You Lied!

174 32 16
                                    

Darrell mencoba mengatur napas, merasa panik dalam keadaan seperti ini tidak akan membantu. Dia mengamati pergerakan ibunya yang kian mendekat dengan tatapan kosong. Darrell mencoba memutar otak, berharap bisa mengulur sedikit waktu.

Jika hantu ini memanggilnya Arthur, apa itu artinya dia masih berfikir bahwa mereka masih berada di era tersebut? Kenapa dia seakan dikutuk untuk memiliki wajah leluhur yang tampaknya mempunyai banyak musuh-bahkan ratusan tahun setelah kematiannya.

"Berhenti di situ, budak!" bentaknya, berusaha membuat suaranya terdengar tegas dan berani. Nyonya Dirk menghentikan langkahnya, menatap Darrell dengan ekspresi bingung. Kepalanya sedikit miring ke samping sebelum senyum tipis mengembang di wajahnya.

"Jadi Anda sudah ingat, Arthur?" Darrell menelan saliva, mencoba memikirkan perkataannya selanjutnya.

"Dengan kekuasaan yang dimiliki keluargaku, aku bisa melakukan banyak hal, dan kau tau itu. Aku bahkan bisa memerintahkan eksekusi terhadapmu sekarang!" Entah dari mana semua ini, Darrell hanya meneriakkan hal pertama yang muncul di kepalanya.

Nyonya Dirk tampak terkejut dan mengambil satu langkah ke belakang, wajahnya seolah percampuran antara perasaan marah dan takut. Seolah dia terbawa kembali ke dalam memori yang buruk.

Wanita itu menjambak rambutnya, lalu meraung pilu, menggeleng-gelengkan kepala sambil menangis histeris.

"Saya tidak melakukannya! Saya tidak melakukannya!" Nyonya dirk kembali menatap Darrel, kali ini dengan kemarahan yang lebih besar.

"Anda telah membuat cerita bohong!" Teriaknya, mata Darrell membulat mendengar suara ibunya yang tidak seperti biasa, seolah ada dua orang yang berbicara dalam waktu bersamaan. "Anda telah berbohong di hadapan mereka semua, dan membiarkan saya mendapat perlakuan tidak adil!" Nyonya Dirk mulai menjerit, menutup kedua telinganya dan berteriak histeris. "Singkirkan ... Singkirkan mereka dariku ... Aaaaaaaa!"

Darrell menghambur, menjauh dari ibunya yang terus berteriak sambil mengibas-ngibaskan tangan seolah mengusir sesuatu. Mata bocah itu dipenuhi ketakutan, di balik suara serak Nyonya Dirk, dia juga mendengar suara laki-laki yang tidak dikenalnya, seakan suara keduanya menyatu menciptakan suara baru yang menyebabkan rambut tipis di lehernya berdiri.

Suara langkah cepat terdengar dari atas, Darrell mengalihkan perhatian dari ibunya yang masih juga berteriak dan berusaha mencari di antara kegelapan.

"Darrell!" Sebuah suara yang sangat dikenalnya memanggil. "Darrell kau dimana?" Ara kembali memanggil lebih keras, diikuti suara pintu yang terhempas.

"Kak Nara!" Darrell berusaha berteriak tapi tak memiliki cukup tenaga. Darrell memaksakan tubuhnya untuk bangkit dan mengejar asal suara kakaknya itu.

---

Inara POV

Aku membuka paksa rumah tua keluarga Dewitt dan memasukinya dengan terburu-buru. Rey terus mengikuti di belakang, terus berteriak kepadaku untuk berhenti, tapi aku mengabaikannya dan terus berlari masuk.

Mataku mencari-cari, berharap dapat mendapat petunjuk di mana Darrell sekarang.

"Anda telah membuat cerita bohong!" Aku tersentak saat mendengar teriakan itu, suaranya tidak dapat aku kenal, tapi di saat bersamaan, juga sangat familiar. "Anda telah berbohong di hadapan mereka semua, dan membiarkan saya mendapat perlakuan tidak adil!" Suara itu kembali berteriak "Singkirkan ... Singkirkan mereka dariku ... Aaaaaaaa!"

Mataku membola saat menyadari kalau bersamaan dengan suara asing itu, aku dapat mengenali mama.

"Darrell! Darrell kau di mana?"

Aku berlari ke arah tangga, tapi kakiku terhenti hanya beberapa meter dari tangga tua itu saat aku melihat Darrell yang muncul di sana, berjalan tertatih-tatih. Namun bukan itu yang membuat tubuhku mendadak mematung, tapi mama yang berjalan di belakangnya, menyeret kakinya perlahan dengan seringai jahat, ke arah Darrell.

"DARRELL AWAS!" Tapi teriakanku sia-sia, aku hanya bisa menatap dengan horor saat mama meraih tubuh lemah Darrell, dan melemparnya ke bawah.

Tubuhnya jatuh terpelanting, menghantam lantai tak jauh dari tempatku berdiri. Aku menjerit, dengan tubuh yang melemah, mencoba untuk memanggil adikku yang sudah tidak bergerak.

Aku bisa merasakan sepasang tangan yang memeluk tubuhku, menjauhkanky dari Darrell, juga suara langkah orang-orang yang masuk setelahnya. Aku mendengar suara teriakan mama, tapi aku tidak bisa mengingat apapun lagi yang terjadi setelahnya karena semua menjadi gelap.

...

A/N: Entah masih ada yang mengingat buku ini atau enggak. Jujur, zie mengalami writer block yang sangat parah belakangan ini, dan setelah lama gak nulis, zie mendadak insecure untuk kembali memposting kelanjutan cerita ini, entah kenapa, setiap mau klik tombol publish, zie selalu tiba-tiba urung dan malah kembali menutup cerita ini.

Tapi zie ingat pernah janji bakal tamatin buku ini, dan zie ga pernah ingkar janji wkwkwk

Jadi sekarang, zie akan selesaikan bukunya, walaupun mungkin sudah gak ada yang baca lagi saking udah lamanya wkwkwkwk

Rumah Angker Keluarga DewittTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang