Mean mengantarkan Saint pulang ke rumahnya karena Perth tidak bisa menghindari jadwal meeting-nya dengan klien penting dari Korea. Jadi, Perth meminta Mean yang mengantarkan Saint walaupun sebenarnya Saint menolaknya. Saint bisa pulang sendiri ke rumahnya dengan naik bus tapi tentu saja Perth tidak mengijinkannya.
Tapi Mean tidak bisa berlama-lama karena ia harus segera kembali ke kantor dan menemani Perth meeting. Jadi, Mean langsung berpamitan lagi pada Saint.
Baru menginjakkan kakinya di pintu depan seorang gadis yang sebenarnya cantik namun karena sifatnya yang urakan membuatnya terlihat seperti gadis nakal menghadang Saint.
"Oho... Darimana saja, kau? Tidak pulang semalaman lalu sekarang pulang diantar seorang laki-laki. Apa kau habis jual diri?" tanya Daily kasar.
Saint terkesiap mendengar pertanyaan dari kakaknya itu. Hatinya terasa sakit atas tudingan Daily.
"Daily, jaga bicaramu! Mae sudah memberi ijin pada Saint untuk menginap di rumah temannya." tiba-tiba Mae muncul karena mendengar suara ribut putrinya.
"Huh, apa Mae yakin dia hanya menginap di rumah teman? Kurasa dia habis melayani pelanggannya semalam." Daily berkata lagi sambil melirik sinis adiknya.
"'P, tidak seperti itu A... aku hanya..." Saint terbata-bata mencoba memberi penjelasan. Sejujurnya Saint bingung harus menjawab apa. Dia bukan pelacur yang habis menjual dirinya tapi bukankah ia memang melakukan seks dengan Perth. Apakah itu berarti sama saja dengan yang Daily tuduhkan?
"Daily, cukup! Mae tidak mau kalian ribut begini pagi-pagi. Saint, masuklah ke kamarmu. Dan kau, cepatlah berangkat kuliah." kata Mae menengahi lalu menunjuk Daily agar segera pergi.
"Ck, lihat saja Mae, anak kesayanganmu itu tidak sebaik yang Mae pikir." balas Daily berdecak kesal sambil berlalu dari hadapan Saint dan Mae-nya.
Saint tidak ada kelas hari ini, itu sebabnya Saint langsung pulang ke rumah setelah bermalam di kantor Perth. Si manis mengambil ponselnya dari dalam tasnya. Ia mengabari Tuan Perth-nya kalau sudah tiba di rumah karena memang Perth yang menyuruhnya saat tadi ia berpamitan pulang.
Saint tersenyum senang, meraba untaian kalung yang melingkari lehernya. Mengusap liontinnya dengan jemarinya yang lentik.
"Apa itu hadiah darinya, Nak?" tanya Mae tiba-tiba membuat Saint terlonjak.
Mae masuk ke dalam kamar Saint setelah mengetuk pintunya beberapa kali namun karena Saint sedang melamun ia jadi tidak mendengarnya.
"Mae khod tud na kha, Saint kaget na?" kata Mae meminta maaf karena sudah mengejutkan Saint.
"Mae... mai pen rai. Saint melamun jadi tidak dengar Mae datang." jawab Saint tersipu.
"Mai pen rai, Nak. Mae tadi tanya tentang kalung itu. Kalung baru?" tanya Mae sambil tersenyum.
Saint membalas senyum ibunya itu lalu memeluk pinggang wanita paruh baya itu dengan sayang.
"Iya, Mae. Kalung ini dari Tuan Perth. Kemarin Tuan Perth memberikan ponsel dan kalung ini pada Saint Apakah tidak apa-apa?" tanya Saint.
"Tentu saja tidak apa-apa, Saint. Ceritakan pada Mae soal Perth ini hm... Kemarin Mae kaget waktu ada seorang gadis yang menelepon Mae dan bilang kalau Saint akan menginap. Tapi gadis itu meyakinkan Mae dan Phao kalau Saint akan baik-baik saja. Dia juga memberi Mae nomor teleponnya agar Mae bisa memastikan keadaan Saint." cerita Mae pada Saint soal Bua yang meneleponnya.
"Namanya Khun Bua, Mae. Dia sekretarisnya Tuan Perth di kantor. Kalau Tuan Perth, dia yang sudah membantu Saint cari P'Daily waktu itu. Tuan Perth sangat baik pada Saint, Mae." Saint bercerita pada Mae-nya dengan semangat, senyum Saint tidak pernah lepas dari bibirnya selama berceloteh.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
Fanfiction#4 Aepete 05.04.19 #1 yaoifanfic 07.04.19 #1 marksiwat 11.07.19 Perth yang sedang suntuk dengan segala sesuatunya berniat untuk menghilangkan stress-nya dengan cara pergi ke sebuah bar. Tak pernah disangkanya kalau ia akan bertemu seseorang yang b...