Sebuah Kebohongan

1.3K 97 27
                                    

April 28, 1754

Tristan menatap gadis yang masih terlelap di sebelahnya. Wajah gadis belia itu masih terlihat penuh beban bahkan di saat ia sedang tidur. Tristan mengusap rambut yang menutupi wajah cantik Grace, mengutuk takdir yang digariskan untuk mereka berdua.

"Andai dia masih di sini, tentu akan sangat bangga melihat Anda," bisiknya pelan. Tristan mematung saat kedua mata Grace terbuka.

Apakah dia mendengar kata-katanya tadi?

"Apa maksudmu?"

Tristan mencoba untuk tetap tenang, tapi Grace bisa melihat kepanikan di kedua matanya.

"Siapa yang kau maksud?" tanyanya lagi.

"No--" Belum sempat Tristan menyelesaikan perkataannya, mereka dikejutkan oleh pintu kamar yang tiba-tiba diterjang dari luar.

Grace menghambur, menarik selimut seolah dapat melindungi dirinya, sedang di sebelahnya, Tristan mematung dengan mulut menganga.

"Bedebah!" Tubuhnya ditarik sebelum pukulan bertubi-tubi mendarat di tubuh dan wajahnya.

"Tristan!" jerit Grace, tapi sebuah tangan terlebih dulu menariknya sebelum dia bisa mengejar sang kekasih.

Grace menatap horor pada ayahnya yang menatap sinis padanya.

"Ayah ... aku bisa--"

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipinya.

"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu! Membesarkan anak haram sepertimu adalah kesalahan terbesar yang sudah kulakukan!" cecarnya. Grace mematung, sakit di wajahnya seakan tidak lagi terasa, hatinya diliputi kebingungan

"Ayah?"

"Diam anak berengsek!" Lelaki itu menyeret tubuh Grace, mengundang perhatian pada mereka. Di lemparkannya tubuh gadis muda itu ke dalam kereta sebelum memerintahkan untuk berjalan.

Grace menangis, mencoba untuk meregistrasi apa yang baru saja terjadi. Perjalanan mereka tidak memakan waktu lama, kereta yang mereka naiki berhenti di depan rumah. Tuan Dewitt tak membuang waktu, dia menarik rambut anak gadisnya dan menyeretnya masuk.

Beberapa pelayan tampak terkejut, namun terlalu takut untuk ikut campur. Tuan Dewitt mendorong Grace ke dalam kamarnya keras, membuat gadis itu membentur sudut tempat tidur. Menatap takut pada ayahnya, Grace terus menangis.

"Ayah ...." Grace bahkan tidak tau apa yang akan dia katakan.

"Diam! Kau benar-benar membuatku muak! Seharusnya aku melenyapkanmu saat aku menyingkirkan ibumu dahulu!" bentaknya.

Tangis Grace terhenti, dia menatap bingung pada sang ayah. Apa yang dia maksud? ibunya ... bukankah ibunya selalu ada di sini?

"Apa yang ..."

"Seharusnya aku tau, darah dari seorang budak tidak akan bisa menjadi gadis terhormat! Seandainya Stephen tidak terlalu buta oleh wanita terkutuk itu, aku tidak perlu menanggung aib sepertimu!" Grace tidak dapat menjawab, semua informasi ini begitu membingungkan bagi gadis remaja itu. Air matanya menganak sungai, dia berusaha meraih kaki sang ayah.

"Ayah kumohon, aku tidak mengerti..."

"Diam!" Tuan Dewitt menendangnya keras, menyebabkan gadis itu semakin terisak. "Jangan memanggilku dengan sebutan itu! kau tidak memiliki hak!" Pria itu keluar, meninggalkan gadis muda itu menangis.

Rumah Angker Keluarga DewittTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang