😭😭😭 chapter kemaren banyak yang gak suka... Khod tud na...
gpp, klo emang udah gak suka silahkan leave the story... aku gak maksa kalian buat suka ma cerita aku kok. Ini cuma hasil imajinasi n haluku aja jadi klo emang gak suka mending cepet2 tinggalkan ceritanya ya...
Chapter ini mudah2an bisa lebih baik ya. abaikan typo yang tercecer n enjoy the story na...*
*
*"Nong Saint... kecanduan narkotika." kata Mark dengan berat hati, ia yakin Perth akan sangat murka mendengar kabar ini.
"Arai wa! Tunggu aku di sana, Mark." Perth langsung menutup teleponnya.
Perth yang masih berada di tengah meeting segera meninggalkan ruangan setelah menutup pertemuan mereka begitu saja. Mean segera mengikuti Presdirnya itu menuju ruangan Perth.
"Bua, batalkan semua jadwalku hingga minggu depan, kalau ada yang bisa diwakili oleh Mean lanjutkan saja, jika tidak bisa atur ulang saja nanti. Mean, ambil alih semua urusan kantor!" kata Perth memberi instruksi pada bawahannya itu.
"Krub, Presdir./ Kha!" jawab Bua dan Mean mengangguk mengerti tapi pria tampan tangan kanan Perth itu tetap mengikuti langkah sang Presdir hingga ke dalam ruangan.
"Apa terjadi sesuatu, Perth?" tanya Mean setelah hanya berdua saja.
"Saint terjerat narkotika, Mean. Entah bagaimana ia bisa mengenal barang haram itu. Aku harus segera ke rumah sakit sekarang." jawab Perth, ia meraih tas kerjanya dan memasukkan beberapa dokumen penting lalu berbalik melihat pada Mean.
"Perth, jangan terbawa emosi! Aku akan segera menyusul setelah urusan kantor selesai." kata Mean.
"Krub. Aku tahu, Mean. Aku pergi dulu na." balas Perth lalu segera keluar dari ruangannya itu dan turun ke lantai bawah menuju mobilnya.
Perth memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia ingin segera melihat kondisi Saint dan tentu saja menemui Mark. Perth emosi tentu saja tapi ia berusaha meredamnya. Begitu tiba di rumah sakit dan sudah memarkirkan mobilnya ia berlari menuju kamar rawat Saint.
Moh Phana dan beberapa perawat masih terus memantau keadaan Saint yang kini tengah meringkuk memeluk tubuhnya sendiri yang gemetar. Beberapa kali mencoba memohon pada Moh Phana untuk memberikannya obat itu tapi tentu saja dokter tampan itu tidak mengabulkan permohonan Saint. Walaupun ia sangat iba melihat kondisi pasien cantiknya ini tapi ia tidak mungkin memberikan obat itu lagi pada Saint. Ia harus bisa menghentikan kecanduan Saint dari ekstasi itu. Phana juga tidak bisa memberi Saint obat penenang karena ia sedang hamil.
Saint ditempatkan di bangsal dan kamar khusus yang cukup terisolasi dari sekitarnya karena pasien yang ketergantungan obat cenderung emosinya tidak stabil saat harus menghadapi masa sakawnya. Seperti Saint saat ini, air mata tidak henti-hentinya mengalir dari kedua mata coklatnya karena tubuhnya terasa sakit.
"Hiks... hiks... kumohon... berikan padaku... hiks... sak-kit! Argh..." isaknya kemudian menjerit.
Siapapun yang melihat atau mendengar rintihannya pasti merasa kasihan tapi ini yang harus Saint hadapi untuk menghilangkan efek obat terlarang itu dari tubuhnya. Phana sudah mencoba bicara pada Saint pelan-pelan pada Saint dan menguatkannya untuk bertahan. Seorang psikiater juga ikut mendampinginya tapi kemudian saat rasa sakit itu semakin hebat Saint melampiaskannya dengan menangis histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
Fanfiction#4 Aepete 05.04.19 #1 yaoifanfic 07.04.19 #1 marksiwat 11.07.19 Perth yang sedang suntuk dengan segala sesuatunya berniat untuk menghilangkan stress-nya dengan cara pergi ke sebuah bar. Tak pernah disangkanya kalau ia akan bertemu seseorang yang b...