Season 2 (6)

341 28 3
                                    


Suara bentakan Jimin bukan hanya menyayat hati Seulgi, melainkan hati Jieun pun. Ia sangat terkejut saat Jimin tiba - tiba meninggikan suaranya. Siratan matanya yang penuh amarah tampak jelas dari pandangan Jieun. 

" Kalau sikap mu kepada Jieun seperti ini, lebih baik aku pergi saja dan mencari jalanku sendiri. Ketimbang harus pergi dengan perempuan seperti mu. " tegas Jimin, menggenggam erat tangan Jieun dan membawanya pergi dari Seulgi. 

" Hyung! Kembali! " teriak Taehyung, tapi Jimin menghiraukan nya. Ia terus berjalan tanpa menatap ke belakang. 

Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Jieun, ia hanya diam sambil menatap punggung belakang Jimin yang kini tengah menggeret nya entah kemana. Perlahan langkah kaki Jimin mulai melamban, ia berhenti di depan sebuah sungai seraya melepaskan genggaman nya. Kaki nya terasa tak kuasa untuk berdiri, hingga ia berlutut sambil menatap pantulan dirinya di air. Suara isakan tangis perlahan terdengar jelas di telinga Jieun, pundak Jimin yang bergetar membuat rasa iba muncul di hati Jieun. 

" Jimin-ah ... " perlahan Jieun merendahkan tubuhnya, lalu menaruh kepala Jimin di pundaknya. Mengelus surainya perlahan, hingga suara tangisan Jimin perlahan reda. 

Jimin mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Jieun, ia mengusap pipi kirinya perlahan. Memaksakan sebuah senyuman membentuk di bibirnya. Tapi senyuman itu gagal menutupi kesedihan hati Jimin. 

" Park Jimin, ada apa denganmu? Kenapa kamu seperti itu kepada Seulgi? " lirih Jieun. Tidak ada balasan dari Jimin, ia menundukkan kepalanya. Seakan - akan ia merupakan seorang tersangka. 

" Park Jimin, apa kamu mendiami ku sekarang? " 

Ribuan pertanyaan terus lolos dari mulut Jieun, tapi masih tidak ada jawaban dari Jimin. Jujur, apa yang Jieun kini lihat bukan lah Jimin yang kemarin. 

" Aku ... tidak ingin kamu terluka Ji. Aku tidak akan pernah memaafkan diriku saat melihatmu di peperangan nanti bersimbah darah. " 

Sebuah senyuman terbentuk di di bawah bola mata yang berkaca - kaca, seusai mendengar pengakuan Jimin. Tangan lentik Jieun menempel di dada bagian jantung Jimin. Ia dapat merasakan denyut detak jantung Jimin yang tampaknya berdetak dua kali lebih cepat ketimbang biasanya, " Apa kamu ... berpikir kalau aku bersimbah darah, aku akan meninggal? " 

Jieun menatap wajah Jimin dengan mata yang terbanjiri air mata, " Meskipun nanti saat aku meninggal di medan perang, aku pasti akan bahagia Jimin-ah. Karena apa? Karena aku bangga bisa melindungi mu dan yang lainnya. " 

Tangan Jimin meraih tangan Jieun yang masih menempel di dadanya, " Meskpun begitu, aku tidak tega Ji. " 

" Aku tahu itu, sakit rasanya saat melihat orang yang kita sayangi terluka. Terlebih lagi saat orang itu mempertaruhkan nyawanya untuk kita. " 

Mengucapkan kata itu, Jieun seketika teringat dengan Jungkook. Ia ingat saat di mana Jungkook membelanya mati - matian. Jieun masih teringat akan kejadian malam yang mengerikan itu, di mana saat seisi Kerajaan tiba - tiba di serang. Suara dentingan pedang antara Jungkook dengan lawannya. Ia juga masih ingat dengan wajah Jungkook yang tergores pedang dan terkena cipratan darah. 

" Ji " panggil Jimin, sambil mengguncangkan pelan tubuh Jieun yang masih berada dalam lamunan nya. 

Ingatannya dengan Jungkook kabur saat Jimin mengguncang tubuhnya, " I-iya? " 

" Apa yang sedang kamu pikirkan? " 

Jieun menggeleng kan kepalanya berkali - kali. Jimin hanya menghembuskan pelan nafas nya, lalu menarik tubuh Jieun ke dalam pelukan nya. Mengelus surai legam nya perlahan, menelusupkan wajahnya di leher tetunguk Jieun. Hangat, nyaman. Tapi kenapa rasanya hati Jieun ingin menangis? 


~~~~


" CARI DIA SEKARANG!!! " bentak Yoongi kepada para pengawal. Kepergian Jennie memanaskan hati dan pikiran Yoongi yang hari demi hari semakin kalut. 

Menjadi seorang raja membuat tubuh Yoongi melemah, karena terkalahkan oleh pikirannya sendiri. Tekanan batin yang ia alami membuatnya mudah meluapkan segala emosi. Mulai dari marah, menangis, dan kadang ia tertawa sendiri seperti orang gila. 

Alasannya mungkin, karena perbuatannya sendiri. Beberapa hari yang lalu, Yoongi melakukan sebuah perbuatan yang diluar dugaannya, yaitu membunuh kedua orang tuanya sendiri. Ia membunuh raja dan kedua ratu Goryeo dalam keadaan mabuk. Ia berjalan lunglai menyusuri lorong kerajaan, dengan botol alkohol dan pisau yang ada di sakunya. 

Saat itu, keadaan di kamar raja dengan kedua ratunya damai. Mereka bertiga bersama bermain badu, sebuah permainan papan yang berasal dari tiongkok. Tapi, kedamaian mereka hancur karena Yoongi membuka pintu kamar mereka dengan keras. Mengejutkan semua orang yang ada di sana. Terutama ibu Yoongi, Ratu Kim. Terkejut setengah mati saat melihat putranya mabuk berlebihan. 

" Yoongi-sshi, kamu kenapa? " ujar ratu Kim, bangkit dari tempatnya menghampiri putra kesayangannya itu. Ia menyentuh kening dan pipi Yoongi yang pucat layak mayat, tapi dengan kasar Yoongi membuang tangan ibunya. 

Menggerang marah marah tanpa alasan yang jelas, " Aaarrghh!! Ibu tidak usah bersikap peduli kepadaku!! " 

" Min Yoongi!! " bentak Raja saat melihat putranya bersikap kasar kepada ibunya sendiri, " Bersikap baiklah kepada ibumu! Bukan kamu sekarang seorang raja bisa bersikap semena - mena kepada ibu mu. " 

Tak ada rasa bersalah secuil pun di hati Yoongi, ia berjalan lunglai ke arah raja. Lalu memukulnya dengan botol dan mencengkik lehernya, " Dasar kamu, memangnya apa hakmu untuk mengatur kehidupanku huh? Lagian aku menjadi raja buka karena dirimu ayah. " 

" Yoongi, lepaskan tanganmu dari yang mulia. " ujar Ratu Park, ibu dari Jimin dan Jungkook. 

" Hei, kamu. Gara - gara kamu sudah melahirkan dua anakmu yang bermasalah itu, hidupku hancu. Mungkin banyak yang bilang terima kasih karena sudah melahirkan Jimin dan Jungkook, padahal nyatanya semua itu hanyalah ... omong kosong belakan. " 

Ucapan yang Yoongi keluarkan benar - benar menyayat hati wanita tua itu. 

" Kenapa? apa kamu sakit hati? hahahahaha!!!! " Yoongi tertawa keras hingga menggema seisi ruangan, " Memang kehadiran kalian bertiga membuatku sangat muak untuk hidup. " 

Yoongi perlahan mengeluarkan pisau dari sakunya, menusukannya ke leher Ratu Park hingga darah menetes layaknya air terjun. Ratu Kim dan Raja yang melihatnya terdiam seribu bahasa saat melihat Yoongi dengan santainya mengusap cipratan darah yang ada di wajahnya. 

Seringai kecil terbentuk dari ujung bibir Yoongi, melihat wajah ketakutan raja dan ratu. " Apa kalian takut terhadap anak kalian sendiri? " 

" Yoongi, hentikan. " pinta raja dengan nada memohon. 

" Sejak kapan seorang raja memohon? bukannya kebanyakan menyuruh? " hina Yoongi, sambil mengarahkan ujung pisaunya ke arah raja. Sekujur tubuh raja merinding ketakutan melihat ujung pisau itu yang terbasahi darah istrinya. 

Biasanya dalam kasus seperti ini ia akan memanggil para pengawalnya, tapi apa daya dirinya saat ini. Semua yang ia miliki mulai tahta, harta, kerajaan. Semuanya telah di ambil alih oleh Yoongi. Ia disini sekarang hanya sebagai tahanan. 

" Ayah, semisal nanti kamu di neraka. Jangan lupa ceritakan ya. " Sesaat itu juga Yoongi membunuh ayahnya dengan sadis, yaitu menyayat lehernya. Darah mengalir deras, membasahi hanbok kerajaannya. 

Air mata jatuh layaknya rintikan hujan saat Ratu Kim melihat perlakuan anaknya. " Yoongi, apa yang kamu lakukan? " 

" Diamlah ibu, kalau ibu juga ingin menyusul ayah. Anakmu ini dengan senang hati akan mengantarmu. " 


My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang