assalamualaikum..
apa kabar readers..
lama ya nunggu?
maaf yah, mimin udah aktif kuliah...
selamat membaca..
_39_
_Ustadz Pribadi_
perempuan itu akan terlihat mulia dengan kesederhanaannya. Bukan mulia karena perhiasan dan harta bendanya yang melimpah
Adnil_
Dua minggu telah berlalu semenjak kepergian Kafani. Hari ini, hari spesialku merayakan ketuntasanku setelah melewati berbagai macam mata kuliah juga melewati proses yang namanya skripsi beserta kawan-kawannya.
Sayangnya hari spesialku tidak ditemani seseorang yang juga spesial.
Toga sudah terpasang di kepalaku, baju kebesaran hitam legam, make up seadanya. Semua mahasiswa yang diwisuda hari ini juga berpakaian yang sama sepertiku.
Senyum mengembang diantara ribuan mahasiswa, termasuk diriku. Tidak ada lagi beban, tapi ini bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. Justru ini merupakan awal dari sebuah tanggung jawab besar atas apa yang telah kita dapatkan semasa dibangku sekolah maupun kuliah.
Di depan sudah terpampang podium berukuran besar, Rektor sudah duduk di kursi kebesarannya, terdapat meja kecil di hadapannya sejajar dengan lutut.
Bersama dinginnya AC yang merasup kulit, tak sabar kami menanti acara dimulai, sedang banyak kursi yang masih kosong. Kebanyakan diantara mereka masih menyempatkan diri berfoto sebelum muka kuyu dan tak berselera.
Sedang aku? Ayah hanya mengantarku, dia akan kembali usai aku diwisuda, ayah tidak bisa memenuhi undangan sebagai wali. Karena rapat yang di pimpinnya tidak ada yang bisa menggantikannya. Kak Ano sudah tidak disini, begitu pun Om Hisyam, beliau belum kembali sejak usai pernikahanku dua minggu lalu.
Lima menit berlalu, para wisudawan sudah memenuhi ruang, acara segera dimulai sesuai susunan, beruntut, rapi, tak ada gangguan.
Beberapa jam telah dilewati. Alhamdulillah, kini aku bisa bernapas lega setelah keluar ruangan yang penuh mahasiswa berseragam hitam. Senyum masih menghiasi mereka yang berhasil mendapat gelar sarjana. Ada yang memeluk keluarganya, ada pula yang sengaja melempar toga, berpose bersama kawan seperjuangannya, melempar umpatan juga canda.
Aku rasa tidak ada yang bermuka sedih diantara para manusia berseragam hitam kebesaran itu.
Di ujung pandanganku, tampak dua pria paruh baya berdiri di tengah lapangan tersenyum lebar kepadaku. Segera aku berjalan cepat menghampiri mereka.
Namun, sebelum sampai langkah dicegat seseorang dengan menarik lenganku dari belakang.
"Selamat, kita lulus," teriaknya girang di daun telingaku saat ia membalik badanku dan memelukku tiba-tiba. Aku yang tidak siap dengan serangan tiba-tiba membuat tubuhku hampir tidak seimbang. Suaranya yang melingking membuat telingaku terngiang. Dia selalu saja seperti itu.
"Iya, iyya. Tapi sesek nih, kamu kekencengan meluknya," suaraku dibuat terbata-bata seolah benar-benar susah bernapas.
"Hehe.. maaf," seringainya tanpa beban.
Aku menarik lengannya untuk menghampiri ayah juga papa yang sempat tertunda karena dia. Tanpa aku sadari, sedari tadi seseorang memperhatikan kami, lalu mengikuti langkah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Pribadi (End)
Teen FictionNo plagiasi.. allah maha tahu. Allah cemburu jika hambaNya mencintai selainNya melebihi cintanya kepada al-wadud yang maha memberikan cinta itu sendiri. Sepahamku diajari ustadz pribadiku. Agatha Syakila Rank 1# mylife_ 14 juni 2019