Hi... back with new chapter...
semoga suka ya n tolong abaikan setiap typo yg muncul karena ga sempet periksa lagi. Please enjoy the story na...*
*
*
*
*"Baby!" panggil Mean.
Plan tengah asyik menggambar di atas kertas warna-warni pemberian Mean sore ini yang berkunjung kerumahnya karena Par Jiew mengatakan Plan merindukannya. Plan tidak menggubris panggilan Mean, bukan karena marah atau sedang merajuk melainkan karena Plan tidak tahu panggilan itu ditujukan padanya.
"Baby! Plan!" panggil Mean lagi.
Mendengar namanya disebut barulah Plan mengangkat kepalanya dan tersenyum pada Mean. Tangannya tetap sibuk mencoret-coret kertas.
"P'Mean panggil Plan?" tanya Plan.
"Krub, aku memanggilmu sejak tadi Plan tapi kau malah mengacuhkanku." jawab Mean gemas.
"Kan baru sekarang P'Mean panggil Plan. Tadi P'Mean bilangnya beybi, Plan tidak mengerti 'P panggil siapa." timpal Plan dengan polosnya.
Mean cuma bisa geleng-geleng kepala mendengarnya, tolong ingatkan dia kalau Plan memang unik lain kali. Mean mendekati Plan lalu berjongkok disebelah bocah itu sambil mengusap puncak kepala Plan.
"Aku pamit dulu na, Plan. 'P harus ke airport untuk menjemput boss 'P yang baru pulang dari luar negeri." kata Mean.
"Mai! P'Mean baru sebentar di rumah Plan. Plan belum puas main dengan 'P terus kita juga belum main permainan rahasia." dengan keras Plan tidak memperbolehkan Mean untuk pergi.
"Mainnya lain kali na, Plan. 'P harus pergi sekarang. Kasihan nanti kalau Boss 'P menunggu." Mean berusaha membujuk Plan.
"Mai! Pokoknya P'Mean tidak boleh pergi. Main dulu dengan Plan." kata Plan bersikeras.
"Oih Plan... Tidak boleh begitu, Nak. P'Mean kan harus bekerja. Biarkan P'Mean pergi na." Jiew yang baru masuk ke kamar Plan ikut membujuknya.
"Ish Mae... Plan masih kangen pada P'Mean. Krub, P'Mean boleh pergi tapi Plan mau ikut dengan 'P." kata Plan akhirnya.
Mendengar kata-kata Plan membuat Mean memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Ia harus segera ke airport menjemput Perth dan Saint tapi sekarang Plan malah mau ikut dengannya. Bukannya Mean ingin menolak dan tidak mau mengajak Plan tapi ia tidak berani membawa bocah itu karena takut Perth akan marah.
"Lain kali saja na, Plan. 'P buru-buru hari ini. 'P akan datang lagi ke sini besok." lagi Mean mencoba membujuk Plan.
"Mai, Plan mau ikut sekarang. Mae, Plan mau menginap di rumah P'Mean na. Plan mau main sama P'Mean lagi." Plan malah meminta ijin dari Jiew agar diperbolehkan menginap.
"Aw, Plan! Tidak boleh, Nak. Tidak boleh merepotkan P'Mean." tolak Jiew.
Plan dengan segera merangkul lengan Mean dan tidak mau melepaskannya walaupun Jiew sudah menariknya. Matanya sudah berkaca-kaca siap menumpahkan air mata.
"P'Mean jahat, Mae juga jahat. Plan cuma mau main sama P'Mean. Plan janji tidak akan merepotkan P'Mean. Plan boleh ikut na...na...na..." kata Plan dengar air mata yang sudah menetes turun.
"Euh.. euh... Plan boleh ikut 'P. Boleh menginap di rumah 'P. Jangan menangis lagi na." kata Mean akhirnya mengalah karena tidak tega melihat Plan yang menangis.
"Par Jiew krub, ijinkan Plan untuk menginap di apartemenku na." kata Mean.
"Pak Mean, Par takut Plan akan menimbulkan masalah nanti." jawab Jiew ragu-ragu.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
Fanfiction#4 Aepete 05.04.19 #1 yaoifanfic 07.04.19 #1 marksiwat 11.07.19 Perth yang sedang suntuk dengan segala sesuatunya berniat untuk menghilangkan stress-nya dengan cara pergi ke sebuah bar. Tak pernah disangkanya kalau ia akan bertemu seseorang yang b...