26

456 44 2
                                    

Plakk!! ... Plak!!!

Cambuk yang kini ada di tangan Yeri, tak henti – hentinya ia gerakan untuk memukul Jieun. Sudah hampir satu jam Yeri mencambuk Jieun, dan tak ada erangan atau tolakan darinya. Tubuh Jieun kini lemas tak berdaya, kedua tangannya terikat di atas kepala, dan pergelangan kaki kanannya terantai agar dia tidak bisa kabur.

Tak ada suara teriakan yang keluar dari mulut Jieun, ia hanya memejamkan matanya dan menerima semua perlakuan kejam Yeri kepadanya. Melihat Jieun yang melemah seperti ini, Yeri semakin ingin mencambuknya dengan keras.

Plakk!!! Plak!!!

Yeri mencambuk Jieun berkali – kali. Setiap dayang yang melewati mereka, akan terdiam dan menyaksikan hukuman yang Yeri berikan kepada Jieun. Jieun melirik ke arah mereka dengan tatapan sendu, berharap untuk di tolong. Tetapi, mereka semua menghiraukan Jieun. Yang tadinya hanya ada lima dayang yang menyaksikan, perlahan menjadi gerombolan orang. Mereka semua menyaksikan cambukkan Jieun, tanpa rasa belas kasih sedikit pun.

Tak lama usai menemui Irene, Jungkook hendak kembali menuju kamarnya. Tapi langkahnya terhenti karena melihat gerombolan orang di pendopo. Rasa ingin tahu Jungkook secara refleks menarik tubuhnya ke kerumunan. Mata Jungkook terbelalak saat melihat tubuh Jieun di cambuk Yeri.

“ Jieun-ah!!! Yeri hentikan sekarang juga!! “ Teriak Jungkook, seraya berlari menuju Jieun.

Yeri menghentikan cambukkannya saat melihat Jungkook berlari ke arahnya dan Jieun, “ Dasar perusak kesenangan “ Batin Yeri, menatap malas Jungkook.

Jungkook menebaskan pedangnya ke arah tali dan rantai yang mengikat tubuh Jieun. Setelah ikatan itu terlepas, tubuh Jieun langsung jatuh ke dalam pelukan Jungkook. Tubuh Jieun sudah tidak memiliki daya lagi untuk berdiri tegap. Jungkook menatap risau wajah pucat dan tubuh lemas, tanpa basa – basi ia segera menggendong tubuh Jieun.

Mata Yeri terbelalak sempurna saat melihat Jungkook menggendong tubuh Jieun dan hendak membawanya pergi, “ Oppa!!! Apa yang kamu lakukan!! Turunkan dia sekarang!! ... Dia memang layak mendapatkan hukuman Oppa. Karenanya tubuh Oppa terkena racun “

“ Yeri-sshi, bukan dia pelakunya. Aku tahu itu “ Ujar Jungkook, lalu membawa Jieun pergi.

Kedua telapak tangan Yeri mengepal keras saat melihat Jungkook membawa pergi Jieun. Tatapan mata penuh amarah menyelubungi bola mata Yeri. Rasa dendam kembali  melonjak di hatinya, “ Dasar! Awas kamu Lee Jieun!!”


~~ ♡ ~~


Bekas memar dan luka tipis menyembar di seluruh tubuh Jieun. Rasa perih akibat cambukkan Yeri tak kunjung mereda. Setelah Jungkook membawa Jieun pergi dari Yeri, ia membawa Jieun untuk menemui tabib kerajaan. Berjam – jam Jungkook menunggu pemeriksaan Jieun, hatinya semakin risau seiring waktu. Setelah lama menunggu akhirnya tabib kerajaan keluar dari ruangannya, dengab raut muka sedih.

“ Bagaimana kabar Jieun? Dia baik – baik saja kan? “ tanya Jungkook.

Tabib menghembuskan pelan nafasnya, menatap Jungkook dengan rasa menyesal dan sedih, “ Jieun memiliki luka memar dan goresan yang banyak, kondisi tubuhnya kembali melemah. Untuk beberapa hari ini kemungkinan ... dia tidak bisa berjalan. Maafkan saya Pangeran “

“ Tidak apa – apa. Terima kasih “

Tak lama kemudian, tabib meninggalkan Jungkook. Suara decitan pintu menarik indra pendengar Jieun, ia mengalihkan pandangannya ke asal suara. Tatapan sayu yang Jieun lontarkan kepada Jungkook, membuat tubuhnya berhenti diambang – ambang pintu. Kedua matanya terbelalak saat melihat mata Jieun yang penuh dengan rasa amarah, sedih, dan kesakitan. Jungkook merasa iba saat melihat Jieun.

Jungkook mencoba tersenyum kepada Jieun, tapi Jieun tampak menepis senyumannya, “ Jieun-ah apa kamu_ “ belum selesai berucap Jieun memotong ucapan Jungkook.

“ Ke mana saja kamu? Apa kamu sengaja melakukan semua ini? Kenapa kamu meninggalkanku? “ tanya Jieun, dengan tatapan benci.

Rasa cinta Jieun kepada Jungkook seketika sirna saat ia meninggalkannya. Jieun merasa benci kepada Jungkook karena dia sudah membuat Jimin dan Jennie terluka, begitu juga dengan dirinya sendiri.

“ Akanku jelaskan semua ini nanti ya? Sekarang yang penting adalah kamu baik – baik saja “ Jungkook hendak menggenggam tangan Jieun, tapi Jieun segera menebasnya.

Air mata Jieun perlahan menetes, ulasan senyuman terbentuk di atas kesedihannya, “ Baik – baik saja? Apa bagimu kondisiku sekarang baik – baik saja?!!” Jieun menaikkan nada suaranya untuk melampiaskan semua amarahnya kepada Jungkook.

Jungkook terdiam seribu bahasa saat mendengarkan pertanyaan Jieun. Jieun mendengus kesal melihat ekspresi terkejut Jungkook. Jieun bangkit dari ranjang, mencoba untuk berdiri dan meninggalkan ruangan ini. Sementara Jungkook, ia hanya terdiam membeku di tempatnya. Membiarkan Jieun pergi dengan kondisi kakinya yang lemah.

Rasa perih menjalar di tubuh Jieun saat kakinya ia gerakan. Tapi ia masih bersikeras untuk pergi ke kamarnya. Rak jauh dari Jieun berada, Jimin yang baru saja berobat. Melihat Jieun tengah berjalan dengan langkahnya yang pincang. Tanpa basa – basi berpikir, Jimin segera lari menghampiri Jieun.

“ Jieun-ah!! Berhenti! “ teriak Jimin, seraya leri menghampiri Jieun. Jieun membalikkan badannya, ia terkejut melihat Jimin yang tengah lari menujunya dengan baluran perban di sekitar bahu.

“ Jimin-ah, apa kamu baik – baik saja? Lukanya tidak parah kan? “ risau Jieun saat melihat perban yang melilit di bahu Jimin.

“ Aku baik – baik saja, baru saja tadi lukanya di jahit. Kamu sendiri, baik – baik saja kan? “ tanya Jimin.

Jieun melirik ke arah kakinya dengan sayu. Jimin paham dengan tatapan yang Jieun lontarkan. Tak lama setelah berpikir, Jimin segera membelakangi Jieun lalu merendahkan tubuhnya, “ Naiklah ... biar aku antarkan kamu ke kamarmu “

“ Ti-tidak apa – apa, lagian kamu baru saja_ “ ucapan Jieun terpotong karena Jimin mengangkat tubuhnya duluan dari belakang.

Hati Jieun tersontak kaget saat Jimin menggendongnya, “ Jimin-ah turunkan aku! Kamu kan baru saja di obati “

Jimin menolehkan pandangannya ke belakang, lalu tersenyum kepada Jieun , “ Rasa sakitku akan hilang saat aku melihat senyumanmu Ji. Jadi jangan pedulikan aku sakit atau tidak. Sakit secara fisik sudah biasa bagiku, tapi secara perasaan ... lebih menyakitkan “

Perlahan Jimin membawa Jieun ke dalam kamarnya. Saat Jieun berada di gendongan Jimin, ada kalanya rasa senang dan kasihan. Jieun merasa terima kasih kepada Jimin, tapi dia kasihan sekaligus karena Jimin terluka akibat melindunginya.

Hati Jimin terus berdebar dengan kencang. Rasanya terasa nyaman sekaligus hangat di dalam dirinya, dan Jimin sangat menyukai rasa itu. Setiap kali Jieun berada di dekatnya, ingin sekali Jimin memeluk tubuh mungilnya. Apalagi dengan kondisi seperti ini, kondisi di kala tubuh mereka berimpitan tanpa ada jarak sedikit pun.

“ Kita sudah sampai ! “ ujar Jimin, ia perlahan membuka pintu kamar Jieun dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

“ Terima kasih Jimin-ah “ ujar Jieun.

Telapak tangan Jimin mengusap perlahan rambut Jieun, “ Sama – sama. Cepat sembuh ya “ tak lama kemudian Jimin meninggalkan kamar Jieun untuk membiarkannya berehat.

My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang