Berbeda dengan para budak lainnya di Greenwood, Tristan tidak terlahir dari keluarga miskin. Orang tuanya merupakan keluarga terpandang yang memiliki banyak kekuasaan. Saat usianya menginjak empat tahun, kedua orangtuanya melakukan perjalanan ke luar kota. Tristan kecil harus tinggal di bawah pengawasan sang Paman. Tiga bulan berlalu tanpa kabar dari kedua orangtuanya, hingga sebuah surat tiba menjawab semua pertanyaan. Orang tua Tristan terjangkit wabah penyakit menular dan tewas saat menjalani perawatan.
Sebagai satu-satunya kerabat, sang Paman menjadi pengasuh legal bocah yatim piatu tersebut. Namun kerakusan seolah menghapus rasa kemanusiaan pria tamak itu. Beberapa bulan setelah kematian orang tuanya, Tristan kecil dijual sebagai budak.
Dalam ketakutan dan kebingungannya, Tristan dipertemukan dengan seorang gadis muda. Tristan kembali dapat merasakan kasih sayang seorang ibu dari gadis muda tersebut. Namun setahun kemudian, malaikat pelindungnya lagi-lagi menghilang. Olivia tiba-tiba menghilang, tidak memberikan kabar apapun pada orang-orang yang mengenalnya. Dan sekali lagi, Tristan kecil ditinggal oleh orang yang dikasihinya.
Belasan tahun berlalu, Tristan sudah terbiasa dengan kesendirian. Pemuda itu tidak pernah membiarkan dirinya menjadi dekat dengan siapapun. Ketakutan akan kehilangan memaksanya untuk hidup dalam kesendirian. Hingga ia dipertemukan gadis itu ... Olivia ... bukan Olivia, tapi Tristan dapat bersumpah kalau keduanya hampir tidak dapat dibedakan.
Hatinya yang lama membeku seakan kembali terisi kehangatan, untuk pertama kalinya, Tristan merasakan jantungnya bergemuruh dipenuhi berbagai emosi yang telah lama asing baginya. Dia ingin mendekati gadis itu ... sebentar saja, dia hanya ingin memastikan kalau ini bukan bagian dari ilusinya.
Tapi apa yang tidak dia persiapkan adalah, perasaannya pada sang gadis yang kian tak terkendali. Ah ... betapa bodohnya. Apa yang diharapkan oleh seorang budak sepertinya? Tristan memahami, bahwa dia harus menjauhi Grace ... mereka terlalu berbeda. Seorang budak dengan Putri bangsawan ... betul-betul seperti kisah dongeng dari negeri khayalan. Tapi berapa kali pun otaknya berteriak untuk menjauhi gadis jelita itu, hatinya justru terus menolak.
Tristan tidak mengerti apa kesalahannya ... Dia mencintai seseorang wanita, apakah itu dosa besar? Apakah Tuhan begitu membencinya? Sehingga keadaan seolah tidak pernah berpihak padanya.
---
Matanya menatap nanar pada gagak-gagak yang bertengger di atas jeruji besi di mana ia terkurung, seakan mereka sudah dapat mencium aroma Kematian dari pemuda itu.
Matanya memandang lemah, tidak ada lagi tenaga yang tersisa darinya bahkan untuk sekedar merintih. Ia ingin memelas pada mereka, memohon belas kasihan agar diberikan seteguk air untuk membasahi tenggorokannya yang kosong setelah ditinggal berhari-hari di dalam kurungan kecil seperti seekor binatang. Ah kenapa dunia begitu kejam. Sepasang mata abu-abu melintas dalam pikirannya yang sudah mulai kehilangan kesadaran.
Inikah akhirnya? Inikah keadilan baginya? Kenapa Tuhan? Untuk apa kau menciptakanku? Batinnya.
Tristan dapat merasakan perih saat burung-burung itu mencoba mematuk tubuhnya dari luar. Ah ... hewan-hewan terkutuk ini bahkan tidak bisa menunggu hingga ia mati untuk menjadikannya santapan mereka.
Dia menutup mata, membayangkan satu wajah yang selalu menempatkan senyum di bibirnya. Wajah itu seakan menatap padanya, dia tersenyum sedih, menggelengkan kepala seakan ingin mengatakan sesuatu. Tristan terus menatap wajah itu, berpura-pura bahwa dirinya tidak berada di kurungan besi dengan gagak-gagak yang menantikan kematiannya. Berpura-pura bahwa mereka sedang duduk di depan sebuah danau tempat mereka bertemu beberapa minggu lalu ... berpura-pura bahwa dirinya tidak sedang sekarat, dan semua masih baik-baik saja.
"Saya mencintai Anda, Nona," bisiknya.
---
A/N: Aku nangis, I'm sorry, Tristan. 😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Angker Keluarga Dewitt
KorkuInara Cornellia Gerritt, seorang gadis lima belas tahun. Sejak perceraian kedua orang tuanya, Ara tinggal berdua dengan sang ayah. Hubungan Ara dan ibunya tidak terlalu baik, karena perasaan cemburu terhadap anak-anak dari pernikahan baru sang ibu...