Hal yang paling menyenangkan bagi Wonwoo adalah merawat Mingyu di akhir pekan. Hmm, merawat di sini bukan dalam artian karena Mingyu sedang sakit. Tetapi memanjakan Mingyu, karena setiap akhir pekan entah mengapa pria tampan berbadan tinggi itu seperti berubah menjadi bayi. Mingyu akan mendusalkan wajahnya di dada Wonwoo tiap kali pria manis itu sedang duduk bersandar pada headboard ranjang. Karena pada akhir pekan, biasanya mereka hanya akan menghabiskan sebagian besar waktu di kamar. Dan Wonwoo akan dengan senang hati hanya mengusap-usap punggung bidang Mingyu, atau mengecupi seluruh wajah suaminya itu dengan gemas, sementara Mingyu hanya memejamkan matanya sambil tersenyum-senyum.
"Sebegitu menyenangkan ya mencium wajahku?" Mingyu bertanya dengan mata yang masih terpejam.
"Sangat! Aku gemas Mingyu!" Wonwoo malu dan langsung memeluk serta membenamkan wajahnya ke ceruk leher Mingyu.
"Kita hanya akan begini seharian?" Pria tampan yang masih dipeluk Wonwoo itu bertanya, pasalnya mereka masih betah bermain-main, bercanda, dan saling memeluk di ranjang. Padahal matahari pagi sudah mulai meninggi.
"Iya! Kita hanya akan begini seharian." Si manis bermata rubah itu menjawab dengan semangat.
Mingyu hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, tidak menyangka bahwa Wonwoo-nya yang sehari-hari sangat dingin tiba-tiba saja menjadi sangat manja. Tapi tentu saja itu hal yang sangat menguntungkan bagi Mingyu. Hampir dua tahun menjalani kehidupan di sebuah rumah besar dengan segala macam kebutuhan yang selalu hampir terpenuhi rasa-rasanya tetap saja sepi karena tidak ada suara tangis yang melengking maupun tawa yang tergelak dari seorang anak. Masih dengan posisi yang sama, Mingyu sedang bermanja di pelukan Wonwoo dengan letak dagu Wonwoo yang berada di puncak kepalanya. Lalu terlontarlah sebuah pertanyaan acak yang membuat Wonwoo sejenak berpikir sangat keras.
"Wonwoo-ya, kalau kita memiliki anak, akan kau namakan apa?" Mingyu tiba-tiba saja bertanya hal yang mengejutkan untuk Wonwoo.
Dengan tatapan mata yang terkejut dan bola mata bergerak kesana-kemari sangat terlihat dengan jelas bahwa itu bukanlah suatu pertimbangan yang sepele. Bahkan Wonwoo tidak yakin ia bisa memberikan anak untuk Mingyu dengan segala keterbatasan yang ia miliki.
"Eh anak? Kau benar-benar berpikiran tentang anak?" Wonwoo dengan polosnya kembali bertanya.
"Sayang, semua yang berkeluarga pasti menginginkan anak. Kita bisa mengadopsinya jika kau tidak yakin." Mingyu bangun dari posisinya yang sedang dipeluk Wonwoo, kali ini bergantian ia yang merengkuh sang istri dalam dekapannya erat-erat.
Sesungguhnya Mingyu tahu, bahwa Wonwoo ragu mengenai hal itu. Namun ia hanya ingin meyakinkan Wonwoo bahwa semuanya akan baik-baik saja dan berjalan normal seperti biasanya. Mingyu hanya terenyuh setiap kali melihat Wonwoo yang tatapannya sangat berbinar ketika berjumpa dengan putra lucu Jeonghanㅡkakak sepupunya. Mingyu selalu memperhatikan bagaimana jari jemari lentik nan ramping milik Wonwoo menggendong dan membelai keponakan jauh mereka itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Mingyu sangat tahu bahwa Wonwoo bisa menjadi seorang ibu, pria manis itu hanya tidak percaya diri saja. Karena yang ia tahu, sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa mengandung. Wonwoo tahu bahwa ia tidak istimewa, maka seringkali ia membuang jauh-jauh pikirannya tentang berbagi keluhan mengenai anak kepada Mingyu. Wonwoo selalu beranggapan dan menanamkan dalam kepalanya bahwa mereka baik-baik saja menjalani kehidupan berdua, bahasa halusnya itu hanya penyangkalan belaka. Nyatanya, mata rubah itu tak pernah bisa berbohong ketika melihat seorang anak kecil.
"Ehmm ... Gyu ... Kau benar-benar menginginkan seorang anak?" Pria manis itu bertanya sekali lagi.
"Tentu saja, bahkan tidak hanya seorang. Tapi tiga orang anak."

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [Meanie] ✓
FanfictionBittersweet moment kehidupan pernikahan Jeon Wonwoo dan Kim Mingyu, apa jadinya?