The End

2.1K 179 62
                                    

Perth dan Mean memacu kendaraan mereka dengan kecepatan tinggi menuju lokasi yang ditunjukkan dalam GPS dan tiba hampir bersamaan di kawasan pergudangan itu, begitu pula dengan para anak buah Perth yang lainnya. Mereka segera menyebar ke sekeliling gudang tua itu, sementara Perth dan Mean mengendap masuk ke dalam gudang untuk mencari keberadaan Saint. Sayup terdengar erang kesakitan Saint membuat darah Perth semakin mendidih mendengarnya.

Mean yang berada di belakang Perth menahan tubuh pengusaha muda itu agar tidak bertindak gegabah karena bagaimanapun Saint masih berada di tangan mereka.

Anak buah Chomthawat tersebar dan berjaga di sekitar gudang dan tidak bisa diremehkan begitu saja sesuai dengan predikat mereka sebagai anggota mafia. Kemampuan mereka cukup sepadan dengan para anak buah Perth yang juga terlatih.

Perth berhasil bersembunyi lebih dekat dengan ruangan kecil di mana Saint ditempatkan. Perth bisa melihat Mark yang diikat di kursi oleh seorang pria dan juga Saint yang masih disetubuhi dengan kasar oleh salah seorang anak buah Chomthawat.

Saint terlihat sudah sangat tidak berdaya, hanya erang kesakitannyalah yang sesekali keluar dari bibirnya yang bengkak dan memar. Tubuhnya dipenuhi memar membiru dan luka-luka.

Saint terlihat memandang ke arah Mark sambil menangis, "Ph'Mhark... thol...long akh...u... Sakhit... ergh..." rintihnya.

"P'Pring, ku mohon jangan keterlaluan. Dia sedang mengandung." kata Mark pada seorang wanita.

Perth melihat wanita itu, sekilas ingatannya melayang dan ingat bahwa wanita itu pernah menjadi karyawannya. Mean yang berada disamping Perth menggumamkan satu nama, "Pring Nopparat."

'Apa hubungan Mark dengan wanita itu? Sepertinya Mark mengenalnya.' batin Perth.

"Justru disitu letak kesenangannya, Mark. Tanapon akan kehilangan anaknya. Itu hal yang sangat bagus na." jawab Pring sambil tersenyum sinis.

"Dia tidak akan memaafkanmu, 'P. Sebaiknya cepatlah pergi dari sini dan jangan terlibat masalah dengannya." kata Mark lagi.

"Mai! Tanapon tidak akan bisa macam-macam karena aku memegang bocah ini. Aku ingin laki-laki berengsek itu mati ditanganku, Mark." desis Pring.

Perth sudah tidak tahan lagi mendengarkan ucapan mereka, terutama setelah melihat Saint mulai kehilangan kesadaran sementara laki-laki yang menggagahinya masih saja terus melakukan aksinya.

"TIDAK SEMUDAH ITU, KHUN! KAULAH YANG AKAN MATI DI TANGANKU!"

Perth keluar dari tempatnya bersembunyi, mengabaikan Mean yang berusaha menahannya tadi. Sementara dari luar gudang suara baku hantam dan letusan senjata mulai terdengar bersahutan. Pasukan yang Perth bawa sedang berhadapan dengan anak buah Chomthawat.

Walaupun bertubuh besar dan perut buncit, Chomthawat masih bisa bergerak cukup gesit. Laki-laki paruh baya itu segera mendekati Saint dengan sebilah pisau ditangannya.

"Maju selangkah lagi maka bocah ini mati!" ancamnya sambil menarik helaian rambut Saint agar mendongak sedangkan laki-laki yang tadi menyetubuhi Saint segera mengenakan celananya lagi dan mengambil pistol untuk menghadapi Perth.

Pring juga bergerak mundur ke belakang tubuh Chomthawat dan berdiri di sana kemudian menggantikan pria itu memegang pisau yang diarahkannya ke leher Saint.

"T-Tu...an..., to...long... pergi...lah..." kata Saint terbata, ia tidak mau kalau Tuan Perth-nya sampai celaka karenanya.

"Bertahanlah, Saint! Aku akan menyelesaikan ini dengan cepat." sahut Perth memandang Saint lembut kemudian kembali mengeraskan wajahnya saat melihat Pring dan Chomthawat.

One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang