Menyakitkan

1.1K 101 22
                                    


"Udah puas mainnya?"

Baru saja Salsha menginjakkan kakinya didalam rumah, ia langsung diinterogasi oleh mamanya.

"Maaf ma, Griz pulang telat" ucap Salsha menundukkan kepalanya

"Udah jam berapa ini? Ngapain aja kamu? Nggak biasanya pulang maghrib" ucap mama Salsha yang terus saja menanyainya

"Tadi Griz diajak jalan sama Irene sama Zara. Terus waktu pulang ban mobil Salsha pecah, jadi Salsha telat"

"Pulang naik apa?" tanya Nina, mama Salsha

"Dianter sama orang yang nolongin Griz" ucap Salsha

"Kamu mikir nggak? Berapa lama kamu buang buang waktu? Harusnya kamu itu belajar! Bukan malah keluyuran" ucap Nina yang kini mulai tersulut amarah

"Nilai kamu itu udah turun! Apa kamu nggak ada niatan buat belajar lebih giat lagi? Apa kamu nggak mau nurutin apa yang mama mau? Itu semua demi masa depan kamu Griz!" ucap Nina dengan nada tinggi. Salsha hanya menundukkan kepalanya sambil menahan tangis.

"Main main buat apa sih hah? Nggak penting tau nggak! Kamu itu udah kelas 12, fokus belajar!" Ucap Nina yang semakin menyudutkan Salsha

"Maafin Griz ma" Salsha kini mulai meneteskan air matanya mendengar bentakan mamanya

"Contoh adik kamu! Dia rajin belajar, dia selalu dapet nilai tertinggi di kelas, dia selalu nurutin apa kata mama. Nggak kayak kamu, yang selalu nggak nurutin kata mama" Nina mulai membanding bandingkan Salsha dengan anak Adeeva, adik Salsha.

"Apa susahnya belajar Griz? Apa susahnya?" Tanya Nina dengan nada frustasi, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Mama rasa kamu itu udah mulai bodo amat sama sekolah! Kenapa sih? Apa susahnya belajar? Kamu itu sebenernya niat sekolah nggak sih!" bentak Nina

"Niat nggak sih mau jadi dokter?!"

"Enggak ma! Aku nggak mau jadi dokter, aku nggak mau sekolah ambil IPA, aku nggak mau belajar setiap hari tanpa berhenti, aku nggak mau di banding bandingkan sama Deva, aku nggak sepintar dia ma. Aku ini cuma punya otak bodoh, otak ku nggak sepintar Deva!" ucap Salsha pada akhirnya, ia sudah cukup muak dengan setiap kata yang Nina lontarkan padanya. Ia juga tersulut emosi saat ini.

"Aku nggak bisa ma, aku nggak bisa! Otak ku nggak kuat buat mikirin itu semua! Aku juga nggak suka sama IPA, aku nggak suka ngitung, aku nggak suka rumus, aku juga nggak suka obat obatan, aku nggak suka apapun yang bersangkutan dengan kedokteran!" teriak Salsha. Ia melampiaskan semuanya yang membuat ia tertekan selama ini.

Plakk...

Bagai kilatan petir yang berada di langit. Semuanya terjadi begitu cepat saat ini. Mamanya, mamanya menamparnya dengan mudah, membuat sakit yang luar biasa di hatinya. Ia memejamkan matanya merasakan sakit di pipi, terlebih hatinya.

Kilasan kilasan dirinya bersama mamanya saat tertawa bersama sewaktu dulu papanya masih hidup, tiba tiba berputar di otaknya. Kilasan kebahagiaan yang ia dan keluarganya rasakan berputar sengan cepat di ingatannya. Ia merasa kini semuanya berubah, berubah drastis!

Ia melihat ke arah mamanya yang berdiri mematung, lalu mengusap pipinya yang masih terasa panas.

Tangan itu, tangan yang dulunya selalu memanjakannya, memberikannya perlakuan lembut, tangan yang selalu mengusap kepalanya dengan sayang, tangan yang selalu menyuapinya saat ia makan. Sekarang, tangan itu berubah menjadi senjata yang begitu mengerikan untuknya. Ia tidak menyangka hal ini terjadi, sangat sangat tidak menyangka.

"Apa mama pernah mikirin kebahagiaan Griz ma? Apa pernah?"

"Mama cuma ngekang Griz ini itu, mama nggak mikirin kebahagiaan Griz. Griz juga pengen kaya yang lain ma, bisa bebas sebagai remaja" Suara Salsha kini memelan, seolah ia sudah putus asa.

MEET YOU (IDR x SA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang