Terlambat Menyesali.

6.7K 537 2
                                    

_17_

_Ustadz Pribadi_

Tidak akan ada penyesalan diawal. kalau ada, maka kamu tidak akan belajar dari kesalahan.

Adnil_

Happy reading..
Semoga nggak bosen yaa...

         "Wah itu semakin membuatku yakin untuk mempersuting putrimu Li," ucap rekan ayah yang bernama wira.

         Tunggu-tunggu, apa katanya? mempersunting? Putrimu? putri ayah hanya aku, ayah tidak memiliki putri lain, kan? Ah, mana mungkin, yang menjadi topic pembicaraan sejak tadi kan adalah aku. Tapi, pria bekemeja putih dengan dasi hitam bermotif kotak-kotak itu bilang dengan yakin mempersuntigku?

          Hhh gila. apa ayah rela putrinya dipersunting pria seumurannya? Kenapa ayah begitu tega mau memberikan putrinya pada om-om sudah lanjut usia. Tidak-tidak, aku harus mencegahnya. Harusnya aku sudah siap dengan topik pembicaraan siang ini, tak lain mengenai hal semalam.

          Kenapa aku tidak kepkiran ketika ayah bilang  rekan kerjanya ingin melmarku, harusnya aku berpikir bahwa rekan kerjanya pasti seumuran dengannnya. Oh tidak, ya Allah bantu hambamu. Hamba bukan tidak terima takdirMu, tapi jika ini memang takdirMu, buatlah hamba ikhlas akan hal ni. Tapi ini sangan mengganjal pikiranku jika tidak meminta penjelasan.

         “maksudnya apa yah?” tanyaku hati-hati, tak ingin menyinggung.

          “maksud apa sayang?”

          “Maaf om,” ijinku agar tidak menyinggungnya. “tadi om bilang apa? mempersunting?”

          Pria seumuran ayah itu tersenyum yakin lalu mengangguk, “iyya, kamu mau kan dipersunting?”

         “Ayah, apa maksudnya, Yah? ayah yakin mau menjodohkan Agatha sama ....” ucapanku terpotong dengan tawa ayah yang menangkap kekhawatiran dalam diriku.

         “Ayah yakin kok.” jawaban ayah membuatku melongo tak percaya, “hahaha
... kamu lucu deh Tha kalo kaget gitu.”

Sunggh aku semakin dibuat bingung oleh Ayahku sendiri, sedang rekannya hanya tersenyum melihat percakapan antara anak dan ayah ini.

          “Ayah yakin kok, dan sangat ridho jika kamu dipersunting om Wira, karena ayah sudah tahu dan bertemu putranya,” ucap ayah setelah puas menertawaiku.

           "Ma ... maksud ayah?”

           “Kamu maksud-maksud terus deh Tha. Katanya jurusan Matematik. Tapi kok gak paham-paham?”

            “Jaadi ... putranya.…”

            “Iyya Agatha sayang, om Wira ingin mempersutingmu untuk putranya, bukan untuk om Wira. Masa ayah setega itu sama putri satu-satunya. Kalo om Wira mempersunting kamu jelas ayah tolak, dia kan sudah beristri. Ayah gak maulah putri ayah yang cantik ini jadi bini kedua.” tangan om Wira menyenggol lengan ayah.

         Tawa mereka menggema seantero ruang khusus ini, sedang aku masih dalam geming, mensyukuri bahwa pikran negatifku ini tidak benar.

Ustadz Pribadi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang