Season 2 (5)

418 33 2
                                    


" Festival topeng?! " sontak mereka bersamaan.

Festival topeng merupakan salah satu perayaan yang mewajibkan seluruh warga Goryeo untuk mengenakan topeng yang beraneka ragam. Tapi, bukan hanya penduduk Goreyo biasa saja, melainkan keluarga kerajaan pun juga wajib mengenakan topeng.

" Apa kau gila? Bagaimana jika nanti kita salah melawan orang. " tegas Jimin. di sambut anggukan dari ketiga temannya.

Ketakutan mereka saat ini bukanlah takut untuk mati dalam perang, melainkan takut salah membunuh orang. Karena semua orang pasti akan memakai topeng, jadi mereka tidak tahu siapa di balik topeng itu. Bisa saja itu lawan, atau teman.

" Sudahlah, kalau masalah itu lebih baik kita bahas besok. Sekarang kalian istirahat saja dulu. " ujar Seulgi, lalu pergi meninggalkan kamar.

Taehyung meremat lengan Jin dengan erat, " Hyung, aku takut. "

" Tenanglah, semua akan baik - baik saja. " Jin mengelus surai Taehyung dengan lembut.

Hati Jieun terasa iba saat melihat raut muka Taehyung yang ketakutan. Keadaan saat ini memang semakin menegangkan seiring berjalannya waktu.

Pertama mereka kehilangan jejak dan tidak tahu arah pulang, kedua setengah dari Pangeran hilang tanpa jejak, dan yang terakhir mereka harus berperang di hari Festival topeng. Hal itu kadang membuat Jieun ingin mengulang kembali waktu. Kembali di masa ia membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya, kesalahan yang membuat takdirnya berputar balik seperti ini. Yaitu kesalahan di mana ia lebih memilih Bersama Jimin ketimbang Bersama Jungkook. Laki - laki yang seharusnya ada di sampingnya saat ini.

" Ji. " Jimin memanggil Jieun yang sedari tadi melamun dengan raut muka sedih, " Sedang memakirkan apa kamu? "

" Tidak, tidak apa - apa. " Jieun memaksakan senyumannya di hadapan Jimin, dan Jimin tahu itu. Sudah bertahun - tahun mereka bersama, hingga Jimin hafal dengan gerak - gerik Jieun. Salah satunya senyuman paksa ini. Tapi ia tidak memaksa Jieun untuk menanyakan hal yang sejujurnya, takut masalah semakin besar. '

Jimin tersenyum lalu mengelus pipi Jieun, " Kalau begitu kamu tidur dulu. Kita membutuhkan banyak tenaga untuk perjalanan besok. "

Jieun membalas ucapan Jimin dengan anggukan lalu beranjak merebahkan dirinya di kasur. Melihat tubuh Jieun yang lemas membuat Jimin semakin khawatir. Ia seketika rindu dengan Jieun yang dulu. Ia rindu melihat senyuman ceria dan tingkah lakunya yang menggemaskan. Beda seperti yang sekarang. Senyuman paksa, tubuh lesu, raut muka penuh rasa sedih.

" Ji, aku berjanji akan mengembalikan hari - harimu seperti dulu. Aku benci melihatmu harus terpuruk seperti ini. " batin Jimin.

Waktu terus berjalan, bulan semakin naik ke puncak, mengiringi lelapnya orang yang tertidur di ranjang mereka. Hembusan angin malam bertiup kencang, menyapu pori - pori wajah Jimin yang sedang bergadang menjaga keamanan teman - temannya. Ia mendongakkan kepalanya ke arah bulan, sambil merasakan semilir angin malam. Hingga ia tidak menyadari kalau ada Seulgi sedang menatapnya dari belakang.

Bersandar di ambang pintu, dengan kedua tangan di lipat di atas perut. Rasanya nyaman saat memandang Jimin dari belakang. Wajahnya yang tampan di hiasi oleh pantulan sinar rembulan. Menambahkan kesan astetik dan menggelitik di matanya. Dengan penuh tekad Seulgi beranjak dari tempatnya, berjalan menemui Jimin dan duduk di sebelahnya.

" Kenapa kamu belum tidur? " tanya Seulgi, seraya duduk di sebelah Jimin.

Jimin melirik sekilas ke arah Seulgi lalu mendongakkan kembali kepalanya, " Kamu sendiri kenapa belum tidur? "

" Aku ingin berjaga. "

" Tidurlah, biar aku saja yang berjaga. "

Pipi Seulgi merona mendengarkan ucapan Jimin, apalagi dengan hatinya yang saat ini berdegup tak karuan. Membuat suasana diantara mereka tiba - tiba canggung. Seulgi terdiam malu di sebelah Jimin, ia hanya bias sekilas melirik ke arahnya. Menatap wajah indah Jimin yang tampak seperti lukisan. Siluet sinar rembulan, hidung yang mancung, bibir yang seksi, dan juga matanya yang menggoda.

" Jimin-ah, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. " ujar Seulgi, di balas anggukan Jimin. " Apa kamu suami Jieun? "

" Iya. " Jimin menolehkan wajahnya ke arah Seulgi, " Dia istriku Seulgi-sshi "

Pahit, tu yang Seulgi rasakan. Saat mengetahui lelaki yang kamu sukai ternyata sudah ada yang punya. Bisa di bilang cinta bertepuk sebelah tangan atau semacamnya.

" Sudahlah, aku mau kembali ke dalam. " Suara decitan lantai membangunkan Seulgi dari lamunannya, ia dengan refleks menghadap ke arah Jimin yang masuk ke dalam kamarnya.

Sekujur tubuh Seulgi terasa kaku untuk mengejar Jimin. Rasa sedih yang memendam di hatinya membuatnya takut untuk mengejar Jimin.


~~~


Atmosfer hangat terasa di kulit Jimin saat ia masuk ke dalam kamar, ia tersenyum lega saat melihat saudara - saudaranya dan Jieun tertidur lelap. Meskipun hanya beralas karpet dan kasur yang tipis. Pandangan Jimin teralihkan menuju Jieun, yang tertidur lelap dengan kedua tangannya sebagai bantal. Hanya dengan melihatnya membuat Jimin ingin tertawa.

Kaki Jimin secara endap - endap berjalan menuju Jieun, lalu merebahkan tubuhnya di sisi Jieun. Kedua wajah mereka saling berhadapan, hingga Jimin dapat merasakan hembusan nafasnya . Wajahnya terlihat cantik dan tenang saat tidur. Membuat matanya larut menatap wajah Jieun. Hingga ia terlelap dalam mimpi. 

Siratan cahaya matahari, menembus dari balik sela jendela. Membangunkan tubuh mungil Jieun yang masih rebahan di kasur. Perlahan ia membuka matanya, dan ulasan senyuman pun terbentuk di wajahnya, saat mengetahui pria yang tidur di sebelahnya. Dengan kedua tangannya melingkar tubuhnya. 

" Jimin-ah ... " bisik Jieun, sambil memainkan pipi Jimin. 

Jimin membuka perlahan matanya, ia tersenyum lebar saat melihat seorang bidadari tersenyum di hadapannya. Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan waktu yang cukup lama. Hingga suara decitan pintu terbuka, menarik perhatian mereka berdua. Ternyata itu Seulgi. 

Mata Seulgi terbelalak saat melihat Jimin dan Jieun, ia lalu menutup pintu kamar dengan canggung. Di selingi Jieun yang bangkit dari kasur untuk membangunkan Taehyung dan Jin. Tak lama kemudian, Seulgi kembali dengan nampan berisi potongan - potongan buah. Memberikan potongan buah itu kepada Jieun. 

" Hanya ini yang aku punya, semoga cukup mengganjal perut kalian. " 

Jieun menerimanya dengan senang hati, " Terima kasih Seulgi-sshi. " 

" Cepatlah bersiap, sebentar lagi kita akan berangkat. " 

Tak butuh waktu yang lama untuk mereka bersiap, beda seperti saat di kerajaan. Mereka harus melakukan puluhan perawatan dan hal - hal lainnya. Kalau sekarang yang mereka butuhkan hanya kain, senjata, dan baju perang. Mereka pun siap melanjutkan perjalanan. 

Suara ranting dedaunan patah menggema di hutan. Mereka berlima terus berjalan dan jalan, hingga perlahan terlihat menara kerajaan Goryeo. Tapi sayangnya, menara itu di penuhi oleh tentara - tentara Yoongi. 

" Apa yang harus kita lakukan sekarang Hyung? " tanya Taehyung, saat melihat ribuan pasukan Yoongi berjaga di sepanjang tembok dan menara Goryeo. 

" Kita harus lewat belakang, jadi ikuti aku. " 


My Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang