29

409 38 0
                                    


Semilir angin meniup surai legam Jieun, membuat ujung rambutnya menari - nari dengan lihai. Jari - jemarinya dengan lentik melukis pemandangan sungai Goryeo. Duduk di bawah pohon rindang, berselesa tanpa ada rasa beban-membuat diri Jieun terasa tenang dan damai. 

Ujung kuas melakukan pekerjaannya dengan baik, mengikuti arah sang pelukis. Suasana sungai sunyi, yang ada hanyalah suara kicauan burung dan desiran ombak kecil. Damai. Akan tetapi kedamaian tak kunjung selamanya melekat di hati Jieun, layaknya hembusan angin-kedamaian itu hilang dari hati Jieun. 

Suara erangan seorang lelaki, membuyarkan kedamaian Jieun. Apalagi hal yang paling mengganggu Jieun adalah suara khas lelaki itu, Jieun hafal sangat dengan suara berat lelaki itu. Siapa lagi kalau bukan, " Jungkook? " 

Jieun mengintip dari balik semak - semak. Terlihat Jungkook tengah berjongkok di pinggir sungai, menatap semilir ombak sungai. Ia meraih beberapa kerikil di samping, melemparnya ke sungai. Membentuk loncatan batu indah yang astetik. Jieun menatap lekat wajah lelaki itu, suram dan menyedihkan. Itu yang Jieun lihat. Kala melihat Jungkook, selalu ada rasa benci sekaligus sedih yang mencabik - cabik hati Jieun. 

Punggung Jungkook tampak menyedihkan dari belakang, ingin sekali Jieun lari ke arahnya dan memeluk tubuh yang menangis itu dengan pelukan hangat. Tapi mustahil, karena Jieun merasa masih memiliki rasa dendam di hatinya kepada Jungkook. 

" Sudahlah Lee Jieun, hiraukan saja dia " batin Jieun, seraya berbalik badan dan kembali ke tempatnya. Sara gemerisik dedaunan terdengar jelas saat Jieun beranjak dari tempatnya, menarik perhatian sang lelaki yang tengah galau di pinggir sungai. 

Tangan Jieun hendak memungut alat lukisnya, tapi tangannya terasa kaku. Jieun membalikkan badannya, ia baru menyadari kalau ada seseorang di belakang tengah menatapnya, " Apa kamu masih marah padaku? " 

Mata Jieun membelalak sempurna saat melihat Jungkook. Ia segera mengambil barangnya dan lari dari Jungkook, tapi kekuatan Jungkook lebih besar dari Jieun. Alhasil Jungkook berhasil menahan tubuh Jieun dalam dekapannya. 

Jungkook memeluk tubuh Jieun dari belakang, menyandarkan dagunya ke bahu Jieun. Seperti dulu, " Jangan tinggalkan aku Ji ... aku merindukanmu " Jungkook memutar tubuh Jieun, menatap lekat dua mata indah itu. 

Detak jantung Jungkook bergemuruh dengan dahsyat saat melihat wajah nan cantik Jieun. Bibirnya yang mungil, kedua matanya yang meneduhkan, alis matanya yang menggoda, kedua pipinya yang merona layaknya buah apel. Tak pernah absen dari ingatan Jungkook. Hingga perkelahian itu di mulai, membuat Jungkook merasakan rindu yang besar ke wajah cantik Jieun. 

" Jungkook-ah, lepaskan aku " Tubuh Jieun mencoba melepaskan genggaman Jungkook, tapi nihil. Cengkraman Jungkook sangat erat, layaknya seekor elang mencenngkram mangsanya. 

" Ji, dengarkan aku dulu " Jungkook menghentikan tubuh Jieun yang sedari tadi bergelut dengan genggamannya, " Aku mau menjelaskan semuanya! " 

" AKU TIDAK PERLU PENJELASANMU!!!! " Teriak Jieun, perlahan genggaman Jungkook surut dari dirnya, " Aku tidak ingin mengingat kejadian itu lagi! Aku muak denganmu Jeon Jungkook! Apa kamu tidak tahu itu?! ... Mulai sekarang jangan pernah dekati aku lagi! " 

Tak ambil lama, usai mengucapkan perkataannya Jieun segera lari meninggalkan Jungkook. Dan pada hari itu, adalah hari terakhir Jungkook bertemu Jieun ...


1 Tahun kemudian ...

Hari demi hari, waktu terus berjalan, detik terus berdetik. Jungkook menjalani hidupnya seperti biasa tanpa kehadiran Jieun. Sepi. Itu yang Jungkook rasakan setiap hari. Ia tidak menyangka kalau pertemuannya dengan Jieun akan menimbulkan dampak perih seperti ini. Di kala ia terdiam di malam hari, Jungkook terkadang merindukan pelukan hangat Jieun. Di kala ia berdiri di teriknya panas matahari, Jungkook merindukan senyuman Jieun yang menenangkan hati.

Luka di hati Jungkook saat Jieun meminta untuk berpisah tak kunjung sembuh. Masih membekas jelas di hatinya. Terkadang di kala kesempatan, Jungkook sering melihat Jieun bekerja, dan kadang tengah bergaul dengan para Pangeran dan lainnya. Apalagi di kala pertemuan, ia bisa bertemu dengan Jieun secara langsung, tapi sayangnya tidak ada komunikasi atau percakapan sedikit pun diantara mereka. Diam.Canggung. 

Proses tunangan Jieun dan Jimin sudah berlangsung kurang lebih 4 bulan yang lalu, dan tak lama lagi mereka akan menikah. Tentu saja, proses pernikahan itu sangat memikul hati Jungkook. Ia, Jennie, dan Irene sempat mencoba merusak proses lamaran Jimin, tapi gagal. Karena rencana Jimin sudah sepenuhnya di atur oleh Yeri, dan kemungkinan nol persen untuk mereka menggagalkan rencana Jimin. 

" Sudahlah, jangan terasa terbebani " Lirih Irene, menepuk pundak Jungkook dari belakang. Seperti biasa, hanya ada utasan senyuman kecil di raut muka Jungkook saat melihat Irene. Tak ada yang spesial, beda seperti saat JUngkook menatap Jieun. 

" Aku harus bagaimana Rene? Aku merindukannya ... sangat meridnukannya " 

Mata Irene melirik ke arah sepucuk surat yang ada di tangan Jungkook, surat yang sebenar lagi akan Jungkook berikan seusai ia menghadiri pernikahan Jieun. Surat yang berisikan ucapan terima kasih, rasa sayang, dan juga perpisahan. Meskipun sejujurnya Jungkook masih enggan untuk berpisah dari Jieun. 

" Apa kamu benar - benar akan memberikan ini kepada Jieun? " 

" Iya " jawab Jungkook dengan singkat, " Setelah ku berikan surat ini kepadanya, aku akan pergi dari sini dan ... tidak akan kembali " 

Hati Irene tertegun saat mendengarkan pernyataan Jungkook, " Kenapa? Kenapa kamu pergi?  " 

" Aku benci dengan semua ingatan ini Rene. Di manapun aku pergi, bayangan Jieun selalu menghantu - hantuiku. Kalau seperti ini terus ... mana mungkin aku bisa melepaskannya " 


~~ ~~


" Park Jimin!! " Suara tawa canda terus mengiang di kamar Jimin. Kedua insan yang hendak menikah ini susah sekali untuk di pisahkan, layaknya kedua magnet yang terus menempel dan tarik - tarikan. 

" Park Jimin, hentikan! " Jieun mengelak dengan senyuman lebar di wajahnya saat Jimin dengan jahilnya mencolekkan cat warna ke pipi Jieun. 

" Ambil ini, dasar gadis nakal " Jimin tak hentinya mengoda gadis pujaan hatinya ini, ia mencolekkan cat warna itu ke pipi Jieun. Begitu juga dengan Jieun, membalas colekan Jimin dengan tinta ke pipi dan hidung Jimin. 

Sejak perpisahannya dengan Jungkook, Jieun semakin sering berhubungan dengan Jimin. Di kala senang, duka. Jimin selalu ada bersamanya, membuat hati Jieun tergoyah dengan kencang. Senyuman manis semakin lama semakin melekat di memori Jieun, perlahan tumbuhah benih - benih cinta di hati Jieun kepada Jimin. Tapi bunga tak kunjung mekar, karena hambatan rasa sayangnya kepada Jungkook. 

My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang