Season 2 (8)

339 25 1
                                    


Deru nafas Jennie kian tak terkontrol, di tengah keramaian pasar ia menoleh ke sekitarnya untuk mencari pertolongan. Tapi dengan kondisi tubuhnya yang kotor dan compang - camping saat ini, tidak ada yang sudi atau mau menolong dirinya. Ia tergeletak layaknya gelandangan, sambil berkali - kali meminta tolong kepada orang - orang yang lalu lalang di depannya. Tenggorokannya terasa kering, perutnya keroncongan, dan tubuhnya lelah. Siksaan yang sangat besar bagi Jennie. 

" Tolong seseorang bantu saya. " lirih Jennie, sayangnya tidak ada yang mendengarkan.

Disaat itu juga, Jimin dengan santainya berjalan menuju pasar untuk membelikan daging yang diminta Jieun. Saat itu juga, ia terkejut saat melihat sosok Jennie. Duduk di pinggir jalan dengan pakaian lusuh compang - camping, memohon kepada orang - orang yang berjalan di depannya. Jimin menghentikan tekadnya untuk membeli daging dan pergi menghampiri Jennie. 

" Kim Jennie! " teriak Jimin, sambil lari menuju Jennie. 

Kedatangan Jimin bagaikan malaikat yang menolong Jennie dikala susah. Jennie terharu melihatnya, " Jimin-ah, tolong bantu aku. " 

" Tenanglah aku ada disini. Aku akan membawamu ke rumahku. " Jimin menaruh lengan Jennie ke bahunya, perlahan menuntunnya pulang, " Bertahanlah. " 

Sepanjang jalan, kepala Jennie terasa pusing tak tertolong. Membuat pandangannya buram, dan tubuhnya tak kuasa untuk berdiri. Jimin yang menyadari itu semakin mempercepat langkahnya. Berharap Jennie tidak pingsan di tengah perjalanan. 

Bayangan rumah Jimin mulai terlihat di matanya, ia semakin mempercepat langkahnya. Untung saat itu ada Jieun di taman tengah melukis pemandangan seperti biasanya. 

" Jieun-ah!" teriak Jimin dengan nafas tersela - sela karena kelelahan membopong tubuh Jennie. 

Mata Jieun refleks terbelalak saat melihat Jennie, wajahnya tampak pucat dan lesu. Tak pernah sekalipun Jieun melihat Jennie dengan kondisi krisis seperti ini, " Kenapa dia? " 

" Aku juga tidak tahu, kita harus segera membawanya kedalam. " Jieun mengangguk paham, ia bergegas membantu Jimin untuk membopong Jennie ke dalam, dan menidurkannya di ranjang. 

Perlahan Jieun menyentuh kening dan leher Jennie, " Dia sepertinya demam. " 

" Ji, apa aku membelikannya obat di pasar? " tanya Jimin. 

" Tidak perlu, aku bisa membuatnya. Kamu tunggu di sini saja, jaga Jennie. " Tak lama kemudian Jieun pergi meninggalkan kamar dan beranjak ke dapur untuk membuat ramuan obat. 

Sebagai dayang kerajaan, Jieun sudah bertahun - tahun membuat ramuan obat herbal untuk para anggota kerajaan. Tentu saja ia mempelajarinya dari ketu dayang sebelumnya. Jadi bahan ramuan itu sudah ada diluar kepala Jieun. Ia mencampurkan dedaunan, rempah, dan banyak lagi. Lalu membentuknya menjadi bubuk, untuk diseduh dan di campurkan dengan air kompres. 

" Aku kembali. " Jieun bergegas menuju kemar dengan mangkok berisi air yang sudah di campur ramuan dan kain. Perlahan Jieun mengompres dahi dan mengusapkannya ke leher dan tangan Jennie. 

" Dia akan baik - baik sajakan Ji? " risau Jimin, saat Jennie tidak kunjung membuka matanya. Rasa khawatir Jimin seakan menular ke Jieun, kini mereka merasakan rasa khawatir yang sama. 

Jieun terdiam sejenak untuk memikirkan kata yang pas untuk menjawab pertanyaan Jimin. Ia takut akan membuat Jimin semakin sedih saat mengetahui kondisi sahabatnya yang krisis, " Mu-mungkin. " 

Hampir setengah hari mereka menunggu Jennie sadar, dan sampai sekarang masih belum ada tanda - tanda sedikitpun. Bimbang hati mereka saat memutuskan untuk memanggil tabib buat Jennie, tapi disisi lain mereka saat ini juga krisis uang. Beda seperti dulu saat masih di kerajaan, mereka bisa memanggil tabib sesuka hati. Tapi sekarang memanggil tabib yang biasa saja tidak bisa, apalagi yang profesional. 

My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang