Moment menegangkan

6.4K 527 41
                                    

_31_

_Ustadz Pribadi_

Perempuan itu akan terlihat mulia dengan kesederhanaannya, bukan karena harta tahta dan perhiasannya.

_Ustadz Fadly_

Usai solat subuh dan bermunajat kepada Allah, memohon untuk kelancaran acara hari ini dan tentunya aku meminta untuk menerima dengan ikhlas siapapun yang nantainya menjadi imamku, dan yang pasti semoga aku dapat mencintainya karena Allah.

Kuturuni tangga satu-persatu untuk menemui bik Inah yang tadi akan mengambilkanku makan tapi sampai aku selesai solat pun tidak datang.

Kuperhatikan seluruh sudut rumah ini yang sudah dihias rapi dengan bunga-bunga serba putih dan pink yang terlihat manis. Tiba-tiba saja dadaku terpompa tidak karuan. Tinggal menunggu beberapa jam lagi statusku akan berubah.

Ya, dirumah ini akad sekaligus walimah akan dilaksanakan. Awalnya om Wira akan meletakkan walimah dihotel ternama dengan kemewahan organizer nomer satu. Tapi, aku melarangnya.

Aku tahu om Wira yang bertanggung jawab atas semuanya, ia orang berlebihan harta, dan aku tidak mau harta berlebihan itu dibuang untuk acara yang hanya sehari, lebih baik dibagikan ke anak yatim dan orang-orang yang membutuhkan.

Aku juga tahu dia hanya ingin mengistimewakan pernikahan putra satu-satunya, ayah pun menyetujuinya. Tapi, aku benar-benar bersikokoh untuk tetap melaksanakan walimah dirumah saja, tak perlu yang mewah dan megah.

Akhirnya kedua ayah tanpa pendamping itu menyerah, mengikuti keinginanku. Namun mereka tetap menyewa organizer ternama dengan kualitas nomor satu, yang hasilnya akan tetap mewah walau tidak dihotel, dan lagi-lagi aku menolaknya.

"Tak perlu yang mewah yah, tak perlu undangan terlalu banyak, cukup orang-orang penting saja.

" Ini acara sakral, bukan hiburan yang patut menjadi tontonan. Ayah mau putri ayah menjadi tontonan banyak orang? Acara sakral ini mendapat pujian-pujian yang berakhir adanya 'ujub?

"Bukankah Allah tidak memandang kualitas dari organizernya? Allah hanya melihat kesunnahan rasulNya yang kita ikuti kan?"

Pada akhirnya calon kedua besan itu lagi-lagi menyerah saat aku menjelaskan panjang lebar.

"Lagipula, Agatha ingin acara sakral ini terlihat sederhana namun tak pernah dilupakan oleh penghuni 'arsy." Tanpa disadari, cairan bening jatuh dilapisan kulit dermis pipiku.

Ya, aku sudah berkeinginan mengadakan acara akad dan walimah secara sederhana saja sejak seseorang berkata "perempuan itu akan terlihat mulia dengan kesederhanaannya, bukan karena harta, tahta, dan perhiasannya."

Seseorang yang menyadarkan betapa berharganya seorang wanita, betapa mulianya ia hingga ombak pun malu mengayunkannya, mentari enggan menatapnya, langitpun tak kuasa menghujaninya.

Keputusan mendadak minggu lalu benar nyata adanya, dan hari ini tanggung jawab ayah akan berpindah pada seseorang yang akan melantunkan akad atasku.

"Non awas jatuh, kok turun tangga sambil melamun." Aku terperanjat saat bibik berada dihadapanku dengan nampan berisi nasi dan lauk-pauk juga tumis wortel kesukaanku.

Ustadz Pribadi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang