16

716 71 1
                                    


Lima minggu kemudian. Hari demi hari kondisi Jieun semakin membaik, dia mulai bisa melakukan aktivitasnya lagi seperti biasa. Akan tetapi, ada sesuatu yang aneh saat Jieun terbangun dari sakitnya, yaitu ia sama sekali tidak bisa menemukan sosok Jungkook di kerajaan ini. Bahkan para Hyungnya, dan yang lainnya pun juga tidak tahu keberadaannya. Mereka bilang, semenjak Jieun sakit. Jungkook sudah menghilang tanpa jejak, dan banyak dari mereka mengatakan kalau Jungkook kabur dari istana.

Rasa duka menyelubungi hati Jieun, ia tidak menyangka kalau hal seperti ini akan terjadi. Padahal ia ingin sekali bertemu dengan Jungkook usai sembuh dari rasa sakitnya. Akan tetapi, Jieun terus menunggu Jungkook di depan kamarnya. Berharap ia kembali kepadanya. Tapi sayangnya, sebulan telah berlalu, dan Jungkook belum juga kembali.
Jennie, dan Irene merasa kasihan dengan Jieun. Mereka tidak percaya kalau Jieun tetap akan menunggu kedatangan Jungkook, meskipun hal itu agak mustahil bagi mereka.

Malam ini Irene dan Jennie kembali datang untuk memeriksa kondisi Jieun, dan hasilnya masih saja sama. Ia masih duduk termenung sendirian di depan kamarnya sambil melamun. Irene menutup mulutnya dengan tangan kanannya, air matanya hendak pecah saat melihat kondisi sahabatnya yang seperti ini, “ Jennie-ah, apa yang harus kita lakukan? Aku tidak tega melihat Jieun seperti ini! Hampir berhari – hari kondisinya seperti ini! “

Jennie menghembus pelan nafasnya saat melihat wajah Irene yang berpeluh dengan air mata, “ Aku tidak tahu “

“ Kita harus mencarinya “ Rengek Irene, sambil mengguncangkan tubuh Jennie.

“ Itu hal yang mustahil Irene-ah! Sudah hampir tiga minggu aku mengutus prajuritku untuk mencari Jungkook, tapi apa hasilnya? Tak ada satu pun dari prajuritku yang menemukan Jungkook! “ Air mata Jennie ikut serta pecah usai mengucapkan perkataannya. Ia merasa bersalah kepada Jieun karena sebagai sahabat, ia tidak bisa melakukan apa - apa untuk membantunya.

Mungkin yang di ucapkan Jennie benar. Sudah hampir tiga minggu ini, Jennie mengirim ribuan prajuritnya untuk mencari Jungkook, dan sampai sekarang tidak ada kabar sedikit pun dari mereka. Irene memeluk Jennie dari samping sambil mengelus pundaknya, “ Sudahlah, tidak apa – apa. Kamu sudah bekerja sangat keras “

“ Aku ingin sekali menemukan Jungkook untuk Jieun. Tapi hal itu mustahil sekali bagiku Irene-ah “
Irene mengusap wajah Jennie, menghapus air mata yang ada di wajahnya, “ Kita berdoa saja agar Jungkook kembali kepada Jieun “ Irene tersenyum sambil menahan tangisnya yang hendak keluar.

Di saat mereka berdua berduka, ada satu orang yang juga ikut berduka di malam ini, yaitu Jieun. Sebulir air mata jatuh ke pipinya saat ia memikirkan Jungkook, ia teringat di saat Jungkook menghampirinya di malam yang seperti ini. Kedua tangan Jieun meremas jubah hitam yang ada di pangkuannya, dan pemilik dari jubah hitam itu adalah Jungkook. Di saat para pengawal mengacak – acak kamar Jungkook, mereka menemukan jubah hitam Jungkook di selepetan lemari, lalu mereka memberikannya kepada Jieun. Hingga saat ini, Jieun masih menyimpan jubah hitam itu.

Setiap kali Jieun menyentuh jubah itu. Aroma semerbak tubuh Jungkook menggugah indra penciuman Jieun, mengingatkan dirinya di saat ia dan Jungkook berkuda ke pantai bersama. Meskipun Jieun memiliki sedikit kenangan dengan Jungkook, tapi entah kenapa  kenangan itulah yang amat berharga di ingatannya. Seakan – akan kenangan itu adalah kenangan terindah di hidupnya.

“ Jungkook-ah ... Di mana kamu? Apa kamu tidak merindukanku lagi? Apa kamu membenciku sekarang? Pulanglah, tolong pulanglah. Aku merindukanmu “ Bisik Jieun.


~~ ♡ ~~

Di sisi lain, Yoongi tengah bersantai – santai di kamarnya sambil meneguk teh hangat yang baru saja di buat oleh dayangnya. Ia merasa senang, sekaligus bahagia. Karena apa? Karena kepergian Jungkook. Di saat yang lainnya sedih, hanya Yoongi dan para Pangeran lainnya yang merasa senang. Mereka merasa bebas di saat Jungkook tidak ada.

My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang