Tentang Wanita

5.7K 442 18
                                    

assalamualaikum...
Ada yang nunggu nggak?
Gak ada nggak papa juga sih
Cuma...
Mau bilang...
Kalo...
Saya update CATATAN KECIL setiap hari selama bulan Oktober. Jadi pindah haluan biar gak nunggu-nunggu nggak papa oke?

Yuk cek work saya...



_27_

_Ustadz Pribadi_

"Hai Tha.." suara pria yang baru kukenal tadi pagi mengintrupsi. Aku yang sedang menyiram bunga kesayangan bunda terhenti.

"Haii..." jeda beberapa detik, karena aku lupa nama pria yang menjadi tetangga baruku ini.

"Radit," tegurnya.

"Eh iyya, Radit. Maaf Dit." Dia hanya mengangguk dan memamerkan senyum manisnya. Hay, aku tidak menatap matanya hanya bibirnya.

"Mau kemana?" Tanyaku kemudian saat melihatnya berkostum baju santai dengan celana pendek selutut dan kaus pendek berwarna Navy.

"Gak ada, jalan-jalan aja. Biar tahu suasana tempat baru. Kamu mau menjadi guideku? Berjalan sekitar sini aja," tawarnya yang membuatku mengingat sesuatu.

"Ah maaf Dit, kalau lawan jenis Cuma berjalan berdua gak baik, bisa timbul fitnah," terangku, mungkin Radit belum faham batasan pergaulan antara pria dan wanita.

"Oh gitu, yaudah aku ajak mama aja gimana? Sama kamu juga." Sontak mataku membulat. Maksa banget nih cowok.

"Boleh. aku ajak Rara juga gimana?" kini dia yang membulatkan mata. Aku sengaja bawa nama Rara, aku yakin pria ini yang dimaksud Rara telah melukainya. Seketika dia kikuk, kebingungan.

"Ehmm.." tegurku saat antusiasku mengajak Rara tak terjawab. "boleh aku Tanya sesuatu?" lanjutku saat perhatian Radit telah menghadapku. Dia hanya mengangguk ragu.

"Sebelumnnya, kamu pernah kenal Rara?" Radit diam dengan tatapan yang sulit diartikan. "maaf, bukan maksudku ikut campur. Hanya agar kecurigaanku tidak berujung su'udzon. Kalau aku tidak bertabayyun soal presepsiku maka aku hanya bias mengira-ngira dan bersu'udzon."

       Akhirnya Radit mengangguk pelan. "Aku perhatikan kalian berdua aneh. Apakah ada sesuatu pernah terjadi?" lagi-lagi Radit diam. "maaf lagi, bukannya aku kepo atau ikut campur. Cuma ingin meluruskan agar tidak terjadi kecanggungan atau putusnya ikatan anatara sesama saudara. Aku tidak maksa kamu cerita kok, Cuma mau bilang, memperbaiki ikatan persaudaraan sesama muslim itu wajib. Karena, Allah benci pada manusia yang memutuskan tali perssaudaraannya"

       aku ingat ustadz Fadly pernah bilang, aku lupa itu dari hadits atau apa. yang jelas dia pernah bilang kalau sesama saudara (semuslim) memutuskan interaksi karena kesengajaan dengan batasan melebihi tiga hari, maka ibadahnya selama empat puluh hari tidak akan diterima

       "maaf aku lancang, padahal aku sama kamu baru kenal. Tapi, aku tahu kamu sama Rara bukan lagi pertama kalinya bertemu" lagi-lagi netra Radit membulat dan mengunci mataku yang membuatku harus menunduk, mengalihkan tatapannya.

       Setelah diam beberapa saat, akhirnya Radit bersuara. "sepertinya niatku untuk menjelajah desa ini haarus diurungkan. Benar katamu, aku harus perbaiki ini segera. Jadi, agar tidak terjadi kesalah pahaman aku akan ceritakan tentang aku dan Rara menurut pandanganku" suaranya pelan dan berserak, seolah suaranya tersekat namun dipaksa untuk keluar.

       "benar kamu akan cerita?" tanyaku memastikan dan Radit hanya mengangguk berulang kali. "apa kamu percaya begitu saja padaku?"

      Sebelah ujung bibir Radit tertarik sekitar satu senti. "cukup sehari aku kenal kamu, maka aku sudah tahu siapa kamu"

Ustadz Pribadi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang