28

408 37 4
                                    


" Dasar pecundang!!! " Pukulan keras Jungkook lontarkan tepat di wajah Jimin. Sementara Jimin yang terkena pukul hanya diam dengan seringai senyuman di wajah, " Kenapa kamu mau melamarmya huh??!! "

" Terserah aku lah " Sinis Jimin, seraya bangkit dari tanah. Tangan Jungkook menarik kerah Hanbok Jimin, lalu memukul kembali wajahnya. Membuat Jimin kembali jatuh menghantam tanah dengan keras.

" Menjauhlah dari Jieun " Geram Jungkook, dengan siratan mata penuh amarah. Tak ada rasa takut sedikit pun di hati Jimin saat melihat amarah Jungkook yang sudah meledak layaknya gunung berapi. Yang kini ia lakukan hanyalah acuh akan ucapan Jungkook dan masih berpegang teguh akan keinginannya melamar Jieun.

Jimin kembali bangkit dari tanah, membersihkan Hanboknya yang terkotori oleh debu. Kepalan tangan Jungkook semakin mengeras, membuat ujung kukunya hampir merobek kulit telapak tangannya. Jungkook mengertakan giginya saat nelihat Jimin dengan santainya berjalan ke arahnya. Andai Jimin bukan saudaranya, Jungkook pasti tidak akan segan - segan membunuhnya.

Telapak tangan Jimin menepuk pelan pundak Jungkook, membuyarkan semua lamunannya yang pebuh dengan dendam. Bibir mungil Jimin mendekat ke telinga kiri Jungkook, hendak membisikkan sesuatu ke telinganya, " Jika kamu hendak membunuhku, jangan segan - segan. Asalkan ingat Jieun, dia tidak akan pernah bahagia tanpa adanya aku "

Tak lama kemudian Jimin oergi meninggalkan Jungkook sendirian di lapangan. Amarah Jungkook tambah menjadi usai mendengarkan ucapan Jimin. Mungkin apa yang di ucapkan Jimin tadi benar, Jieun selalu bahagia saat bersama Jimin. Oleh karena itu membunuh Jimin sama saja merengut kebahagiaan Jieun.

" Aaaarrrghhh!!! Terkutuk kau PARK JIMIN !!! " Geram Jungkook, seraya memukul kayu pohon yang ada di hadapannya. Sebulir darah menetes dari tangan Jungkook, tangannya lecet usai memukul pohon itu.

~~ ♡ ~~

Aroma teh Jasmine mengudara di kamar belajar Hoseok, suara canda tawa terdengar menggema seisi ruangan. Suara riang dari Hoseok dan juga gadis yang ada di hadapannya ini meramaikan ruang belajar yang sebelumnya tak berpenghuni.

Beberapa menit yang lalu, Hoseok memanggil Jieun untuk datang menghanpirinya, sambil membawa seteko berisi teh Jasmine kesukaan Hoseok. Mereka berdua berbincang membahas pasal kerajaan dan lain - lain. Hingga cerita mereka berubah topik ke pengalaman lucu mereka masing - masing.

Suara tawa Jieun bagaikan melodi indah yang menenangkan hati Hoseok. Paras cantiknya yang kini di hiasi oleh senyuman, layaknya sebuah permata di dasar laut. Susah untuk di temukan dan indah. Berhadap - hadapan tepat di depan Jieun, membuat Hoseok tak hentinya memuji makhluk ciptaan Tuhan yang ada di hadapannya ini.

Begitu juga dengan Jieun, ia tak hentinya memuji kebaikan dan keindahan Hoseok. Memiliki hubungan dengan lelaki pandai, lucu dan periang ini-membuat Jieun tak hentinya bersyukur kepada Tuhan. Meskipun hubungan mereka hanya sebatas teman, tidak lebih.

" Hoseok-ah, jadi bagaimana rencana sedekah kita? Apa sudah kamu putuskan? " tanya Jieun, usai menyeduh teh yang ada di gelasnya.

" Mungkin jadi. Nanti aku akan mengajak yang lainnya juga " ujar Hoseok, lalu mengangkat kedua alisnya. Jieun tertawa malu saat melihat wajah lucu Hoseok.

" Kalau jadi, nanti aku akan mengajak Sooyoung juga. Dia sudah lama tidak keluar dari kerajaan. Dulu dia pernah bilang kepadaku kalau dia rindu keluar dan bersenang - senang di desa "

" Tentu, kamu boleh mengajaknya "

Perbincangan mereka terus berlanjut, hingga suara ketukan terdengar. Pintu ruangan Hoseok perlahan terbuka, terlihat sosok Taehyung dan Jin dari balik pintu. Hoseok dan Jieun segera bangkit dari kursi, membungkuk hormat ke arah Taehyung dan Jin, mereka pun membalas.

My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang