Season 2 (2)

449 33 0
                                    


Di sisi lain, suara jeritan dan rintihan terdengar mengudara di lapangan. Suara itu keluar dari mulut para dayang, dan perajurit Goryeo. Mereka di siksa dengan di cambuk, dan kedua tangan mereka di gantung ke atas. 

Utasan senyum sinis terukir di wajah Yoongi, ia tampak bahagia melihat para tahanan itu tersiksa. 

" Lepaskan aku! ". Suara teriakan Jennie mengalihkan perhatian Yoongi. 

Peluh keringat membasahi kening Jennie, di tambah dengan luka goresan di bibir dan pipinya akibat terlalu memberontak. Rambutnya kusut tak beraturan, membuat Yoongi ingin sekali menjambaknya dan menggantungnya di hadapan para warga Goryeo. 

" Lihat siapa yang datang ". Yoongi menyeringai senang melihat Jennie yang di tarik paksa ke arahnya, " Putri dari Panglima perang di Goryeo " 

Jennie menggertakan giginya, menunjukkan raut muka penuh benci dan dendam. Kedua tangannya mengepal dengan keras, semisal dia tidak di ikat saat ini. Jennie pasti akan memukul wajah yang memuakkan itu, dan menusukkan pisau yang ada di sakunya itu ke jantung Yoongi. 

" Jen, aku akan membebaskanmu. Asalkan kamu memberitahuku di mana keberadaan Jieun ", ucap Yoongi, seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Jennie. Dengan jarak seperti ini, Yoongi bisa merasakan nafas Jennie yang memburu keluar dari mulut dan hidungnya.

" Tidak akan dasar PENGKHIANAT!! ", teriak Jennie. Memberontakkan tubuhnya dengan kasar di depan Yoongi. 

Raut muka Yoongi berubah saat mendengar penolakan Jennie, " Dasar perempaun ini, padahal aku sudah memberimu kesempatan ". Yoongi menjauhkan dirinya dari Jennie, lalu menyuruh perajuritnya membawa  Jennie ke penjara. 

Jennie memberontak, dan berteriak untuk minta di lepaskan. Tapi gagal, karena kekuatan dua pria yang memegangnya ini lebih besar. Tubuh Jennie di seret dengan kasar ke dalam penjara bawah tanah Goryeo. Tempat yang sepi, gelap, dan dingin. 

Di dalam sel, hanya ada serabut jerami dan obor api sebagai penghangat dan penerang ruangan. Tak ada jendela di tempat itu, singup, berdebu. Tak ada yang bisa Jennie lakukan di sini, selain duduk sambil berharap seseorang segera menyelamatkannya. 


~~ ~~


" KIta harus menolong Jennie dan yang lainnya ", cetus Jieun. Perasaannya sedari tadi tidak enak, ia merasa ada sesuatu yang buruk terjadi kepada teman - temannya. 

" Ji, situasi Kerajaan saat ini sangat berbahaya. Resiko besar kita kembali ke sana, apalagi kita cuma berempat ", Ujar Jin. 

Jieun terdiam merunduk, membayangkan situasi Kerajaan saat ini. Hati Jimin tidak tega melihat Jieun seperti ini, tapi dia sendiri juga tidak mau Jieun terluka karena harus kembali ke Kerajaan. 

Tangan Jimin hendak mengelus pundak Jieun, tapi Jieun menebasnya, lalu bangkit dari tempatnya. Entah pergi ke mana. 

" Hyung, bagaimana ini? " ujar Taehyung. 

Jin benar - benar tidak tahu harus berbuat apa, karena resikonya sangat tinggi saat membuat keputusan di situasi seperti ini. 

Di bawah pohon rindang, Jieun mendongakkan kepalanya, menatap indahnya bintang - bintang yang menghiasi langit malam. Siluet cahaya bulan yang terpantulkan dari heningnya ombak sungai, bagaikan sebuah lagu indah yang menenangkan hati Jieun. Meneteskan sebulir air mata yang sangat berharga. Rindu. 

Air mata yang tadinya hanya setetes, perlahan menjadi tetesan air hujan yang deras. Nafas Jieun kembali terisak setelah sekian lamanya. Rasa sedih di hatinya, melemahkan lutut dan sekujur tubuh Jieun. Membuatnya berlutut tak berdaya. 

" Jangan menangis. " Suara lembut Jimin menarik perhatian Jieun. Ia perlahan membalik badannya menatap asal suara itu. Langkah kaki Jimin perlahan berjalan menghampiri Jieun, menarik tangannya ke dalam dekapan hangat, " Air matamu terlalu berharga untuk menangisi masalah ini Ji. " 

Kedua tangan Jimin sibuk menenangkan tangisan Jieun, yang kiri mengusap rambut Jieun, dan yang satunya memeluk erat tubuhnya, " Menangislah sepuasmu, asalkan setelah ini kamu tidak boleh menetesken setetes pun air matamu. " 

Tangis Jieun semakin menjadi, hingga pundak Jimin basah. Tapi Jimin tidak masalah dengan itu, yang penting sekarang hati Jieun tenang dan siap menghadapi alur takdirnya ini. 

Di sisi lain, tampak ada sepasang mata menatap kemesraan Jimin dan Jieun. Pemandangan itu tampak indah bagi orang lain, tapi bukan untuknya. Sakit. Perih. Itulah yang orang itu rasakan. Bibirnya bergetar menahan tangis yang hendak keluar. Sebulir air mata berhasil lolos, tapi ia menutupnya dengan senyuman kecil yang bergemetar. 

" Dia sudah bahagia sekarang ... " 


~~ ~~ 


" Lepaskan aku!! "

Di dalam selnya, Jennie terus memberontak tidak jelas. Memohon untuk di lepaskan. Sayang, tidak ada yang dapat mendengarkannya. Sudah hampir 1 hari Jennie berada di dalam sel ini, tanpa makan dan setetes air pun. Tenggorokannya kini benar - benar kering, di tambah dengan perutnya yang sedari kemarin keroncongan. Sangat menyiksa. 

" Aku harus melakukan sesuatu ", batin Jennie. Dia melirik ke arah sekitarnya, mencari benda yang bisa keluar dari sel terkutuk ini. Dia mengecek ke dalam tumpukan jerami, berharap menemukan sebuah pisau atau batu. 

Seringai senyuman terbentuk di wajah Jennie saat ia menemukan sebuah pisau kecil. Tak ambil lama ia segera membobol pintu sel, " Akhirnya " 

Jennie bergegeas lari keluar sel. Berjalan mengendap - endap dan menusuk leher setiap penjaga yang ada di penjara itu. Pisau yang tadinya bersih kini sudah terbaluri oleh darah. Begitu juga dengan wajah Jennie yang terpercikkan darah. 

Bukan pintu gerbanglah tujuan Jennie, melainkan gudang senjata. Ia mengambil sebuah pedang, pisau kecil, panah, dan tentu saja baju perang. Jennie menguncit rambutnya, menghapuskan percikkan darah di wajahnya. Yang terakhir memakai baju perang itu. Meskipun itu tak sekuat miliknya, Jennie berharap kalau itu sudah cukup. 

" Aku harus segera pergi dari sini. " Jennie dengan penuh tekad keluar dari gudang dan menuju ke kandang untuk mengambil kudanya. Tapi niatnya seketika hancur saat melihat puluhan bangkai kuda tergeletak di kandang. Jennie sudah memeriksa setiap sel, tak ada satu pun kuda yang hidup. 

Ada yang mati terbunuh, dan ada juga yang mati karena virus dari bangkai. 

" Dasar Min Yoongi. " Kutuk Jennie. 

Suara lonceng besar terdengar menggema, tanda kalau ada masalah di Kerajaan. Dan masalahnya adalah, Jennie kabur dari sel. Tubuh Jennie tergesa - gesa lari menuju gerbang. Sial. Gerbangnya terkunci, alhasil Jennie harus lewat gerbang belakang yang mengarah langsung ke taman. Tapi cukup beresiko. Karena di sana dekat dengan menara prajurit Yoongi. 

" Aku harus bagaimana ini. " Perasaan Jennie semakin kalut saat mendengarkan langkah kaki ribuan prajurit turun dari menara. Meskipun gugup ketakutan, tapi Jennie juga bersyukur karena menara itu kini sepi. Jadi dia bisa melewatinya dengan aman. 

Dengan sekuat tenaga, Jennie lari keluar melewati gerbang belakang. Udara segar menyambutnya dengan hangat. Sinar matahari di luar Kerajaan terasa hangat, angin terasa dingin menusuk pori - pori. Tak ada tekanan sedikit pun di pundaknya. Kini Jennie bebas menjelajahi dunia. Tapi bukan itu tujuannya keluar dari Kerajaan, ia harus mencari teman - temannya dan menyelamatkan Kerajaan ini. 

" Aku pasti akan menemukan kalian, tunggu aku " 


My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang