersenyum ia mengambil permen lolipop di atas meja kasir, membuka bungkusnya dan menyodorkannya kepada Ara.

"Makan ini, untuk mengurangi rasa pedasmu" Ara menerima suapan itu dan tersenyum.

"Terima kasih oppa" Ara berbicara sambil mengulum permen itu. Jeonghan tersenyum, ia mencubit pipi Ara dan mengguncangkannya pelan, lalu berjalan untuk mengecek persediaan toko itu.

Ara terduduk disamping Jinhan dengan muka memerah sambil memegangi pipinya.

Jinhan menyuapi makanannya ke dalam mulut.
"Wae?" (kenapa)

Ara menoleh ke arah Jinhan sambil terus memegang pipinya, "tidak ada"

"Kalau tidak ada mengapa mukamu aneh seperti itu?" Jinhan mengunyah sambil bertanya sampai makan yang dimakannya itu muncrat ke wajah Ara

"Yak! Dasar gadis jorok! Bagaimana ada yang mau denganmu kalau kaunya saja seperti itu" Ara mengusap wajahnya jijik

Jinhan membereskan bekas makannya dan berdiri.
"Kalau tidak ada yang mau denganku, berarti Xu Minghao siapa?" Jinhan berjalan membuang sampahnya dan ke wastafel untuk mencuci tangannya.

Jeonghan kembali ke meja kasir, sekilas melihat kearah baju Ara lalu segera mengalihkan pandangannya. Ia mengambil jaketnya dan menutupi dada Ara

"Kalau pulang pakai jaketku saja, bajumu basah, tak enak dilihat"





Tbc...

Soft Brother - Yoon Jeonghan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang